webnovel

gadis dalam mimpi

"Na na nanana.. na."

"Emm.. mungkin sebaiknya, nana na nanana.. na na..!"

para siswa dan siswi tengah sibuk membuat sebuah melodi yang cocok untuk lirik yang ada, mereka sibuk dengan dirinya masing-masing.

Azra dan Dhyan yang sedari tadi memperhatikan tingkah mereka mulai merasa penasaran. apa sebenarnya yang sedang mereka lakukan?

Dhyan dengan rasa penasaran yang bersarang di kepalanya bangkit dari kursi dan mendekati salah seorang dari mereka.

"Kalian lagi ngapain? bakal ada ulangan mendadak ya?" Dhyan bertanya pada temannya itu.

"Eh... kamu nggak tau Dhin? para pangeran sedang melakukan sayembara untuk mencari seseorang yang mampu membuat sebuah lagu yang bagus dan menarik dari lirik ini!" jawabnya sambil memberikan selebaran yang ia pegang dan segera menyuruh Dhyan untuk pergi, ia telah menyalin lirik yang di perlukan jadi dia tidak membutuhkan selebaran itu lagi. Ia kini melanjutkan mencari melodi yang menarik menurutnya.

sambil memegang selebaran yang ada di tangannya Dhyan pun melangkah pergi dan kembali ke tempat duduknya. Dhyan kini mulai membaca selebaran itu, beberapa saat kemudian matanya melotot membaca setiap tulisan yang ada di selebaran itu. Dengan gerakan menutup mulutnya yang terbuka ia melihat ke arah Azra dan berucap.

"Ha..hadianya Li..lima pulu juta!" Dhyan tergagap mengucapkan kalimatnya

Azra kembali mengernyitkan keningnya, memang sayembara apa yang dapat memberikan hadiah sebesar itu?

Dhyan kini memberikan selebaran itu kepada Azra dan dengan santai Azra mengambil selebaran itu. Pada saat ia mulai membaca tiba-tiba sebuah suara memanggil namanya dengan suara yang lantang.

"Angelina Delivia Azzahra?"

sontak seluruh kelas memandang ke arah asal suara begitupun dengan Dhyan dan Azra. Betapa terkejutnya mereka ketika seorang laki-laki bermata hijau tua kini berdiri di pintu kelas. bibirnya yang semula datar kini membentuk garis melengkung ke atas. ia begitu puas karena ia tidak salah mengucapkan nama itu yang membuat sang pemilik nama kini berbalik ke arahnya.

para siswi yang melihat senyumannya itu meleleh di tempatnya termasuk Dhyan yang duduk di samping Azra. pemandangan yang begitu indah pikir Dhyan dalam hatinya.

Rhyan kini berjalan ke arah mereka berdua dengan ekspresi senyum yang tidak juga pudar dari bibirnya. Dhyan yang semakin melihatnya semakin dekat membuatnya mengeluarkan sesuatu dari hidungnya. oh tidak mengapa jadi begini, dengan gerakan cepat Dhyan mengambil tisu dari dalam tasnya dan membersihkan darah mimisan dari hidungnya.

"Angelina Delivia Azzahra?" sekali lagi ia mengucapkan nama azra di depannya.

Azra :"...." hanya memandangnya dengan tatapan heran.

"nama yang indah!"

"Hari ini kamu ada acara nggak? aku mau ngajak kamu jalan!" ucapnya to the point.

Azra :"...??" keningnya semakin mengkerut membuat alisnya yang terpisa kini bersatu padu.

melihat tak ada respon dari Azra, Rhyan menganggap ia telah setuju dengan ajakannya itu.

"Baiklah aku akan menghubungimu nanti... Angel" ia berbicara sambil mengedipkan sebelah matanya kepada Azra saat ia mengucapkan kata "Angel". ia pun kini melangkah pergi dari kelas itu.

Rhyan tidak tau apa yang telah ia lakukan itu memberikan dampak yang sangat besar pada Azra.

"Siapa perempuan itu? bagaimana bisa ia merayu pangeran Rhyan?"

"Bukankah dia perempuan yang aneh, yang bahkan jarang mengeluarkan suara?"

"mungkinkah dia telah melakukan sesuatu di belakang kita? orang aneh seperti dia mana mungkin bisa mendekati salah seorang pangeran kita jika tidak menggunakan cara yang picik!"

para siswi yang sirik pun kini mengeluarkan komentar-komentar pedas mereka secara terang-terangan di depan Azra.

Dhyan yang kini tersadar dari penampakan yang barusan ia lihat mulai merasa emosi dengan perkataan teman-teman sekelasnya yang begitu kasar kepada Azra. Saat ia mulai mengambil ancang-ancang untuk melabrak mereka semua, Azra menghentikannya dengan memegang lengan Dhyan.

"Biarkan saja mereka!" Ucap Azra menenangkan sahabatnya itu.

Dhyan masih tidak terima dengan perkataan mereka namun ia menahan amarahnya demi Azra.

*

Di depan lorong kelas Rhyan kini berjalan dengan ekspresi di wajahnya yang begitu senang, para siswi yang berpapasan dengannya akan berhenti berjalan dan memandanginya dengan tatapan kagum dengan tangan berada di depan mulut mereka.

sampai akhirnya Rhyan menuruni tangga langkahnya terhenti di tengah-tengah dan dengan gerakan cepat ia menepuk jidatnya sendiri.

"Bodoh... Bagaimana caraku menghubunginya nomornya saja aku tidak tau." karna perasaan grogi yang ia rasakan saat berhadapan dengan Azra membuatnya tidak nyaman ia hanya terus berusaha terlihat senormal mungkin namun pada saat Azra lagi-lagi tak menanggapinya ia semakin grogi dan asal berbicara, dan dengan kecepatan kilat ia pun keluar dari kelas.

*

Afnan yang tengah duduk di depan meja belajarnya sedang mengamati lukisan-lukisan yang terdapat di dalam buku yang telah ia pegang, ia memperhatikan lukisan itu dengan seksama.

"Siapa sebenarnya kamu, mengapa kamu selalu datang di mimpiku? dan mengapa wajahmu begitu familiar seakan kamu mirip dengan seseorang yang aku kenal? tapi siapa?" Afnan berbicara dengan lukisan di depannya.

Lukisan seorang gadis berambut panjang berwarna biru dengan matanya yang juga berwarna biru menampakkan senyuman yang indah dari bibirnya. Ia mengenakan gaun sutra yang begitu indah berwarna biru mudah, gerakan gaunnya yang seakan tertiup angin membuatnya terlihat semakin mempesona mata siapa saja yang melihatnya. Afnan tidak perna mengerti mengapa gadis di lukisan itu selalu hadir dalam mimpinya setiap malam.

Lukisan itu di buat sendiri oleh Afnan, lukisan seorang gadis yang berada di atas bukit, ada juga lukisan saat gadis itu memetik buah dan yang paling menarik perhatian Afnan adalah lukisan sang gadis yang sedang memakai sebuah gelang kaki cantik berbentuk pola unik yang berwarna biru muda.