webnovel

Perseteruan

Dua minggu telah berlalu.

siswa siswi di SMA NEGERI 1 RAYA kini membuat sebuah antrian panjang dari depan ruangan latihan para pangeran Beastie King, mereka sudah berada disana sejak pelajaran terakhir selesai. sekarang sudah menunjukkan jam 03:35 PM dan Antriannya pun masih lumayan banyak sepanjang mata memandang.

Dari arah barisan paling belakang seorang siswi datang dengan langkah cepat, melewati siswa siswi yang mengantri dengan teratur. langkahnya semakin lama semakin cepat dan berubah menjadi langkah lari sedang.

setiap barisan yang ia lewati akan memandangnya dengan pandangan jengkel, siapa dia? jangan bilang dia mau memotong antrian di bagian depan, pikir beberapa siswa yang yang tengah mengantri itu.

Akhirnya sang siswi tiba di depan pintu dan dengan sekali gebrakan pintu yang tadinya tertutup kini terbuka lebar dengan suara yang keras. siswa siswi yang mengantri di belakangnya terkejut tak percaya, masih ada orang yang cukup bodoh di sekolah ini, dan dengan begitu mudahnya dia membuat masalah dengan para pangeran Beastie King, dia kehilangan akalnya atau mau melakukan tindakan bunuh diri?

semua yang berada dalam ruangan seketika berbalik ke arah pintu dengan heran.

Azra yang kini berdiri di depan pintu memperlihatkan ekspresi yang begitu dingin, wajahnya yang memerah menandakan ia sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Ia begitu dikuasai oleh amarah yang begitu besar, bagaimana tidak, sewaktu ia akan pulang ke kosan nya, Dhyan memperlihatkannya sebuah selebaran yang dimana isinya merupakan lirik lagu yang telah ia ciptakan. Di hari selebaran itu di sebarkan ia tidak sempat membacanya karna teralihkan oleh laki-laki yang mengajaknya kencan, dan ia juga tidak begitu tertarik untuk hal yang seperti itu, pada akhirnya ia pun membacanya dengan jelas pada saat berada di depan sekolah .

"Ada masalah?" Jhon kini bertanya padanya.

Azra kini melangkah ke arah meja panjang yang di tempati oleh para pangeran dan melewati seorang siswi yang tengah duduk di hadapan mereka. Dengan gerakan cepat Azra memukul meja dengan keras.

"BUK."

"Kalian yang mengaku sebagai pangeran tidak lain hanyalah seorang pencuri!" Azra kini menundukkan kepalanya dengan kedua tangannya berada di atas meja, ia menempatkan wajahnya cukup dekat dengan salah seorang pangeran dan menatapnya dengan tatapan yang begitu tajam.

Afnan yang kini berada di posisi tersebut merasa tidak nyaman ia ingin bersuara namun lehernya terasa tercekik, entah mengapa suaranya seakan mengadakan demo besar-besaran dan menolak untuk keluar.

Jhon yang duduk di samping Afnan merasa tersinggung dengan ucapan Azra itu, ia bangkit dari kursinya dan dengan sekali gerakan, tangan nya mendorong azra dari hadapan Afnan.

"Hey cewe gila! apa maksud dari ucapanmu itu?" Jhon berusaha menahan amarahnya.

Rhyan yang melihat kejadian itu begitu terkejut apa lagi perempuan itu adalah Azra. Ia tidak perna memperlihatkan batang hidungnya lagi setelah ia mengajak Azra untuk berkencan namun pada akhirnya ia mengingkarinya, karna ia tidak tau bagaimana cara mendapatkan no telpon Azra. Dia ingin bertanya secara langsung, tapi entah mengapa ia menjadi begitu pengecut.

"Apa kamu tuli.. ? kalian para pencuri!" Jawab Azra dingin.

Jhon kini kehilangan kesabarannya, dengan marah ia membanting meja di hadapannya dan melangkah ke arah azra. Dengan kasar ia memegang kerah baju Azra dan memandangnya dengan tatapan tajam.

"Jangan asal bicara kamu, kamu pikir kamu itu siapa... dari kami berempat tidak ada yang semiskin itu untuk mencuri!" Jhon semakin mempererat pegangannya di kerah baju Azra.

"Kamu harus menarik ucapanmu itu!"

"Tidak!" Azra kini membalas tatapan Jhon dengan seringai yang merendahkan.

"Aku juga sangat heran mengapa orang kaya seperti kalian begitu angkuh mengakui hak seseorang sebagai milik kalian! kalau bukan pencuri lalu apa namanya?" Azra Menekankan suaranya pada kata 'PENCURI', membuat jhon semakin marah.

"Kamu?" ketika tangan Jhon ingin memukuli wajah Azra, segera Marchel dan Afnan menahannya. Mereka segera melepaskan pegangan Jhon pada kerah baju Azra dan memisahkan mereka pada jarak beberapa meter. Rhyan kini menahan tubuh Azra agar tidak mendekat pada Jhon.

Barisan antrian yang tersusun rapi diluar kini berhamburan di depan ruangan itu. Para siswa dan siswi saling dorong di depan pintu seakan tidak ingin melewati sebuah tontonan yang begitu langka.

Marchel yang mulai menyadari kerusuhan di luar segera berkata "Kalian semua bubar, tak ada yang perlu dilihat disini!" perintah Marchel namun tak ada satupun dari mereka yang beranjak pergi.

Dengan gerakan kasar Jhon mengambil sebuah vas bunga dan melemparkannya ke arah pintu, membuat kerumunan yang sedari tadi menonton itu kini bubar dengan tidak teratur meninggalkan mereka berlima di dalam ruangan, dan siswi terakhir yang keluar menutup pintu.