webnovel

Re Life In Anime World

Saya seorang otaku yang hanya suka berdiam diri di kamar sembari menonton anime terkadang melihat manga erotis. Aku mungkin seorang manusia yang gagal namun aku tetep berpendirian teguh pada budaya otaku ku ini, aku tak ingin keluar untuk sekolah ataupun berinterkasi, aku tidak ingin sama sekali. Orang tua ku bahkan sampai tak peduli lagi padaku, namun dibalik ketidak pedulian mereka, mereka masih lah orang tua yang sayang padaku, tak lupa setiap hari mereka menyisakan makanan untuk ku makan. Suatu hari aku menonton anime yang bercerita tentang kehidupan sosial, disitulah aku menonton dan menonton hingga aku merasakan hatiku bergejolak. "Mengapa diriku menjadi seorang pecundang seperti ini? Aku harus mengubah hidupku ini!" Aku berlari keluar kamar untuk mengatakan kepada orang tua ku bahwa diriku akan berubah, namun naas aku tersandung plastik makanan ringan dan menghantam lantai kamar dengan kepala terlebih dahulu. Pandangan ku kabur, saat ku sentuh dahi ku darah terlihat di tangan ku, saat itu pula Tuhan mengambil nyawa ku. #jika ada kata yang kurang tepat, segara komen agar cepat di perbaiki dan kalian bisa lebih enjoy dalam membaca cerita ku

U_ardi · Anime & Comics
Not enough ratings
273 Chs

95.) Taruhan

Jam 8 malam di restoran.

Setelah Saki melepas kepergian suaminya, ia sedikit kesepian, berjalan bersama ibunya ke mobil untuk kembali pulang kerumahnya.

"Ibu apa itu orang pingsan?" tanya Saki saat melihat orang yang tergeletak di dekat mobilnya

"Kurasa iya, ayo kita bantu Saki chan"

"Um"

Shindou yang menunggu di dalam mobil keluar juga menghampiri mereka, sebab ia tak tau kenapa tidak buru buru masuk mobil malah melainkan pergi ke sisi lain.

.

"Anak muda apa kamu masih sadar?" tanya Ibunya Saki

"Tolong, aku kelaparan berikan aku makanan jika ada"

"Eh" ucap Saki dengan tampang bingung

"Tolong kamu ambilkan makanan dari resto Shindou kun" ucap Ibunya Saki

"Aku dilarang ambil makanan" balas Shindou

"Bilang yang suruh aku" kata Saki

"Baik"

.

Beberapa menit berlalu akhirnya Shindou kembali dengan membawakan karage dengan air mineral botol.

"Ini Nihara san" serah Shindou

Ibunya Saki menyuapi anak muda itu, dia sudah tidak ada tenaga untuk bergerak.

.

"Ah terima kasih nyonya atas makannya, lain waktu aku akan menggantinya"

"Tidak perlu, kamu bukannya murid SMA, kenapa bisa kelaparan dan pingsan?"

"Hidupku susah nyonya."

"Panggil aku Nihara"

"Hidupku susah Nihara san, aku memang murid SMA tapi aku hidup seorang diri, orang tua sudah tiada, sekolah aku hanya mengandalkan beasiswa, untuk makan aku cari di lingkungan sekitar"

"Nasibnya hampir sama dengan ku? tapi hanya soal makan sih" pikir Shindou

"Dia senasib dengan Shindou?" pikir Saki dan ibunya

"Namamu siapa?"

"Namaku Toki Kamanberu" (Senpai, sore Hitikuchi Kudasai) (Bukan hentai tapi poor man)

.

"Kamu mau kami bantu?" tanya ibunya Saki

"Tidak perlu Nihara san, makanan ini sudah cukup"

"Bukan soal makanan, tapi pekerjaan part time"

"Eh benarkah? Langsung di terima?"

"Tentu saja tidak, kamu harus mengikuti prosedur dulu dari buat surat lamaran hingga mengikuti tes, tapi akan ku permudah jika kamu mau"

"Di mana aku mendaftar?"

"Daftarkan di toko Hand art Nihara"

"Atau kamu juga boleh melamar di restoran ini, katakan saja rekomendasi dari Saki" ucap Saki

"Apa kalian baik baik saja menawarkan pekerjaan pada orang asing seperti ku?" Tanya Toki

"Tidak masalah kok, kamu kan akan di tes juga, serta menjalani masa training kerja, jika kamu jelek dalam bekerja itu keputusan kamu untuk mau memperbaiki atau keluar, itu juga jikalau kamu diterima" ucap Saki

"Um"

"Mau kami antar ke rumah mu?" tanya Ibu Saki

"Tidak usah, aku sudah terlalu merepotkan kalian, terima kasih banyak atas tawarannya"

"Ya sudah kalau begitu, kami duluan ya"

"Tentu Nihara san"

Mereka bertiga meninggalkan Toki yang masih duduk sendiri di dekat garasi resto.

Jam 8.10

Di rumah.

"Saya langsung balik ya Nihara san Saki san" ucap Shindou

"Kamu mau naik apa pulangnya?" tanya Saki

"Jalan kaki, motor ku, aku tinggalkan di rumah sebabnya"

"Kamu punya motor kenapa tidak di bawa kerja"

"Hemat bensin, jika ada keadaan yang memerlukan transportasi barulah motor ku ku bawa"

"Hmm, ini kunci motor kami, kamu ambil dan bawa pulang besok pagi jemput kami jam 6.45 ya"

"Tidak usah Saki san"

"Bawa saja, aku merepotkan mu sebabnya jadi terimalah bantuan ku"

"Um terima kasih kalau begitu"

.

Di dalam rumah.

"Ibu aku tidur dengan mu"

"Boleh saja, tapi mau tidur di mana ini ibu"

"Di kamar ku saja"

"Apa kamu yakin? Kamarmu bukannya privasi mu dan Haruka?"

"Tidak apa, lagipula di kamar ku juga hampir sama dengan kamar lain"

"Ara, apa tidak ada barang terlarangnya?" tanya Ibu menggoda Saki

"Barang terlarangnya sudah ku buang" (Condom)

"Kenapa di buang, kamu malu kah dengan ibu?"

"Tentu saja, aku kan sudah dewasa juga"

"Baik baik, anak ibu memang bukan seorang anak kecil ataupun remaja lagi"

.

"Ayo mandi bersama Saki chan" ucap ibu

"Umn"

Note : Itu Normal untuk sesama wanita mandi bersama jika di jepang.

Jam 8.30 Saki dan Ibunya duduk berdua di sofa ruang keluarga.

"Saki chan, kamu punya rencana kapan mau punya anak?" tanya Ibu tanpa ada rem

Saki yang sedang ngemil jadi tersedak.

"Uhuk Uhuk"

"Ini minum air" suruh ibu cepat

.

"Ah ibu sih tanya tiba tiba"

"Ya apa salahnya, ibu hanya ingin tau kan, jadi kalian rencananya kapan?"

"Emm, kata Haruka dan setelah konsultasi dengan dokter kandungan, lebih baik ketika aku minimal umur 17, tapi Haruka mengatakan padaku ketika umur ku 18 atau 19 saja"

"Bukannya itu masih lama? Jika ibu hitung umur saja belum genap 15"

"Ya memang, kami tidak terburu buru kok, tapi jika mau cepat ya setelah lulus SMA, memangnya ibu ingin cepat menggendong cucu ya"

"Ya bukan begitu, jika ibu kata tidak tentunya ibu berbohong juga, tapi ibu juga ikut kalian saja, terserah mau kapan yang penting kamu sehat saat masa kehamilan dan tidak membahayakan kamunya sendiri"

"Iya ibu aku paham kok, aku akan berkonsultasi dengan dokter juga jikalau aku sudah siap"

"Baguslah, kalau begitu"

.

"Hey ibu"

"Apa sayang?"

"Dulu waktu ibu mengandung ku ketika umur ibu berapa?"

"Kurasa di umur 20 tahun"

"Ibu kesusahan waktu itu?"

"Tidak juga, walaupun ayahmu dulu merantau, kakek dan nenek selalu membantu ibu"

"Oh benar juga ya, kan ibu saat mengandung ku kita masih di desa"

"Benar sekali, jadi kangen nenek dan kakek" ucap ibu

"Kenapa tidak kita telepon saja mereka" saran Saki

"Boleh saja sebentar, biar ibu telepon mereka"

.

Beberapa menit kemudian akhirnya telepon terhubung.

"Halo ibu ayah ini Nihara"

"Akhirnya kamu menelepon kami, sudah ku nanti nanti sejak minggu lalu" ucap Kakek

"Memangnya ada apa ayah?"

"Ini, kita sudah ada ponsel untuk telepon dengan lihat gambar kalian, kata Yukiko kami harus tau nomor kalian dulu agar bisa terhubung"

"Eh, disana sudah bagus sinyalnya?" tanya Ibu

"Sudah, hari sabtu minggu lalu, tower jaringan baru di dirikan di sini"

"Secepat itu pembangunannya?"

Note : ibu Nihara sudah tau jika Saki menyumbang uang untuk pembangunan infrastruktur desa.

"Ya mereka itu asal ada uang kerja pun jadi cepat, jadi katakan nomor kalian agar aku bisa menelepon dengan gambar itu"

"Namanya video call ayah"

"Iya itu pokoknya"

"Baik, tolong di catat nomornya"

"Sebentar, Nenek ambilkan pulpen dan kertas"

"Ayah, langsung di catat di ponsel kalian saja" ucap Ibu

"Bisa di simpan di sana?"

"Bisa ayah, ponsel ayah merknya apa?"

"Kata Yukiko apa nek"

"Hphone kek" balas si nenek

"Nah itu" ucap Kakek

"Oh, sama dengan punya ku, mari ku pandu caranya yah"

Ibu Nihara memandu kakek hingga ia bisa menyimpan nomornya Nihara dan Saki.

Jam 9 malam mereka berdua baru mulai video call, ya maklum lah mengajari orang tua yang gaptek itu lama.

"Saki chan di mana suami mu?" tanya Nenek

"Haruka kun ada urusan di Sendai selama 1 minggu nek"

"Oh jadi itu sebabnya, kamu menyuruh ibumu menemanimu?" tanya Kakek

"100 untuk kakek" balas Saki dengan ekspresi tersenyum lalu tangannya membentuk simbol ok

"Saki chan kapan kamu ada rencana mau buat anak?" tanya Nenek

Ibu Saki menahan senyum dengan pertanyaan itu.

"Aku berniat punya bayi ketika sudah lulus SMA nek, jadi 3 tahun lagi"

"Lama bukanya itu" ucap Kakek

"Kamu ini berpikiran lama lama, cobalah memahami Saki chan juga, dia kan baru berusia 15 tahun juga, jadi malah bahaya jika ia melahirkan dalam waktu dekat" omel nenek

"Bukannya kamu kelas 3 SMA Saki?" tanya Kakek

"Baru kelas 1 kakek"

Mereka ngobrol banyak hal sementara itu di mobil Takeda sensei.

Sebelum keluar tol kita istirahat sejenak di rest area, aku berniat menelepon Saki.

"Halo Sayang" ucap ku dengan muka sumringah tapi tiba tiba berubah jelek ketika mengetahui bahwa di panggilan video ada kakek dan neneknya

"Yah malam malam telepon tiba tiba panggil sayang, benar anak muda sekali ya nek" ucap kakek

Saki yang mendengarnya jadi tertawa.

"Akh.." ucap ku terhenti

"Malam kakek nenek ibu, tak kusangka kalian sedang berkumpul secara virtual" ucap ku

"Kamu sudah sampai di sendai Haruka?" tanya Nenek

"Belum nek, ini masih di rest area jalan tol, palingan jam 10 baru sampai"

"Kamu sebenarnya ada urusan apa hingga tidak bisa mengajak Saki ikut?" tanya Kakek

"Aku ada lomba kek, tepatnya lomba voli dan lari"

"Kamu sudah menikah tapi masih sempat berurusan dengan klub yang tidak ada uangnya itu?" tanya Kakek lagi kali ini dengan nada agak tinggi

"Kakek jangan marah" ucap Nenek

"Biarkan saja, orang sudah ada istri malah di tinggal untuk urusan yang tidak penting"

"Kakek ini bukan urusan yang tidak penting, ini penting juga untuk ku, aku suka kegiatan ini aku juga sudah menjalankan kewajiban ku sebagai seorang suami, jadi apa salahnya?" tanya ku

"Kamu tidak mengomelinya Saki?" tanya Kakek

"Tidak, Haruka kun juga punya kebebasan sendiri kek, aku tidak ingin terlalu mengekangnya, jika cari uang kurasa kami sudah kelebihan" ucap Saki

"Hmm kurasa Saki benar nek, uang 200 miliar yen saja di sumbangan ke desa kita" ucap Kakek

"Itu memang benar kakek! Kan aku sudah kata jangan marah" ucap nenek yabg gantian memarahi kakek bahkan sampai menjewernya

"Hehe Haruka aku minta maaf atas kata kata ku tadi, kamu sebagai seorang suami juga punya kebebasan sendiri, tapi selalu ingat batas disaat tidak bersama istrimu ya" ucap Kakek

"Tentu kek, aku sudahi dulu ya kami mau melanjutkan perjalanan lagi"

"Baik hati hati di jalan" ucap mereka semua

.

Jam 10 malam

Setelah sampai di penginapan kami semua langsung menata barang, penginapan ini di sewa selama 15 hari, dengan 8 ruangan, jadi setiap klub nanti yang akan bertanding esoknya boleh menginap di sini agar performa atlet bisa terjaga.

Setelah semua barang tertata kami selaku klub bola voli putra langsung gaskan berendam di air panas sekali untuk mandi.

"Mandi mandi, mandi apa semuanya!" teriak Tanaka

"Onsen!" balas Kami

"Woy jangan berisik!" marah Ukai sensei

"Baik sensei" balas kami cepat

.

Di dalam onsen.

"Astaga itu Haruka ternyata bukan hanya monster lapangan tapi monster di ranjang juga!" teriak Tanaka

"Oi jangan katakan keras keras"

Mereka yang mendengar jadi kepo melihat.

"Jangan di lihat bangke, sama bentuknya paling beda ukuranya saja" teriak ku

"Berapa ukuranya Tanaka" tanya Nishinoya

"Saat belum bekerja saja sudah se panjang ini" tunjuk Tanaka dengan menggunakan tangannya sebagai panjang perkiraan

"Astaga, aku baru tidur saja sepanjang itu!" teriak Nishinoya tak percaya

"Aku merasa kasihan pada Saki chan" ucap Ennoshita

"Oy jangan malah bicara hal kotor anjing" teriak ku

"Hey Tanaka kamu saat berdiri bisa berapa panjangnya? Kalian harus jawab juga" teriak Nishinoya

"12" Tanaka

"Asahi san jawab!" teriak Nishinoya

"Untuk apa sih, itu privasi"

"Jawab saja" sorak kami aku pun ikut ikutan

"13,5"

"Aku 12,7" Daichi

"12" Kageyama

"11,9" Kazuhito

"11,6" Raiki

.

.

"Sialan kenapa punyaku yang hanya di angka 10 cm!" teriak Nishinoya tak percaya

"Sabar bung" ucap kami semua

"Haruka punyamu berapa!"

"Jawab Haruka!" sorak mereka

"Pendek kok bener pendek" jawabku

"Katakan dalam cm!"

"Jangan itu bisa bikin kena mental" ucap ku

Yang mendengar jadi kaget.

"Lebih dari 15?" tanya Kinsohita

"Benar" ucap ku

"Hey lebih dari 15 itu masih ada lanjutanya, bisa 16,17,18 bukan?" tanya Raiki

"Jangan di tanya lagi tolong banget" ucap ku

"Kurang dari 16?" tanya Tanaka

Aku memilih diam

"Jawab atau kami cek sendiri" sorak mereka

"Kalian gay lah, baik baik akan ku katakan, 19,4 cm" teriak ku

Yang mendengar langsung kehilangan mental lelaki mereka.

"Tidak apa lah yang penting tidak hampir 2 kali lipat" ucap Tanaka yang secara tidak langsung menyindir Nishinoya

"Bangsat, aku merasa terhina, aku rasa kamu berbohong Tanaka, pasti punyamu hanya 7 cm!"

"Kamu gila apa, 7 cm itu panjang apaan, jari kelingking?"

Kami tertawa bersama mendengarkan pertengkaran mereka.

.

Sementara itu di onsen putri.

"Astaga apa kamu mendengar tadi, 19,4 cm loh" ucap Moe pelan agar tidak di ketahui oleh laki laki bahwa pemain voli putri sedang berendam juga di sebelah mereka

"Gila gila gila, itu tidak normal, artis porno saja 18 cm sudah di anggap monster" balas Minami Aoki

"Sudahlah teman teman kembali, itu obrolan kotor!" teriak Yui Michimiya

"Gawat jangan teriak tolol!" ucap Rinko Sudo

.

Kami yang mendengar teriakan wanita menjadi panik, kami langsung malu seketika.

"Bangke siapa yang tanya tanpa tau situasi tadi!" marah Tanaka

"Nishinoya!"

"Hehe kan kita ini setim jadi berbagi informasi itu hal yang lumrah"

.

Selesai mandi kami lantas langsung di persilahkan tidur, walaupun besok bukan jadi jadwal kami, tapi kami tetap harus jaga stamina tubuh.

Tentunya aku melanggar dong, ku gunakan waktu yang tersisa sebelum jam 11 untuk teleponan dengan Saki chan.

Tutt

Tutt

"Astaga masa sudah tidur" pikir ku

Ku kirim pesan pada Saki.

"Kamu sudah tidur sayang?"

"Oi, bangun bangun"

.

"Haruka kun, tau jam berapa ini?" tanya Ukai sensei dari belakang ku dengan muka seram

"Maaf sensei aku akan segera tidur!"

Kami semua pun tidur terlelap bersama.

.

Rabu 1 Juli, jam 5,30.

Kami semua mandi pagi lalu di suruh joging pagi selama 30 menit.

Jam 6.20 setelah joging kami mandi kembali, ya kami tidak tau alasanya tapi sensei sudah berkata seperti itu, jadi kami menurut saja.

Selesai mandi barulah kita sarapan bersama.

Di ruang makan.

"Yachi jangan grogi, anggap saja kejaian kemarin malam kita tidak ada di sana" ucap Kiyoko

"Um um, akan ku coba" balas Yachi

.

"Kalian semua makan sesuai porsi masing masing, sebelum pertandingan kita akan makan sesuatu yang hanya du perlukan tubuh agar stamina tetap terjaga, jadi mohon bersabar untuk menunya" ucap Takeda sensei

Kami yang sudah duduk dan makanan ada di depan kami.

"Wow aku ayam" ucap Tanaka

"Aku Ayam juga" ucap Daichi

"Aku ikan" ucap Nishinoya

"Aku juga ikan" ucap Hianata

"Aku ikan dan ayam" ucap Asahi

Mereka langsung melihat ke arah makanan ku.

"Haruka kun, kamu menyuap Takeda sensei ya?" tanya Tanaka

"Tidak lah"

"Lalu bagaimana kamu bisa ada sapi ayam dan ikan!"

"Kan sudah di katakan sesuai porsi masing masing, jadi jangan heran" balas ku

"Sensei!" teriak member voli

"Haruka punya peran penting dalam permainan, dia bertindak sebagai spesialis servis, jadi tenaga ekstra perlu ada untuknya, jika tidak terima kalian mau menggantikan posisi Haruka?" tanya Ukai sensei

"Tidak sensei kami menerima"

"Nah gitu saja di ributkan"

.

Jam 8 kami pergi ke gedung olahraga untuk daftar ulang sekaligus melihat permainan dari setiap tim.

Note : Permainan wanita dan laki laki di pisah, laki laki di gedung utama, wanita ada di gedung olahraga universitas Sendai.

Kami setelah daftar ulang lalu masuk ke gedung dengan gaya cool, dengan sragam baru bertuliskan Karasuno dan Haruka Saki membuat kami lebih percaya diri, sebab hanya dua tim yang sudah mendapat sponsor, yaitu tim Karasuno dan tim Shiratorizawa, itupun hanya yang putra.

"Astaga Haruka Saki bukannya brand terkenal ya?" ucap salah seorang pemain dari tim lain

"Apa kamu lupa, salah satu pemainnya kan pemilik brand tersebut, katanya juga servisnya sangat mematikan"

"Kalian jangan kuatir, Karasuno bukan unggulan, jadi palingan hanya Servis yang mereka unggulkan" ucap Kapten tim mereka

.

"Sudah jangan pamer lagi, segera kenakan jaket kalian, kita tidak akan bertanding hari ini" ucap Ukai sensei

"Baik sensei"

Kami di sana juga bertemu dengan teman semasa SMP yang beda SMA, sebut saja temannya Hinata dan Kageyama.

"Kamu dari SMP mana Haruka kun?" tanya Suga

"Aku dari SMP Tokyo 1"

"Bukankah itu SMP bergengsi yang punya akademi sampai kuliah?"

"Iya benar, akademi Tokyo satu juga hampir sama dengan Suichin akademi, kedua SMA itu saling berebut kursi kejuaran biasanya, bahkan sejak SD nya"

"Kamu bisa betah di sana?" tanya Asahi

"Tidak, disana terlalu ketat peraturannya, ya aku bisa lulus tapi di keluarkan dari akademi jadi tidak bisa lanjut SMA"

"Adik mu juga?" tanya Daichi

"Tidak, adikku sebenarnya bisa lanjut setelah lulus SMA, tapi dia sepertinya memilih sekolah di sini dekat dengan rumah utama kami sebabnya"

"Ohh"

.

Jam 8 pertandingan pertama di mulai.

"Ini membosankan, hanya permainan yang biasa saja" ucap salah satu penonton

"Mau pulang?"

"Ya jangan, Shiratorizawa saja belum main, Aoba Johsei pun belum"

Ketegangan tidak ada sama sekali di 3 lapangan yang digunakan, sampai akhir set pun ya biasa saja.

Jam 9, permainan pun di lanjutkan oleh pertandingan lainnya.

Kali ini penonton menjadi histeris sebab di di salah satu lapangan, Aoba johsei sedang bermain.

Note : Hari ini ada sebanyak 27 pertandingan, dari jam 8 - 12, lalu di sambung jam 1 siang sampai 6 petang.

Hari kedua tinggal 5 pertandingan yaitu tim Karasuno, lalu di hari itu juga pertandingan akan masuk di babak 16 besar.

"Go go Aoba Johsei!!" teriak pendukung mereka

Kami yang melihat.

"Gile baru pertandingan pertama saja sudah bawa pendukung" pikir Tanaka

"Benarlah, lihat si muka tampan itu, ingin sekali aku meludahinya" ucap Nishinoya saat melihat Oikawa tebar pesona

.

Oikawa datang di depan tibun kami.

"Haruka kun, lihat servis ku ini, akan ku buktikan servis siapa yang terbaik" ucap Oikawa

"Wow dia menantang mu Haruka" ucap Raiki

"Dia sinting kali ya" ucap Kageyama

"Bentar bentar, boleh kamu ulangi, aku akan merekamnya" teriak ku

Oikawa malah jadi marah.

Kami yang melihat malah jadi tertawa.

Di antara 3 lapangan hanya, Aoba Johsei yang jadi perhatian, kami pun juga memperhatikan mereka sih.

Permainan di mulai, Servis oleh Oikawa.

Boom!

Jump serv keras dengan akurasi tinggi, berhasil masuk tanpa halangan di tim musuh.

Para fans mereka berteriak.

"Aaaa" banyak sekali

"Tekanan fans musuh juga mampu menurunkan mental kalian, jadi jangan pernah sampai mental kalian down saat di soraki jelek" ucap Ukai sensei

"Baik sensei" balas Kami

Permainan servis terus berlanjut, hingga skor 6-0

Oikawa dengan bangga menghadap kami lagi, seakan menghina dengan servisnya yang hanya berjumlah 6 poin itu.

Jujur kami yang melihat malah jadi jijik sama dia.

Jam 9.30

Kemenangan mutlak untuk, Aoba jonsei dalam 2 set, set pertama menang dengan skor 25-14, lalu di set ke dua 25 - 12.

Lapangan selepas pertandingan kosong, tapi boleh juga sih di isi oleh tim yang akan bertanding berikutnya.

Aku menghampiri sensei.

"Sensei aku izin mau melihat adik ku bertanding di gedung olahraga universitas Sendai" ucap ku pada Sensei

"Baiklah, tapi jangan ajak lainnya"

"Alah sensei, kami juga ingin ikut lah"

"Tidak, kalian tidak ada keperluan, kalian fokuslah pada permainan mereka, siapa tau mereka akan jadi lawan kalian nantinya"

"Bye" ucap ku

Aku keluar gedung olahraga, di depan pintu masuk aku bertemu dengan Ushijima dan timnya.

"Haruka san?" ucap Goshiki (Dia itu yang ingin jadi ace menggantikan Ushijima)

"Sialan kenapa malah di panggil" pikir Ushijima

"Ya kenapa" ucap ku sambil menoleh

"Aku penggemar channel YouTube mu, bolehkan aku minta tanda tangan mu"

"Tentu saja, boleh mana pulpen dan dimana aku tanda tangan"

Dia mengeluarkannya dari tas, teman setim menepuk jidat dengan kelakuan bocah ini.

.

"Sudah"

"Terima kasih Haruka san, ku doakan tim mu masuk final dan bisa bertemu dengan kami"

"Eh, umm terima kasih atas doanya" balas ku

Ushijima menghampiriku, lalu berdiri tepat di depan ku, tinggi kami tak beda jauh, hanya beda 3,5 cm mungkin, aku yang kalah tinggi tentunya.

Note : Ushijima tingginya 189,5 cm.

"Kenapa Ushijima kun?" tanya ku yang membuat rekan se timnya kaget tak percaya, sebab hanya Soekawa dan Eita yang biasanya memanggil Ushijima dengan akhiran kun

"Kamu kuat, mari kita buktikan siapa yang terkuat di final nanti" kata Ushijima

"Boleh saja, tapi bagaimana jika kita buat lebih seru dengan taruhan" ucap ku

"Eh eh jangan bertengkar di sini" ucap Soekawa ingin mencairkan suasana

"Diam Soekawa, Haruka Shinomiya, kondisi dan taruhan apa yang kamu inginkan"

"Ya mudahnya jika kalian menang, kamu jangan pernah berhubungan lagi dengan adik ku, namun jika kamu yang kalah kamu tunjukan mukamu di depan orang tua ku" ucap ku

"Kamu yakin taruhan seperti itu?" tanya Soekawa

"Ya sebenarnya aku tidak merestui hubungan mereka juga sih, tapi aku juga bukan kakak yang pemilah, jika kamu laki laki buktikan"

"Jangan di terima" sorak se tim mereka

"Kita tambah taruhanya, sebab itu hanya akan merugikan dan menguntungkan ku"

"Baiklah mari aku dengarkan"

"Jika kamu menang kamu akan mendapatkan hormat ku di depan semua orang, namun jika kamu yang kalah, kamu bantulah aku untuk menghadapi orang tua mu"

"Tidak tidak tidak, aku juga tidak ingin berhadapan dengan orang tua ku, apalagi membantumu, bisa bisa aku di mutilasi nantinya, ganti ganti" ucap ku

Mereka yang mendengar jata mutilasi jadi kegat, mereka mengira ngira apa perkataan ku itu kebenaran.

"Astaga aku jadi tambah takut dengan orang tuanya" pikir Ushijima di balik wajah coolnya

"Baik akan ku ganti, jika kamu kalah, kamu harus berlutut padaku di depan banyak orang"

"Nah itu baru keren, aku terima tantangan mu, kuharap jangan menangis saat kalian kalah dan gagal menuju nasional musim panas ini, sudah dulu ya, jika kamu ada waktu tonton lah pertandingan Hiyori nanti" ucap ku laku menepuk pundak Ushijima lalu pergi

.

Aku ke lokasi naik taksi, hanya butuh waktu 5 menit mungkin.

Di dalam gedung.

Ku lihat disana juga sebanyak 3 lapangan, penonton ada tapi lebih sedikit.

Ku lihat di tribun, para wanita tim Karasuno sedang duduk, kurasa pertandingan pertama mereka sudah selesai, ku hampiri mereka.

"Yuko sensei"

"Haruka"

"Bagimana hasilnya?" tanya ku

"Kemanangan tentunya" ucap dia bahagia lalu ku lihat para ciwinya juga senang

"Berapa set dan poinnya?" tanya ku

"3 set, 25 - 19, 23-25, 25-17"

"Tidak buruk, selamat ya kalian semua" ucap ku

"Terima kasih"

"Mari berfoto bersama, akan ku tunjukan pada tim laki laki" ajak ku

"Tentu" balas mereka

.

Kami berpose dengan muka ceria.

Ckrek

Ckrek

Setelah foto di ambil langsung ku uplod fotonya ke grub voli putra.

"Tim putri menang, kita jangan sampai kalah" caption ku di bawahnya

.

Disitu sedang bermain Niiyama, yang di gadang gadang sebagai unggulan pertama pada seleksi prefecture Miyagi.

Skor sementara adalah 17 - 6 di set kedua, lalu di set pertama mereka menang dengan skor 25 - 10.

Sungguh itu hal yang luar biasa menurut ku, mereka selama sisa permainan tampil apik dan kompak, penyerangan selalu di eksekusi dengan spike keras oleh ace mereka.

Tapi yang membuat ku sangat kagum adalah tinggi mereka, 5 orang mungkin setinggi 180 cm lebih, hanya libero yang pendek.

"Hebat bukan?" tanya Yuko sensei

"Ya tidak kusangaka mereka sangat hebat, tak heran mereka selalu lolos di seleksi bola voli putri"

"Mereka lawan yang berat, apalagi pendukung mereka itu, kadang sensei di buat minder olehnya juga"

"Tenang, asal ada usaha, tim putri pasti bisa" semangat ku.

Beberapa menit berselang

Pertandingan mereka pun selesai, skor akhir adalah 25 - 6

Tim musuh sepertinya terkena mentalnya, dalam pikir ku.

Pertandingan selanjutnya adalah yang ku tunggu tunggu, yaitu Shiratorizawa melawan Fujinkai.

Para pemain masuk lapangan, lalu mulai pemanasan.

"Kakak" teriak sekaligus lambai Hiyori padaku

"Semangat Hiyori chan" teriak ku

"Tentu" balasnya

5 menit berlalu, permainan pun di mulai..

3633 kata, tinggalkan komen kalian ya

U_ardicreators' thoughts