webnovel

Ternyata Ada Yang Lain

Audi yang melangkah dengan marah berhenti di depan sekolahnya, ia melihat ke arah ruangan dimana tadi ia berada. Ia akan mengingat wajah perempuan itu dalam kepalanya, bagaimana tidak saat ia akan mulai memperdengarkan lagu yang telah ia selesaikan, seorang siswi membanting pintu dan membuat masalah dengan para pangeran. ia benar-benar kehilangan kesempatan untuk dapat dekat dengan para pangeran, ia akan membuat perhitungan dengan perempuan itu, pikirnya dalam hati.

*

Di dalam sebuah ruangan.

"Jadi alat perekam ini milikmu?" Tanya Rhyan pada Azra sambil memperlihatkan mini Voice Recorder berwarna biru mudah di tangannya dan menyerahkannya pada Azra.

"Tentu saja itu milikku, coba kamu lihat inisial "AnDeAz" yang ada di bawahnya!" Ucap Azra sambil memperlihatkan bagian bawah alat perekam itu.

"AnDeAz?" Gumam Jhon.

"Angelina Delivia Azzahra!" Ucap Rhyan segera memberitahukan kepanjangan dari inisial tersebut kepada sahabatnya yang lain.

"Itu nama lengkap Angel!" tambahnya sambil melihat ke arah Azra.

Jhon yang telah mendengar hal itu membuat amarahnya meredah, kini dia tau mengapa Azra begitu marah pada mereka. Tentu saja lagu yang telah susah payah ia ciptakan malah di sabotase oleh orang lain sebagai miliknya yang dapat membuatnya begitu marah.

Sementara itu Marchel tak habis pikir dengan tindakan Jhon barusan, bagaimana mungkin seorang Jhon Akan mengeluarkan amarah seperti itu, hanya karena mendengar ucapan gadis ini? ia bahkan hampir memukulnya dengan tangannya sendiri.

Marchel begitu sibuk dengan pikirannya sendiri, ia begitu terkejut Jhon yang selama ini memiliki sifat yang lebih dewasa di antara mereka berempat bahkan selalu berfikiran positif dapat menjadi liar seperti itu.

Akhirnya Marchel mencoba menjelaskan alasan mengapa mereka melakukaan sayembara, mereka ingin agar pemilik (Azra) dari alat perekam itu akan muncul dan akan melakukan rekaman bersama mereka. Menurut mereka suara Azra adalah suara yang paling cocok untuk lagu terbaru mereka.

Namun tanpa mereka duga, Azra menolak tawaran mereka.

"Maaf saya tidak bisa!"

"Mengapa? apa kamu masih marah dengan perlakuan Jhon?"

"Saya hanya tidak tertarik untuk bergabung dengan kalian!"

Jhon yang mendengar percakapan Azra dan Rhyan, kini mulai bersuara "kamu benar-benar gadis yang aneh! seluruh satu sekolah ini bahkan di sekolah lain pun akan melakukan apa saja untuk dapat rekaman bersama kami. Tapi kamu dengan entengnya menolak, apa kamu sedang bermain tarik ulur? sebut saja berapa yang kau inginkan!" setiap kata yang keluar dari mulut Jhon membuat amarah Azra yang sedang surut kini mulai naik sedikit lagi.

"Yang ku inginkan? meskipun kalian memiliki alasan untuk memakai lirik ciptaanku, tapi itu tidak cukup untuk membenarkan kalian menyebarkan dan menyuruh orang lain untuk membuat sebuah lagu dari lirik itu jadi secara tidak langsung kalian tetaplah seorang pencuri bagiku!" Azra kini mulai merasa panas.

"Berhentilah kau menyebut kata pencuri di hadapanku! kau gadis gila yang tak tau di untung! kami sudah dengan dermawan menawarkanmu sejumlah uang dan bahkan di berikan kehormatan untuk bisa rekaman bersama kami, tapi begini balasanmu?" Jhon tidak mau kalah.

"Apa aku perna mengatakan aku ini penggemar kalian yang gila? pikirlah pakai otakmu yang dangkal itu, mana mungkin aku mau rekaman bersama dengan band yang salah satu anggotanya punya penyakit tempramen yang akut, bahkan dengan mudahnya ingin memukul seorang perempuan!" Azra kini benar-benar kembali ke titik amarahnya memuncak.

Afnan yang sedaritadi memperhatikan kini mulai melangkah maju dan menengahi mereka.

"Sudah cukup! kita disini bukan untuk saling menghina satu sama lain, Azra kami minta maaf karna telah menggunakan karya ciptamu tanpa persetujuan darimu, tapi bukanka kamu terlalu berlebihan bila terus mengucapkan bahwa kami adalah kumpulan pencuri! terlebih lagi kami telah meminta maaf kepadamu." Ucap Afnan kepada Azra.

"Dan kamu Jhon tidak sepatutnya kamu menilai seseorang dengan pikiranmu yang negatif itu tanpa ada bukti, berkata kasar pada seorang perempuan bahkan ingin memukulnya itu bukanlah dirimu yang ku kenal!" Ucap Afnan kembali dan melihat ke arah Jhon.

setelah beberapa menit kemudian Azra keluar dari ruangan itu dengan terburu-buru. ia bersyukur karena telah menemukan alat perekamnya yang hilang itu, tapi ia juga menghujat dalam hatinya karena baru kali ini ia bertemu dengan laki-laki yang begitu arogan dan kasar, ia tidak akan mau berurusan lagi dengan mereka berempat.

*

Di pusat perbelanjaan Andhyra sedang menemani maminya untuk mencari tas tangan limited edition yang baru saja di keluarkan.

Andhyra begitu bosan sedari tadi hanya bengong melihat maminya yang terus mencari dan memilih tas yang di inginkannya, ia akhirnya mengatakan pada maminya kalau ia akan pergi melihat-lihat aksesoris di sekitar situ.

di tempat penjualan aksesoris Andhyra kini berdiri di depan pajangan gelang dan anting-anting. ia mencoba dan mencari sesuatu yang cocok untuk dirinya, belum beberapa menit ia memilih, tiba-tiba seseorang menabraknya dan membuat ia terjatuh cukup keras.

"Auw.." desahnya.

pria itu hanya memandangnya tanpa ada niat untuk membantunya berdiri.

"Kamu keterlaluan, udah nabrak nggak ngebantuin, nggak minta maaf juga!" Andhyra bangun dengan sendirinya dari lantai.

Andhyra tidak dapat melihat dengan jelas wajah pria itu yang hanya melihat kesamping karna ia memakai tudung di kepalanya.

Pria itu tidak menghiraukan ucapan Andhyra dan melangkah pergi meninggalkan Andhyra. Andhyra yang tidak terima di perlakukan seperti itu dengan segera mengejar pria itu untuk menuntut maaf padanya, ia dengan susah payah mengejar karna langkah kaki pria itu begitu cepat.

Sampai akhirnya pria itu masuk kedalam lift, Andhyra pun kini mempercepat langkahnya, dan akhirnya ia sempat masuk kedalam lift bersama dengan pria itu. Jika terlambat sedetik saja maka ia akan tertinggal di depan lift.

Tanpa Andhyra sadari mereka hanya berdua dalam lift itu, dasar bodoh apa yang bisa dia lakukan sekarang pikirnya dalam hati.

tiba-tiba lift mulai berguncang seakan-akan terjadi gempa di tempat itu. Liftnya kini berhenti tiba-tiba dan berada di tengah-tengah antara lantai satu dan dua.

Andhyra yang semula memang panik kini menjadi semakin dan semakin panik. keringat dingin kini mengalir di pelipisnya, ia tidak tau hari ini begitu sial untuknya. Bagaimana kalau pria ini akan melakukan sesuatu padanya? oh tidak siapapun selamatkan aku! pikiran itu terus terngiang di kepala Andhyra dia tidak tau apa yang akan terjadi padanya jika ia tetap berada di dalam lift bersama dengan pria itu.

dengan gerakan cepat Andhyra memeriksa seluruh sakunya ia sedang mencari hpnya. Oh tidak hp nya berada di dalam tas dan sekarang tasnya berada di samping ibunya yang tengah asik memilih tas impiannya itu, Andhyra pun hanya bisa pasrah.

Setelah dua puluh menit berlalu tak ada pergerakan juga dari luar, mungkinkah mereka tidak tau kalau di dalam lift ini ada orang. Andhyra berusaha berteriak minta tolong, ia mengeluarkan suara yang begitu keras sehingga telinga si pria menjadi terganggu.

"Berisik!" bentak sang pria.

Andhyra dengan repleks membungkam mulutnya, air matanya pun mulai terjatuh. Meskipun ia tidak bersuara namun air matanya terus saja mengalir dengan deras, ia begitu takut pada situasinya sekarang. Bentakan yang diberikan oleh pria itu semakin menciutkan nyalinya.

tapi kejadian selanjutnya membuat Azra tercenganng.

si pria yang tadinya memakai tudung, kini telah melepaskannya dan membuat wajahnya terlihat oleh Andhyra. bola matanya yang semula berwarna hitam telah berubah menjadi semerah darah. Dengan gerakan tangannya yang perlahan di angkat ke atas membuat lift mulai bergerak seirama dengan gerakan tangannya.

Andhyra melihat hal tersebut tanpa mengedipkan matanya, air matanya yang sedari tadi mengalir dengan derasnya tiba-tiba terhenti. sampai akhirnya lift itu kini sampai di lantai dua dan terbuka.

Pria itu pun langsung melangkah keluar meninggalkan Andhyra di belakang.

"Ternyata ada yang lain."