webnovel

Rivandy Lex : Classical Academy.

Title : Rivandy Lex : Classical Academy Update setiap Hari Minggu Jam 8 Pagi. Rating : 13+ Genre : Classical Fantasy, Drama, Action. Genre Secondary : Comedy, Romance, Psychological, School, Slice of Life. Mystery. Style Writing : Japanese Light Novel. Sinopsis Di sebuah gang, terdapat seorang remaja yang diguyur hujan. Seorang pria yang memungutnya mengajaknya untuk tinggal bersamanya. Karena keberadaan pria itu, remaja itu mendapatkan kehidupan yang baru setelah melalui mimpi buruk di kehidupan lamanya. Semenjaik kepergian pria itu, remaja itu memutuskan untuk menjalani kehidupan baru dengan menempuh pendidikan Akademi Spyxtria. Remaja itu, Rivandy Lex, menjalani kehidupan baru di akademi klasik tersebut. #WF

Ephixna_19 · Fantasy
Not enough ratings
41 Chs

Hari Pertama : Ikatan Gadis Suram

Selasa, 2 Ucheryc 1464, hari kedua, para murid akademi berkeliaran di lorong. Mereka istirahat sejenak setelah berada di kelas dengan cukup lama.

Rompi hitam merah berlambang akademi menutup seragam putih yang mereka kenakan. Seragam itu dikenakan selama dua hari dan hari ini adalah hari untuk mengenakan seragam itu.

Jam 11:56, pelajaran hampir berakhir. Hanya 2 materi yang disampaikan selama sehari. Setelah materi pertama, bel lonceng istirahat berbunyi dan mereka bisa keluar dari kelas lalu makan di kantin, pergi ke perpustakaan, dan duduk di taman.

Guru yang mengajar di kelas mengakhiri dengan nafas beratnya. Tubuhnya terkuras cukup banyak untuk mengeluarkan suara dan menulis di papan tulis.

"Oke. Anak-anak! Pelajaran hari ini telah selesai. Simpanlah buku dan alat tinta kalian! Kalian boleh pulang sekarang!"

Mereka bersuka cita setelah kelas berakhir. Para murid bergegas untuk pulang ke apartemen mereka masing-masing.

Sebagian besar para murid Akademi Spyxtria tinggal di apartemen. Pihak akademi tidak menyediakan asrama seperti akademi sebelumnya. Mereka justru memberikan uang bulanan kepada para murid.

550 Aegis sudah cukup untuk membiayai kehidupan mereka di ibukota. Para bangsawan bisa menghabiskan 770 Aegis karena mereka mendapatkan gaji hampir 1000 Aegis.

Setelah guru itu meninggalkan kelas, ada seorang gadis rambut biru langit berkucir dua dengan beberapa buku yang dibawa cukup berat.

Keadaan yang suram. Ia tidak dipedulikan di lingkungan sekitar. Matanya cuek dan terkesan menghindar dari orang lain.

Ia menunggu beberapa saat sebelum meninggalkan lingkungan akademi dan menutup diri. Jika sepi, dia akan pergi dari kelas.

Sementara itu, aku dan Evelyn berencana untuk pulang bersama lagi. Namun, aku masih punya urusan di akademi ini, yakni mengambil uang bulanan setiap tanggal 2. Jadi, Evelyn pulang lebih dahulu.

Aku meninggalkan bangku kursi dan bergegas untuk pulang. Dirogohnya saku kecil dan mengambil buku kecil lalu membaca dengan santai.

Namun, karena aku tidak melihat sekitar, seorang gadis itu menabrakku dari samping. Tubuh yang lemah itu terhempas ke lantai akademi.

Tabrakan itu terjadi di dalam kelas. Buku tebal jatuh berserakan. Ia menjerit kesakitan. Aku merasakan tabrakan itu. Dengan simpati, aku menutup buku kecilku dan menoleh pada gadis itu.

"Kau tidak apa-apa?!"

"...." Dia tidak menjawab. Mata suram itu tertuju pada buku tebal itu.

"Apakah kamu terluka?"

"Tidak! Aku baik-baik saja."

Gadis itu dengan refleks mengambil buku yang berserakan itu. Namun, aku mengambil buku itu dan membacanya dengan sekilas.

"Apa ini?" Aku membaca beberapa kata di dalam buku sampul itu.

"Itu ...." Dia terdiam sejenak.

"Hm? Apakah kau membaca buku seberat ini? Ini buku Ensiklopedia, lho." Aku menunjukkan buku yang ia baca.

"Tidak! Jangan! Kembalikan bukuku! Aku baik-baik saja. Jangan khawatirkan aku!" Gadis itu keras kepala.

"Tidak apa-apa. Aku tidak akan menyakitimu. Kalau perlu, aku akan membantumu. Kau tidak bisa membawa semua buku itu sendirian."

"Setidaknya, ... kau perlu bantuan orang lain." Aku mengambil buku tebal dari tangannya agar meringankan bebannya.

Ia sedikit bersalah. Beban yang ringan membuatnya tidak berguna. Mungkin ia menjadi suram karena merasa dibebani.

"Oh iya. Aku ingin mengambil uang bulanan dulu di ruang tata usaha. Kalau tidak keberatan, ikutlah denganku! Aku tidak akan menyakitimu!" Aku membawa bukunya dan meninggalkan kelas.

Dengan terpaksa, gadis itu mendekatiku dan mengawasiku secara intensif. Kami berjalan berdua di samping. Tidak aada yang mendahului. Hanya tatapan lurus ke depan. Itu yang bisa kulakukan.

[***]

Ruang tata usaha, ruangan yang mengurus administrasi akademi. Para murid berbondong ke sana untuk mengambil uang bulanan mereka. Kini, uang tata usaha semakin lama semakin sepi.

Tak lama kemudian, kami tiba di ruang tata usaha lalu masuk ke dalamnya. Tanpa basa-basi, aku mengatakan padanya untuk memberikan uang bulanan pada kami.

"Rivandy Lex. Aurora Sentinel." Pertugas itu memanggil nama kami.

"Oh. Rupanya kalian disini. Kalian ingin mengambil uang bulanan, bukan?"Pengurus tata usaha itu menyambut kami dengan ramah.

Aneh sekali. Kami malah mendapatkan keramahan dari pengurus tata usaha itu. Firasatku aneh mengenai keramahan pengurus itu. Tapi, aku memilih untuk pulang segera.

"ini dia. 550 Aegis. Kamu juga, Nona Manis!" Dia memberikan sekumpulan uang kertas kepada kami.

Kami mengambil cukup ragu. Ini sedikit lebih besar.

"Terima kasih, Pak! Aku pergi dulu."

"Terima kasih, Pak! Aku pergi dulu."

Kami meninggalkan ruangan tata usaha dan petugas itu melayani orang lain. Namun, dengan perlakuan yang cukup berbeda.

Kami tidak berbicara sekalipun. Bola mata kami hanya lurus ke depan, tidak membelok. Setelah meninggalkan akademi, kami menjaga jarak karena ia agak takut denganku.

[***]

Di tengah perjalanan, Aurora berada di belakangku. Dia berjalan cukup lambat. Aku tidak tahu dimana ia tinggal. Jadi, aku membalikkan badanku dan bertanya padanya.

"Aurora." Aku memanggilnya.

"..."

"Aku ingin tahu apartemenmu dimana. Tolong tunjukkan apartemenmu!" Aku memohon padanya.

"Um." Ia menerimanya begitu saja meskipun menunjukkan wajah yang suram.

Pembicaraan berhenti. Tidak ada topik yang bisa disampaikan. Aku belum pernah berhubungan dengan gadis seperti ini. Gadis ang suram dengan membawa beberapa beban yang dipikulnya.

"Ensiklopedia Biologi. Mungkin, aku harus mencarinya di perpustakaan." Aku melirik buku yang dia bawa.

Buku Ensiklopedia Biologi Akademi Spyxtria, buku yang tersedia di perpustakaan akademi. Terdapat 10 buku lengkap dengan setiap 1 buku beriis 300 halaman. Harusnya, buku ini tidak boleh dipinjam.

Setelah sampai di sebuah tempat, ia menghentikan langkahnya. bola mataku melebar dengan lambat. Sebuah tempat yg dia tinggali adalah tempat yang kukenal.

"Tunggu! Ini kan apartemenku juga. Jangan-jangan tempatnya bersebelahan denganku. Mungkin saja. Aku ingin melihatnya." Di dalam hati, aku berpikiran sesuatu.

Jadi, aku mengikuti langkah Aurora di depanku. Setelah sampa di apartemennya, kami menghentikan langkah kami. Ruangan apartemennya bersebelahan denganku, yaitu 303.

"Ini. Aku berikan ini untukmu."

Aurora menerimanya begitu saja. Rasanya mengucapkan terima kasih. Tapi, tidak bisa "Terima kasih. Aku ... berjanji untuk tidak memberatkanmu lagi."

"Jangan berpikiran seperti itu!"

"Dengarkan aku! Kau takut padaku karena kamu berpikir aku akan menyakitimu. Buanglah pemikiran itu dan tersenyumlah! Senyuman itu membuatmu lebih baik." Aku memberikan saran padanya lalu meninggalkannya.

"...." Aurora hanya terdiam. Ia pun masuk ke ruangan apartemennya dengan buku tebal di genggamannya.

[***]

Keesokan harinya, aku sudah siap untuk pergi ke akademi. Seragam, bekal, dan lain-lain diberi tanda centang. Begitu aku membuka pintu dan keluar, Aurora sudah di depanku. Masih suram, tidak ada bedanya dengan kemarin.

"Ano. Aku menunggumu."

"Tidak apa. Ayo! Kita berangkat bersama-sama."

Kami bergegas keluar dari apartemen. Tidak ada pembicaraan karena kami masih belum akrab satu sama lain.

Di tengah perjalanan, seorang gadis datang menghampiriku sambil memelukku. Pelukan itu teringat dengan kepala sekolah.

"Rivandy!" Teriaknya lalu memelukku dari depan.

"..." Aku tidak membalas pelukan Evelyn.

"Rivandy. Aku punya sesuatu, desu. E .. to .. Anone. Aku melihat ..."

Evelyn melirik pada gadis di sebelahku. Wajahnya imut namun dengan suasana suram. Rasa ingin tahu Evelyn cukup besar untuk mengetahui sosok di sampingku. Jadi, ia bertemu dengannya dan berkenalan.

"Halo. Aku Evelyn desu. Kamu imut sekali, desu."

"Aku Aurora. Salam kenal."

"Aurora! Nama yang imut, desu! Aku punya sesuatu untukmu. Ayo! Kita ke akademi sekarang juga!" Evelyn memegang tangan Aurora dan meninggalkanku sendirian.

Mereka cukup akrab karena mereka mengerti satu sama lain. Aurora mulai menghilangkan kesuraman nya dan mulai tersenyum karena tingkah Evelyn yang lugu.

Mereka sangat menikmati momen itu sampai meninggalkanku di belakang. Aku mengejar mereka yang terlalu cepat. Saking cepatnya, aku tidak bisa menggapainya.

Begitu sampai di gerbang akademi, aku melihat Evelyn menangis keras. Dia mengira aku sudah diculik.

"Dasar bodoh! Kau meninggalkanku dan menganggapku diculik!" Aku memarahi Evelyn yang memelukku.

Sejak saat itu, Aurora tertawa untuk pertama kalinya, berubah menjadi gadis yang manis.