webnovel

Konflik

Sekarang Azra duduk di sebuah ruang tamu yang begitu megah dan mewah, ruang itu sangat luas dengan berbagai perabotan yang terdiri dari barang barang kalangan atas.

Setelah Azra membalut luka Afnan, Azra dan Morgan segera di bawah kembali ke rumah oleh Afnan.

Azra duduk di samping Morgan yang sedari tadi memegang tangannya.

"Morgan sekarang kita sudah aman, kamu bisa melepaskan tangan kakak!" ucap Azra kepada Morgan.

"kenapa? kakak nggak suka?" Morgan mulai memperlihatkan raut wajah kecewanya.

"nggak kok de'! tapi kamu nggak capek megangin kakak terus?"

Morgan lalu menggelengkan kepalanya dan berucap "nggak! Morgan malahan seneng bisa dekat sama kakak!" ucap morgan sambil tersenyum.

Azra mulai mengelus kepala Morgan dan membalas senyuman Morgan.

Afnan yang berada di atas tangga memperhatikan kedua orang yang duduk di sofa, tatapannya lebih tertuju pada sosok cantik yang berada di samping Morgan.

"hem... lagi bahas apa? nggak lagi ngomongin aku kan?" canda Afnan kepada Azra dan Morgan.

"Ih kak Afnan narsis amat sih! siapa juga yang ngomongin kakak, nggak penting tau!" Morgan menanggapi candaan Afnan dengan wajah cemberut.

saat Azra melihat Afnan pandangannya turun ketangan Afnan yang memegang sesuatu. Afnan yang menyadari tatapan Azra segera berucap " ini pakaian untukmu! kamu bisa mengganti pakaian yang sudah robek itu!" Afnan menyerahkan pakaian yang ada di tangannya.

"nggak usah, ngga apa-apa kok! entar aku ganti kalau udah pulang ke kosan!" tolak Azra secara halus sambil mendorong kembali pakaian yang di berikan kepadanya.

"apa kamu merasa nyaman dengan pakaian itu? kamu nggak masalah kalau itu terlihat?" tunjuk Afnan ke arah pakaian Azra yang robek. pada bagian bawahnya tanpa Azra sadari robekannya cukup sedikit melebar sehingga memperlihatkan sedikit pakaian dalamnya yang berwarna Biru.

Azra lalu menoleh ke arah yang di tunjuk Afnan, seketika wajahnya memerah dia dapat melihat B* nya yang hampir terlihat secara keseluruhan di bawah ketiaknya.

Azra segera menutupinya dengan cepat menggunakan pakaian yang di ambil dari tangan Afnan.

"Dimana aku bisa mengganti pakaian?" tanya Azra sambil menahan rasa malu, wajahnya benar-benar semerah tomat sekarang.

"Kamu naik aja ke atas terus belok kiri kamar di sebelah kanan, itu kamar kakaku yang sudah lama tidak di tempati!" instruksi Afnan.

sebelum Afnan selesai berbicara Azra segera berlari ke atas tangga, dia tidak sanggup berlama-lama di hadapan Afnan. Benar-benar memalukan pikirnya.

dengan tergesa-gesa ia melangkah di atas tangga lalu berbelok ke arah kiri, beberapa meter dia melangkah kini dia melihat dua buah kamar. Satu di sebelah kiri dan satunya lagi di sebelah kanan.

Azra lupa dia harus masuk dikamar sebelah mana kiri atau kanan, karena malu dia tidak ingat apa yang dikatakan oleh Afnan.

Azra akhirnya memilih masuk kekamar di sebelah kiri, dia harus segera mengganti pakaiannya sekarang.

saat Azra membuka kamar itu, hal pertama yang terlintas dibenaknya adalah 'BESAR'. Kamar itu memiliki dua ruangan lagi di dalamnya.

Ruangan pertama merupakan tempat peralatan alat musik mungkin sebuah studio kecil pikir Azra saat melihat pintunya yang terbuka lebar. Dia tidak tau ruangan apa yang berada di sebelahnya karena pintunya yang tertutup.

mungkinkah kakak Afnan adalah seorang pria kamarnya terlihat seperti itu.

Azra segera berhenti memperhatikan kamar itu dan segera mengganti pakaiannya yang robek. Azra sudah melepaskan pakaiannya dan menaruhnya di atas kasur yang berukuran king.

sebelum Azra memakai pakaian yang diberikan oleh Afnan, dia memperhatikan baju itu sungguh cantik dengan warna biru kesukaannya. Sebuah baju dress yang sangat feminim menurut Azra, tepat saat Azra ingin memakaianya suara pintu terbuka terdengar di telinganya yang secara spontan membuatnya berbalik ke arah pintu.

Afnan yang terpatung di depan pintu yang masih dalam kondisi memegang gagang pintu memandang Azra tanpa sadar dari atas kebawa, membuat wajahnya memerah.

Azra yang melihat Afnan dari balik pintu terpaku, sampai akhirnya tanpa sadar dia menggerakkan tangannya untuk mengendalikan sebuah pajangan berupa pedang kayu yang kokoh dan mengarahkannya ke arah Afnan.

Afnan yang melihat hal tersebut menunduk dan menghindari pedang itu, namun pedang itu masih mengejarnya. Dengan spontan Afnan berlari ke arah Azra dan menghantamnya ke atas kasur.

pedang itu melewati belakang Afnan yang hanya berjarak beberapa cm dan menancap di dinding.

Afnan merasakan wajahnya mendarat di suatu tempat yang sangat empuk, dia bisa mencium aroma wangi yang menusuk ke hidungnya.