webnovel

Re Life In Anime World

Saya seorang otaku yang hanya suka berdiam diri di kamar sembari menonton anime terkadang melihat manga erotis. Aku mungkin seorang manusia yang gagal namun aku tetep berpendirian teguh pada budaya otaku ku ini, aku tak ingin keluar untuk sekolah ataupun berinterkasi, aku tidak ingin sama sekali. Orang tua ku bahkan sampai tak peduli lagi padaku, namun dibalik ketidak pedulian mereka, mereka masih lah orang tua yang sayang padaku, tak lupa setiap hari mereka menyisakan makanan untuk ku makan. Suatu hari aku menonton anime yang bercerita tentang kehidupan sosial, disitulah aku menonton dan menonton hingga aku merasakan hatiku bergejolak. "Mengapa diriku menjadi seorang pecundang seperti ini? Aku harus mengubah hidupku ini!" Aku berlari keluar kamar untuk mengatakan kepada orang tua ku bahwa diriku akan berubah, namun naas aku tersandung plastik makanan ringan dan menghantam lantai kamar dengan kepala terlebih dahulu. Pandangan ku kabur, saat ku sentuh dahi ku darah terlihat di tangan ku, saat itu pula Tuhan mengambil nyawa ku. #jika ada kata yang kurang tepat, segara komen agar cepat di perbaiki dan kalian bisa lebih enjoy dalam membaca cerita ku

U_ardi · Anime & Comics
Not enough ratings
273 Chs

60.) Dermawan

#bingung ngedit di WebNovel jadi lanjut di sini sama yang sana

Di Ruang Keluarga

"Nenek tidak ikut?" Tanya ku

"Tidak, Nenek lebih suka di sini"

"Oh benar juga Nenek sewaktu aku pergi ke desa dimana Nenek Kakek Saki di daerah Chichibu, Saitama katanya mereka kenal kamu"

"Apa yang kamu maksud Arawakuna?"

"Nah benar itu nek, dekat Stasiun Urayamaguchi kalau mau lebih dekat"

"Oh apa Nenek dan Kakek Saki itu namanya Suhara dan Jun dari keluarga Yoshida?" Tanya Nenek

"Eh nenek masih ingat?"

Nenek tersenyum sambil melihat ke atas.

"Pasti Kakek dan Nenek Saki mengatakan bahwa Nenek ingin memajukan desa itu, apa Nenek benar?"

"Eh nenek benar lagi, lalu kenapa nenek pulang sebelum menyeesaikan proyek memajukan desa itu?"

"Nenek berteman baik dengan mereka berdua ketika Nenek remaja, awalnya nenek ditugaskan ke sana bukan semata untuk memajukan desa"

"Lalu apa?"

"Nenek mengemban tugas untuk membuat tempat baru yang cocok sebagai lahan perusahaan waktu itu"

"Eh" ucapku

"Jika kamu mengatakan Nenek munafik memang benar saja.."

"Tidak nenek tidak munafik"

"Hmmm, waktu nenek datang pertama kali ke sana nenek suka suasananya yang masih asri dengan hanya ada beberapa rumah dan banyak ladang sayuran ataupun persawahan"

"Nenek sangat diterima baik oleh orang orang di sana, Apalagi Suhara dan Jun, dialah sahabat nenek ketika di sana, setiap hari kami bertegur sapa dan menjalankan kegiatan bersama, nenek sempat menyesali kenapa nenek harus mengemban tugas itu yang akan merusak lingkungan di sana dan merusak kebersamaan itu"

"Berbulan bulan nenek di sana, mengemban tugas sembari menikmati hidup, lalu setelah 6 jika nenek tidak salah, Ayah nenek mengatakan harus mempercepat tugas nenek"

"Nenek berdebat dengan kakek buyut mu mengenai desa itu, nenek mengatakan cari saja tempat lain, tapi kakek buyut mu selalu mendesak nenek untuk segera melakukan"

"Nenek tega melakukan nya pada akhirnya?" Tanya ku

"Tentu saja tidak, nenek oramg yang keras tapi juga orang yang akan setia pada pertemanan yang asli tanpa di buat buat"

"Lalu nenek pergi?"

"Belum juga, di desa itu nenek pun melakukan cara supaya desa itu bebas dari perusahaan dengan alasan menjaga ke asrian lingkungan, nenek membuat proposal pada pemimpin prefektur dimana isinya adalah desa itu lebih baik jadi tempat wisata lingkungan"

"Jika kamu di sana teliti dan melihat sekitar harusnya kamu bisa menemukan taman bunga di balik bukit, air terjun tinggi dan rendah, danau, dan bukit batu" kata Nenek

"Eh itu ada? Aku hanya menemukan yang air terjun pendek"

"Berarti saat kamu ada di sana jalan ke lokasi masih belum di buat, nenek berdebat lagi dengan kakek buyut, ketika proposal nenek di terima oleh pemimpin prefektur, namun sepertinya ayah nenek tidak semudah itu melepaskan desa itu, aneh bukan? Ayah nenek yang dendam pada nenek tapi melampiaskan amarahnya pada desa itu"

"Maksudnya?" Tanya ku

"Ya ada hubungannya dengan pendanaan untuk infrastruktur pembangunan desa yang di halangi oleh ayah nenek"

"Lalu itu alasan nenek pergi sebelum waktunya?"

"Iya, nenek terlalu malu untuk mengungkapkan jati diri nenek dan kegagalan nenek dalam pembangunan infrastruktur penunjang wisata, nenek pergi ke wilayah lain yaitu ke Miyagi dan mendirikan perusahaan di sini dimana permukaan masih sangat sepi waktu itu"

"Lalu setelah kakek buyut wafat kenapa nenek tidak membantu dana pembangunan lagi?"

"Biarlah, desa itu sudah bagus dan tidak perlu di ganggu oleh pembangunan, biaran desa itu tetap asri dengan lingkungan yang masih bersih" ucap Nenek

"Wow itu cerita yang keren nek, ku kira nenek hanya semata mata melakukan pembangunan untuk mengembangkan desa tanpa pamrih tapi di tengah jalan kakek buyut memanggil nenek untuk pergi ke tempat lain lagi"

"Kita keluarga Shinomiya Haruka kun, kita boleh bangga akan nama keluarga tapi apa gunanya jika dengan nama itu malah membuat kita tertekan, Nenek suka berpetualang waktu muda tanpa menyandang nama Shinomiya, nenek suka melakukan aksi tanpa pamrih pada beberapa tempat, nenek aktivis yang bergerak dari bawah dan itu juga membuat keuntungan juga pada keluarga kita, dimana waktu nenek mendirikan perusahaan pakaian, Nenek dengan mudah mendapatkan pasar bahkan hampir di semua penjuru Jepang dan sampai meng ekspor ke luar negeri"

Aku bertepuk tangan karena nenek baru mengajarkan padaku suatu hal.

Kamu yang menanam kamu juga yang memetik hasilnya, boleh berat di awal tapi pasti manis di akhir.

"Nenek menceritakan kisah apa?" Tanya Kakek

"Itu kek di waktu nenek ke Arakawakuna" jawab Nenek

"Oh yang nenek katakan nenek melarikan diri itu ya?" Tanya kakek lagi

"Benar"

"Haruka kun jangan percaya jika nenek berkata dia melarikan diri karena malu, tapi aslinya dia tidak biasa melihat wajah kekecewaan sahabatnya jun dan Suhara jika nenek mengatakan kenyataan" kata Kakek

"Itukan juga malu" kata nenek

"Bukan, itu bukan malu tapi lebih tepatnya nenek tidak bisa melakukannya jadi nenek memilih menjauh" kata Kakek

"Tunggu, bagaimana Kakek bisa tau?" Tanya ku

"Kakek kan suami Nenek mu ini, petualangan nya juga jadi petualangan ku walaupun aku tertinggal" kata Kakek

"Oh aku bisa memahami sedikit hal, artinya apa kakek itu stalker"

"Mau ku hajar?" Kata Kakek

"He he bercanda kek bercanda" ucap ku

Jam 11.00

Acara renang mereka selesai, keluarga ku langsung berganti di kamar mandi luar(deket kolam).

Hiyori yang berpakaian tank top dan hanya celana pendek.

"Kakak belikan es kirm dong sama mana tv nya, beli sana juga" ucap Hiyori

"Beli saja sana sendiri, mini market dekat kok dari sini" suruh ku

"Eh tidak mau, aku tamu dan tamu harus di jamu, nah itu tugas kakak jadinya untuk melayani ku"

"You are my guest?"

"Of course"

"Hmmmm Ayo Haruka kun sekalian berangkat ke supermarket saja sekalian beli bahan makanan untuk makan siang" ucap Saki

"Ayo Saki chan biar ayah dan ibu antarkan saja" ajak Ayah

"Hey anda orang tua, Saki chan mengajak ku bukan anda" kata ku

"Kamu kan masih sakit jadi lebih baik biar ayah dan ibu" balas ayah

"No no no, aku sudah sehat"

"Baik memangnya kamu ada mobil Haruka?" Tanya Ayah

"Ada 3" jawab ku

"Kamu curang" kata Ayah

"Aku menang bukan karena curang ferguso" balas ku

.

"Kalian mau titip sesuai ayah ibu?" Tanya Saki

"Aku es krim dan snack" kita Hiyori

"Saki menanyai ayah ibu bukan kamu Hiyori" ucapku

"Bodo aku tidak peduli dengan kakak"

"Khhhhhhh"

"Beli saja sekalian untuk bahan makan malam Saki chan" ucap nenek

"Kalian mau bbq untuk nanti malam?" Tawar ku

"Tunggu sebentar" ayah melihat ponsel dan perkiraan cuaca nanti malam adalah cerah

"Ok boleh saja buat bbq di luar" kata ayah

"Hiyori juga mau"

"Aku tidak.." omongan ku di sela

"Sudahlah Haruka kun jangan menggoda Historis p chan lagi" kata Saki

"Baik sayang"

"Ibu titip pembalut ta Saki chan kurasa ibu akan haid malam ini" kata ibu

"Ukuran apa bu"

"Xl"

"Baiklah" ucap Saki

"Kakek nenek?"

"Kami jika ada belikan kue lembut dan rendah kalori"

"Baik" balas Saki

"Ayah pinjam mobil mu" kata ku

"Katanya sudah ada mobil"

"Mobil ku terlalu sempit jika harus bawa alat bbq"

"Eh kamu akan membelinya dulu" tanya ibu

"Ya iya lah, orang aku belum punya" jawab ku

"Baiklah ini kuncinya, mobil mu kamu taruh mana Haruka kun?" Tanya ibu

"Belakang, lihat saja kalau kalian kepo"

Aku dan Saki berangkat ke Supermarket sejauh 1,5 km karena hanya itu yang ada.

"Haruka kun apa kamu men transfer uang pada ku lagi"

"Iya memangnya kenapa?"

"Dapat dari mana lagi ini uangnya?" Tanya Saki

"Ya dari jual beli saham"

Note : skrip yang di buat Haruka tadi sudah berjalan 5 jam (6-11) yang artinya 2 triliun yen sudah di transferkan ke rekening Haruka, serta tadi Haruka mentransfer uangnya ke rek istrinya.

"Oh sudah untung kah saham yang kamu beli?"

"Sudah"

"Baiklah aku percayai saja"

"Aku berbohong" ucap ku cepat

"Huh lalu dari mana ini?" Tanya Saki sekali lagi

"Trading"

"Bukankah kamu sudah di peringatkan ibu Sayang?"

"Ya mumpung ada aplikasi yang belum bangkrut jadi aku mau buat dia bangkrut lagi pun khusus trading ini penarikannya masih mudah jadi aman aman saja"

"Kamu sudah kaya Haruka kun"

"Benar juga sih ya"

"Memang benar sayangku" ucap Saki laku mencubit pipi ku

"Berhenti Saki chan"

"Lalu berapa uang yang di dapat?"

"3,4 triliun yen"

"Astaga kamu gila Haruka kun, tapi tidak apa sih, serahkan uang sebesar 200 miliar yen"

"Untuk apa?"

"Aku mau memajukan desa nenek kakek ku" kata Saki

"Kamu yakin mau mengubah lingkungan yang indah itu?"

"Bukan mengubah ke hal negatif tapi ke hal positif, aku ingin sekolah di sana lebih baik lagi ada jalan ke tempat wisata dan ingin ku bangun penerangan desa yang lebih baik"

"200 miliar bukankah terlalu banyak?" Tanya ku

"Ya tidak semua juga Haruka kun"

"Lalu"

"50 miliar yen sisanya untuk di sumbangkan ke panti asuhan dan pusat rehabilitasi saja"

"Baiklah aku setuju saya"

"Mana uangnya kalau begitu"

"Aku tadi mentransfer 500 jadi gunakan itu saja"

"Baiklah"

Saki langsung menghubungi telepon Kakek Nenek nya.

"Halo dengan Keluarga Yoshida di sini" ucap Nenek

"Nenek ini aku Saki"

"Oh Saki chan bagimana kabar mu apa kamu baik baik saja ibumu kata kamu pindah rumah"

"Benar nek tapi aku baik kok, ini aku mau bicara hal yang lebih penting"

"Bicara hal apa?"

"Aku dan Suami ku Haruka ingin menyumbangkan uang untuk pembangunan desa.."

"Bentar Saki chan jika begitu kenapa harus dengan nenek kamu bicaranya, nenek tidak tau urusan begituan"

"Lalu siapa yang biasanya mengurus begituan nek?"

"Ayahnya Komari chan biasanya yang mengurus seperti itu"

"Lalu apa nenek dapat menghubungkan aku dengan ayahnya Komari"

"Tunggu sebentar jangan di tutup teleponnya akan ku panggilkan dia dulu"

"Baik nek"

Nenek menaruh teleponnya secara terbaik agar tidak tertutup dan mulai berjalan ke rumah Yukiko san.

"Nenek Yoshida mau apa ke mari?" Tanya Komari chan yang sedang duduk duduk di depan rumah rumah

"Koma chan apa ayah mu ada di rumah?" Tanya Nenek

"Ayah sedang pergi tapi ibu ada"

"Baik panggilkan ibu mu saja"

"Mau apa memangnya"

"Panggilankan ibu saja dulu"

"Umm"

Komari chan masuk dan memanggil ibunya.

Yukiko datang bersama dengan Natsume yang habis bangun tidur.

"Ada apa nek Yoshida?"

"Ayo ikut aku"

"Kemana?"

"Ikut saja dulu, cucuku Saki ingin bicara padamu lewat telepon"

"Eh kak Saki apa mau ke sini lagi?" Tanya Komari

"Kak Saki itu siapa?" Tanya Natsumi

"Dia yang cantik itu istrinya kak Haruka"

"Ah aku ingat itu istrinya kak Haruka ya, sakit sakit ibu jangan mencubit pipiku"

"Dasar kamu ini masa melupakan Saki chan dan hanya ingat kak Haruka saja" kata ibu

"He he"

Yukiko pun ikut bersama nenek untuk ke rumahnya dan mengambil teleponnya.

Aku di sini sudah sampai sebenarnya tapi masih menunggu Saki yang masih telepon.

"Sudah?"

"Belum sayang"

"Halo ini dengan Yukiko ada apa Saki chan sampai harus lewat perantara ku?" Ucap Yukiko

"Yukiko san ya katanya suami mu yang jadi perwakilan, dimana dia?"

"Suami ku sedang ada urusan di kota, bicara dengan ku pun bisa kok"

"Jika begitu ini saja aku ingin menyumbang ke dana desa untung pembangunan desa"

"Oh begitu maksudnya, bisa kok perwakilan dari ku berapa yang ingin kamu sumbangkan?" Tanya Yukiko.

"Bolehkah anda mencatatnya takutnya lupa"

"Boleh boleh"

Yukiko menurunkan telepon.

"Komari ambilkan kertas dan pulpen" ucap Ibunya

"Baik bu sebentar"

"Kertas dan pulpen aku punya, tolong ambilkan di bawah tv Koma chan" kata nenek

Setelah siap menulis.

"Sudah siap Saki chan"

"Baiklah akan ku mulai" (Saki di sini juga sudah membuat perincian anggaran secara kasar di ponsel Haruka)

"Pembangunan Sekolah 25 miliar yen, jangan di gunakan semua tapi gunakan bertahap untuk menggaji guru dan memajukan fasilitas penunjang lainya"

"Tunggu tunggu kamu tidak bercanda kan? Kamu baru berkata 25 miliar yen loh!" Teriak Yukiko yang bikin kaget nenek, Natsumi dan Komari

"Benar Yukiko san protesnya nanti dulu"

"Umm ok lanjutan"

"10 miliar untuk pembangunan fasilitas jalan menuju tempat wisata"

"1 miliar untuk mengadakan penghijauan di sekitar jalan yang masih kosong"

"500 juta yen untuk perbaikan penerangan"

"1 juta yen untuk pembangunan tower sinyal"

"14,5 miliar gunakan sebagai cadangan desa jikalau kalau ada bencana yang terjadi, lalu gunakan 2 miliar untuk menggaji kalian yang ikut proyek tersebut, serta aku mohon tarikan uang sebesar 500 juta yen untuk kakek dan nenek ku, ini rahasia keluarga ku dan kamu Masalah besarnya dana yang ku sumbangkan jangan sampai bocor ke masyarakat agar tidak menimbulkan iri dan dengki, ku pastikan jika kamu berkhianat keluarga Shinomiya ku tidak akan tinggal diam bahkan jika kamu akan ke luar negeri" kata Saki

"Aduh Saki chan tidak perlu mengancam aku juga, aku pasti akan menggunakan dana sesuai yang kamu inginkan, serta percayalah pada keluarga ku, tidak ada untungnya buat ku jika mengkhianati kalian yang bahkan saja suami mu menyelamatkan anak ku beberapa waktu lalu"

"Baguslah lalu no rekening mu berapa Yukiko san?"

"Silahkan di catat no rek ku....."

"Baik berikan teleponnya pada nenek ku dulu ya"

"Baik" ucap Yukiko

Nenek mengambil teleponnya.

"Nenek aku nanti akan memberikan uang padamu sebesar 500 juta yen tolong pergunakan untuk membeli barang barang perlengkapan rumah dan beli juga truk untuk Kakek pergi ke ladang yang lebih bagus"

"Apa kamu yakin Saki chan? Uang 500 juta yen itu terlalu banyak buat kakek dan nenek"

"Tidak apa nek, warga lain akan kebagian juga kok aku sudah mengatakan itu pada Yukiko san tadi"

"Jika kamu memaksa maka akan nenek terima, terima kasih cucuku"

"Baik nek"

Telepon tertutup dan Saki mulai mentransfer ke no rek Yukiko san sebesar 50 miliar yen.

"Ayo Haruka kun kita belanja"

"Huh lamanya" kata ku

"Ya maaf, sini ku cium biar rasa kesal mu berkurang" ucap Saki

Cuph

Saki mencium pipi ku

Aku tersenyum, entah kenapa juga penat ku juga hilang. (The power of bojo slur)

"Ayo kita belanja barang berat dulu" ajak ku

"Umm"

Aku dan Saki membeli Tempat bbq untuk yang pertama.

"Cari yang listrik atau yang bakar?" Tanya ku

"Cari yang listrik saja supaya matangnya cepat dan merata" kata Saki

"Baiklah"

"Beli dua Haruka kun" kata Saki

"Heh ini besar loh" kata ku

"Muat muat nanti jika menyususnya benar du dalam mobil"

"Siapa yang menyusun?"

"Kamu lah, masa wanita kamu suruh yang berat berat"

Niat awal aku hanya membawa keranjang dorong sekarang malah memabwa troli dorong.

2 kardus berisi tempat bbq listrik.

Lalu beli kompor kecil untuk hot pot 2 juga dari listirk juga. Tapi kami juga beli kompor 1 yang menggunakan gas kecil.

Beli gas kecil juga satu kardus.

"Tusuknya Sayang" ucap ku

"Oh benar juga"

Belanja barangnya sudah selesai selama 45 menit, ada tambahan lagi selain bakaran yaitu kami membeli televisi 90", vas bunga besar dan kecil, karpet besar sebanyak 6 buah yang niatnya di pasang di setiap kamar dan ruang keluarga.

"Kamu lanjutkan saja dulu beli bahan aku akan ke kasir untuk bayar dan memasukan ini ke mobil" ucap ku

"Baiklah"

Aku berpisah dengan Saki dan mulai membayar, setelah itu aku datang ke mobil masih membawa troli.

"Gimana caranya memasukan ini coba" pikir ku

Aku melihat ada anak anak smp yang berjalan jalan, kurasa aku mengenal salah satunya yaitu Nishikata.

"Hey anak anak" teriak ku

Mereka menoleh padaku, lalu mendatangi ku.

"Ada apa kak?" Tanya Nishikata

"Bisakah kalian bantu aku memasukkan barang ini ke dalam, punggung ku sakit aku tidak bisa terlalu banyak bergerak, tenang saja nanti akan ku berikan upah"

"Eh boleh saja, ayo gendut kita bantu kakak ini" ucap Nishikata

"Ayo angkat bersama" teriak ku karena memang benda ini berat

Selama 5 menit akhirnya barang barang berhasil di naikan ke dalam mobil.

"Kalian berlima kan"

"Iya kak" kata Nishikata

"Ini ambil 5000 yen dari kakak dan bagikan masing masing 1000 yen ke teman mu"

"Eh benarkah? Kami hanya membantu angkat loh"

"Tidak apa, jika kalian tidak ada kan kakak juga tidak mungkin bisa mengangkatnya, ambil saja dan aku ucapkan terima kasih ya atas bantuan kalian"

"Kalian kemari lah" teriak Nishikata

"Terima kasih kak atas uangnya" ucap mereka bersama

"Iya sama sama"

"Nama kakak siapa?" Tanya Nishikata

"Aku Haruka Shinomiya"

"Ehhhh apa kakak yang menolong Takagi san saat kecelakan?" Tanya Nishikata

"Takagi yang mana?"

"Takagi yang sisirannya belah tengah itu"

"Oh yang rambutnya coklat itu ya, aku ingat, memangnya kamu siapanya diam?" Tanya ku

"Aku hanya temannya tapi terimakasih sudah menyelamatkan dia" ucapnya sambil menunduk

"Kamu suka dia?" Tanya ku

"Eh tidak kok" tapi mukanya memerah

"Jangan pernah menyatakan cinta padanya" kara Ku

"Apa kamu juga suka Takagi!" Teriak Nishikata langsung

"Tidak begitu juga, lihat aku sudah menikah (tunjuk ku pada cincin nikah), aku berkata untuk tidak mengatakan cintamu dulu padanya saat ini, kamu laki laki kan, nyatakan cintamu jika kamu sudah bisa merasa dewasa dan siap bertanggung jawab, jika pikiran mu masih seperti anak kecil cukup sukai dia jangan sampai mencintainya" ucap ku

"Maksudnya apa?"

"Ya nanti kamu akan paham, sana teman mu sudah memanggil itu"

"Umm"

Nishikata pergi dan aku kembali ke dalam toko.

"Kenapa lama sekali?" Tanya Saki

"Itu berat dan banyak sayang" kata ku

"Aku sudah beli semua kebutuhannya dan semua titipannya, tolong kamu bawa keranjang dorongnya"

"Okey"

Jam 12.30 kami kembali ke Rumah.

Ku buka pintu gerbang dengan remot setelah berada di dalam halaman ku panggil Hiyori dan ayah untuk membantuku menurunkan barang belanjaan.

"Turunkan barangnya Hiyori chan" suruh ibu

"Siap"

Saki turun dengan belanjaan bbq nya dan masih ada kantung satu lagi.

"Mana Saki chan biar ibu bawakan"

"Ini ibu tolong bawa yang ini" kata Saki

Setelah belanjaan turun semua barulah aku memakirkan mobil di belakang rumah.

Lalu aku masuk ke dalam rumah lewat belakang.

"Haruka kun mana punggung mu bar ku oleskan lagi obat anti iritasi agar cepat sembuh" ucap Saki yang sudah menunggu ku di belakang

"Baiklah" balas ku

Aku dan Saki ke kamar kami untuk mengolekskan obatnya, sementara ibu dan Hiyori memasak di dapur.

Di dalam kamar.

"Buka pakaian mu Haruka kun"

"Un"

Ku buka kaos ku.

"Ini sudah mengering" kata Saki

"Oleskan saja Saki chan" ucap ku

"Baiklah"

Saki mulai mengoleskan obatnya di sekitar tempat yang luka.

"Hey hey anda tolong pelan pelan" teriak ku

"Ini sudah pelan"

"Kamu pakai kapas kan bukan kain"

"Iya ini kapas kok"

"Ummmmmm🥺" aku manahan sakit

"Salah mu sendiri sih bilang selingkuh" kata Saki

"Hello jika aku tidak jujur pada ibuku pasti hukuman akan lebih berat lagi" ucap ku

"Contohnya?" Tanya Saki

"Potong jari mungkin"

"Apa ibu tega melakukan itu?" Tanya Saki

"Dia tidak, tapi ibu ku kan punya bawahan yang tega jadi jika ibu tidak maka akan di lakukan oleh bawahannya"

"Itu mengerikan"

"Makanya lebih baik jujur, ibu ku orangnya keras jikalau memang ada yang salah, ibu ku pun akan melakukan hukuman jika ia yang salah juga" kata ku

"Apa ini salah satu tradisi dari keluarga Shinomiya?" Tanya Saki

"Umm, keluarga ku memang keras apalagi pada kasus ku ini"

"Ha ha ha makanya jangan mencoba selingkuh"

"Aduh aduh kamu terlalu keras Saki chan"

"Maaf maaf" ucap Saki sambil tersenyum

Beberapa menit kemudian.

"Sudah selesai kamu bergabung lah dengan obrolan di ruang keluarga, aku akan membantu ibu dan Hiyori chan memasak" ucap Saki

"Baik" balas ku

Kami keluar kamar.

"Oh Haruka kun masih siang kok berduaan di kamar" kata Ayah

"Lha emang kenapa, kan udah nikah"

"Ughhh kamu keji anak ku, yang tua ini serasa di kalahkan"

"Ya buat adik saja lagi buat Hiyori"

"Kalau bilang asal saja kamu ini"

"Memangnya kenapa bukankah ayah dan ibu masih muda, ya buat aja"

"Ibumu tidak mau repot mengandung lagi, kan sekarang sudah jadi tugas mu untuk memberikan kami anak kecil" ucap Ayah

"Ya paksa saja ibu untuk bikin" ucap ku

"Kamu mau ayah di hajar ibumu?"

"Ya demi jadi anak tidak mengapa yah"

"Bayangin nih ya bayangin aja dulu, jika Saki chan se galak ibumu apa kamu juga akan memaksa kehendak peribadimu?" Kata Ayah

Aku mencoba membayangkan.

"Suamiku kamu berani melawan ku!"

"Sini junor mu biar aku injak hingga patah"

Kembali ke percakapan.

"Itu mengerikan yah"

"Makanya ayah tidak ingin memaksa"

"Ha ha ha ayah memang penyayang istri ya" kata ku

"Ya jika tidak sayang pasti ayah tidak mungkin berjuang dan bertahan hingga sekarang, ibumu memang layak di perjuangkan kok"

"Whoooo keren, perjuangan ayah dulu bagaimana memangnya" tanya ku

"Jika kamu tau dulu ayah itu bertemu ibumu waktu SMA di Tokyo"

"Eh ibu dan ayah sekolah di Tokyo?"

"Iya di SMA Shuichi, ayah anak dari orang yang tidak punya dan hanya mengandalkan beasiswa prestasi untuk bisa sekolah di sana, mau dengar lanjutannya?"

"Mau mau" kata ku cepat