webnovel

Re Life In Anime World

Saya seorang otaku yang hanya suka berdiam diri di kamar sembari menonton anime terkadang melihat manga erotis. Aku mungkin seorang manusia yang gagal namun aku tetep berpendirian teguh pada budaya otaku ku ini, aku tak ingin keluar untuk sekolah ataupun berinterkasi, aku tidak ingin sama sekali. Orang tua ku bahkan sampai tak peduli lagi padaku, namun dibalik ketidak pedulian mereka, mereka masih lah orang tua yang sayang padaku, tak lupa setiap hari mereka menyisakan makanan untuk ku makan. Suatu hari aku menonton anime yang bercerita tentang kehidupan sosial, disitulah aku menonton dan menonton hingga aku merasakan hatiku bergejolak. "Mengapa diriku menjadi seorang pecundang seperti ini? Aku harus mengubah hidupku ini!" Aku berlari keluar kamar untuk mengatakan kepada orang tua ku bahwa diriku akan berubah, namun naas aku tersandung plastik makanan ringan dan menghantam lantai kamar dengan kepala terlebih dahulu. Pandangan ku kabur, saat ku sentuh dahi ku darah terlihat di tangan ku, saat itu pula Tuhan mengambil nyawa ku. #jika ada kata yang kurang tepat, segara komen agar cepat di perbaiki dan kalian bisa lebih enjoy dalam membaca cerita ku

U_ardi · Anime & Comics
Not enough ratings
273 Chs

45.) Pulang

Hiyori kembali ke bangsal.

"Aku kembali"

"Mana pesanannya?" Tanyaku

"Ini untuk kalian dan ini untuk ku, sama ini kembaliannya kak Saki" ucap Hiyori

"Ambil saja kembaliannya Hiyori" kata Saki

"Terima kasih"

"Eh eh eh jangan berikan padaku sini kembaliannya"

"Tidak mau kak Saki sudah memberiku itu kan juga uangnya bukan uang mu" kata Hiyori

"Sudahlah tidak apa Haruka kun"

"Jangan di manja Saki chan, dia udah ku beri 100juta yen loh"

"Tidak apa tidak apa" kata Saki

"Nah kakak Saki saja membiarkan ku kenapa kamu yang sewot"

"Ish"

"Sudah ayo makan dulu Haruka kun, Hiyori makan sama kita sini"

"Baik kak"

Kami makan di dekat ranjang ku.

"Dendang nya lumayan enak" kata ku

"Mmmm ini lumayan sih" kata Saki

"Kamu ambil menu apa Hiyori?" Tanya Saki

"Onigiri ayam dan onigiri sapi lalu sosis dan telur gulung"

"Enak kah onigirinya?" Tanya Saki

"Biasa saja, jika aku tau aku mending pilih menu seperti kalian saja"

"Karma is real my sister"

"Bodo amat kakak ku" kata Hiyori

Jam 3 sore

Ayah dan ibu kembali ke rumah sakit.

"Kalian sudah makan kan?" Tanya ibu

"Sudah ibu"

"Baguslah ini Hiyori chan pakian mu mandilah, kalian berdua sudah ada pakaian ganti kan?" Tanya ibu

"Sudah tapi Saki kurang pakian kayaknya" kata ku

"Eh aku sudah ibu, jika kurang nanti aku akan beli sendiri"

"Baiklah" kata ibu

"Haruka bagaimana keadaan mu, kok kamu sudah bisa duduk?" Tanya ayah

"Katanya dia sudah sembuh ayah, cuma tinggal menunggu tes sore ini jam 4" kata Hiyori

"Eh secepat itu sembuhnya?" Tanya Ibu

"Kata dokter ini keajaiban medis" kata Saki

"Syukurlah tuhan sayang pada kita" kita Ibu

Saat Hiyori mandi Saki membantu membersihan tubuh ku.

"Ara kalian mesra sekali" kata ibu

"Ish sudah ku bilang tunggu di luar dulu kan"

"Tidak usah malu Haruka kun ibu dan ayah mu ini sudah melihat seluruh tubuh mu loh" kata ayah

"Jangan di katakan juga ayah!"

Setelah bersih barulah aku berpakaian, btw aku sudah tidak memakai perban yang tebal seperti pertama kali, yang ku pakai hanya pernah tipis untuk menghindari punggung ku dari gesekan secara langsung.

"Saki chan Hiyori sudah selesai mandi ganti kamu sana" suruh ibu

"Baik ibu"

Saki mandi dan berganti pakaian.

Jam 4

Saatnya pengecekan kondisi ku yang kedua kalinya.

"Pasien tidak ada gejala kerusakan di tubuhnya, ataupun mutasi sel berlebihan, jadi dia sehat dan boleh pulang, cuma saya sarankan untuk jangan melakukan aktivitas berlebih"

"Terima kasih dok" kata ayah

Ayah pergi ke urusan staf administrasi untuk membayar biaya rawat ku.

"Perlu ku ganti ayah?"

"Jangan bodoh anak ku Haruka, orang tua mana sih yang meminta uang ganti jika anaknya sakit, adanya jika kami sakit kamu minta ganti rugi"

"Eh ya tidak lah, bahkan jika ayah ibu harus di rawat di luar negeri pun akan ku tanggung biayanya tanpa minta ganti sepserpun"

"Iya iya kami percaya pada mu kok Haruka" balas ibu

Kami turun ke parkiran.

"Ayah tidak bawa mobil Ferrari kan?" Tanya ku

"Tidak ayah bawannya pajero sport biar bisa muat banyak"

"Oh syukurlah"

"Ayo sayang kita kembali"

"Ibu aku kembali ke apartemen"

"Eh apa kamu yakin? Jika di rumah kamu ada yang merawat loh"

"Tidak bisa ibu, Saki masih harus sekolah jumat nya"

"Izin saja kan Saki chan?"

"Jangan ibu pendidikan itu penting"

"Alah padahal kakek nenek mau tau kondisimu loh" kata ibu

"Emmmm gimana menurut mu Saki?" Tanya ku

"Kita sapa kakek nenek dulu saja nanti baru pulang ke apartemen setelahnya"

"Nah itu juga boleh yang penting kamu sapa dulu kakek nenek" kata ayah

"Umm ok"

Kami kembali ke rumah Shinomiya.

Aku dan Saki menyapa kakek nenek dan istirahat sejenak.

Kakek bertanya padaku tentang perkembangan rencana pernikahan, jujur saja aku belum menyiapkan selain bertanya pada Saki mau gaya tradisional atau modern.

"Jika kamu merasa kesulitan menyiapkan maka biarkan keluarga saja yang menyiapkan Haruka kun"

"Tidak kakek aku mampu kok cuma bukan di waktu ini dulu"

"Baik ku harap aku cepat melihat surat undangannya"

"Tentu kakek"

Aku dan Saki sekalian makan malam disana barulah jam 7 malam kami pamit mengunakan taksi.

Aku dan Saki menolak untuk di antarkan oleh ayah, aku mencoba meminjam mobil tapi langsung di marahi oleh mereka semua.

Di dalam taksi

"Huh harusnya kita naik mobil sendiri tadi"

"Jangan gegabah Haruka kun"

Ponsel ku berdering

Ku lihat dari pihak pusat rehabilitasi.

"Halo tuan Haruka saya ingin mengabarkan bawah ibu atas nama Yoshida sudah diperbolehkan untuk pulang, tadi kami mengabari anda jam 3 sore tapi tidak mendapatkan jawaban"

"Oh baik baik maaf tadi ponsel ku lupa ku lihat"

"Tidak apa sekarang ibu Yoshida sudah memunggu selama 4 jam, ku harap anda segera datang kemari"

"Kamu mengurusnya selama 4 jam itu kan?"

"Tentu saja kami merawat nya tapi dia tidak mau kembali ke dalam dan ingin menunggu kalian"

"Baik baik aku akan segera ke sana"

Telepon ku tutup

"Ibuku sudah sembuh?"

"Sudah sayang"

"Pak ganti arah ke pusat rehabilitasi di kota..."

"Tapi biaya akan tetap berjalan tidak apa tuan?"

"Iya tidak masalah"

"Baik pak"

.

"Bagaimana keadaan ibuku?"

"Dia menunggu di ruang jemput selama 4 jam sejak jam 3 sore tadi" kata ku

"Lah kok bisa?"

"Aku kan tadi membuat hp ku tanpa suara mulai dari pemeriksaan sampai kita makan malam dan aku juga tidak melihat hp, jadinya ya saat ada panggilan masuk aku tidak tau, kamu tidak marah kan?" Tanya ku

"Tidak, aku yakin kok ibu mampu memahaminya"

Jam 7.40 kami tiba dan langsung menjemput ibu serta mengurus dokumen.

Jam 8 kami baru kembali dari sana.

Di taksi aku duduk di depan dan di belakang ada Saki dan ibu.

"Maaf ya ibu ini salah ku karena tidak melihat ponsel" kata ku

"Umm tidak apa Haruka kun, Saki sudah mengatakan bahwa kamu sakit waktu itu dan Saki juga sibuk mengurus kamu"

"Ibu tidak apa kan tidur dulu di apartemen kami, niatnya kami ingin menyewakan apartemen untuk ibu juga"

"Eh tidak usah ibu akan kembali saja ke rumah lama"

"Jangan ibu kita lupakan saja rumah itu, itu kenangan buruk dari ayah tiri" kata Saki

"Tapi itu rumah yang ayah dan ibu bangun dulu"

"Lupakan saja semua itu, atau ibu akan stres lagi, kita buka lembaran baru dan kita jual saja" kata ku

"Lalu ibu akan membayar apartemen dari mana uangnya Haruka kun?"

"Jika ku berkata akan ku bayarkan apa ibu mau menerimanya?"

"Aku akan menolak dengan tegas Haruka kun" kata ibu

"Huh begini saja apa ibu masih kuat untuk bekerja?"

"Bekerja apa?"

"Katakan Saki chan" ucap ku

"Yang mana?" Tanya Saki

"Yang toko baju"

"Oh, begini ibu Aku dan Haruka ingin membuka usaha toko baju brand kami sendiri, apa ibu ingin mengurus tokonya ya sebagai manager atau kasir gitu?" Tanya Saki

"Ibu tidak bisa menjadi manager tapi jika ibu menjadi kasir sepertinya masih bisa"

"Atau ibu ikut di resto saja?" Tanya ku

"Jangan Haruka kun itu lebih berat" kata Saki

"Ya hanya menawarkan" balas ku

"Atau ibu punya saran saja, sewaktu di rehabilitasi kami menerima bimbingan pembuatan karya, jika boleh ibu mau pinjam modal usaha pembuatan karya tangan"

"Wah itu lebih baik ibu tapi jika memulai usaha apa ibu tidak akan lelah?"

"Kerajinan tangan ini tidak perlu tenaga yang besar kok"

"Apa memangnya ibu kerajinan itu?"

"Membuat lampion, membuat hiasan bros, membuat tas dari kain bekas dan lain lain"

"Ibu menguasainya?" Tanya ku

"Yap ibu menguasainya dengan cermat dan tepat"

"Jika seperti itu lebih baik ibu buat bina usaha karya saja" kata ku

"Apa itu Haruka kun?" Tanya ibu

"Begini, ibu kan punya keahlian membuatnya, tugas ibu di sini cuma mengajarkan kepada karyawan ibu tata caranya, secara tidak langsung sih ibu jadi bosnya juga, untuk karyawan nya ku sarankan ibu ibu pkk yang belum bekerja atau yang tidak bekerja di sekitar lokasi kerja, apa ibu setuju?"

"Berarti butuh tempat kerja lagi ya"

"Ya tidak apa ibu akan ku modali namun ibu yakinkan aku juga bahwa usaha itu mampu berkembang"

"Percayalah ibu, Haruka itu orang yang baik, jika dia punya pemikiran bahwa usaha akan menghasilkan uang pasti ia mendukungnya dengan penuh" kata Saki pada ibu

"Apa kamu yakin ibu bisa?"

"Ya coba saja dulu usaha kecil dengan beberapa karyawan, jika sudah untung baru tambah karwayan dan tambah jenis karya" kata Saki

"Baik nak Haruka ibu mau menerimanya"

"Oke ibu, pengurusan usaha paling lambat 1 minggu dari sekarang ya, jadi ibu cari saja karyawan dan tempat memasok bahan baku, urusan bangunan dan dokumen pengesahan biar ku urus"

"Terimakasih Haruka kun"

"Sama sama ibu"

Jam 9.10 kami baru tiba di apartemen.

"Saki bereskan kamar kita ya biar ibu tidur di kamar kita berdua dan kita tidur di kamar ku"

"Kenapa tidak sebaliknya?"

"Kamar ku kan sumpek alat elektronik jadi lebih baik ibu yang menempati ruangan yang luas"

"Eh tidak usah repot-repot kalian berdua, ibu bisa tidur di sofa ini"

"Sungguh durhaka lah menantu mu ini bu jika membiarkan mertuanya tidur dengan tidak enak, jangan menolaknya ku mohon ibu" kata ku

"Ummm baiklah"

Saki membereskan kamar kita untuk di tempati ibu.

"Ibu apa kamu sudah punya ponsel?" Tanya ku

"Ibu tidak punya sekarang, dulu punya satu tapi entah kemana saat ibu di kirim masuk ke pusat rehabilitasi"

"Ibu bisa yang touchscreen?"

"Layar sentuh ya kurasa ibu pernah lihat"

"Ibu harus punya ponsel ya, aku punya ponsel lama ku masih bagus dan tidak ada kerusakan, jika ibu mau ibu bisa memiliknya"

"Eh benarkah? Jika begitu ibu akan terima saja"

"Bentar akan ku ambilkan ibu"

Aku masuk ke kamar berdua.

"Mau cari apa Haruka kun?"

"Ponsel lama ku yang Hphone 12 itu dimana ya Saki"

"Untuk apa?"

"Kuberikan pada ibu"

"Oh tidak beli baru saja?" Tanya Saki

"Ya jangan ibu nanti tambah tidak enak"

"Benar juga, ponsel lama ku letakan di atas lemari itu Haruka kun"

"Umm baiklah" lalu ku ambil kotak box ponsel itu dan kulihat masih lengkap ada charger dan buku panduannya

Aku kembali ke ruang tamu, namun tidak menemukan ibu.

"Ibu dimana kamu?"

"Aku di dapur Haruka kun"

"Mau makan kah?"

"Tidak aku bersih bersih barang kotor ini, dan ku buang ya kare ini karena sudah basi, pasti kalian tidak menghangatkannya"

"Itu bukan kare ibu tapi rendang"

"Rendang?"

"Pokoknya tuh daging rebus"

"Oh ibu paham"

"Sini dulu saja ibu biar Saki yang membersihkannya nanti"

"Tidak usah ini tinggal sedikit kok, kamu saja yang istirahat kamu habis pulang dari rumah sakit bukan?"

"Jika sudah selesai kembali ke ruang tanu ya Bu"

"Iya"

Beberapa menit ibu kembali dan membawa teh hangat yang sudah di seduh.

"Ini minum Haruka kun"

"Eh malah ibu yang repot kan"

"Tidak kok kamu tenang saja"

"Ku minum ya ibu"

"Silahkan saja"

Suppppp ahhh

Rasanya enak, seperti racikannya Saki, kurasa Saki yang menirunya sih.

"Ibu ini ponsel lama ku, coba dulu"

"Terimakasih Haruka kun"

"Iya"

"Ini bagaimana cara menghidupkannya"

"Tekan lama tombol di kanan ponsel paling bawah ibu" ucap Saki yang sudah selesai berberes dan turun ke bawah

"Oh seperti ini"

"Lalu dimana aku bisa mengirim pasan untuk kalian berdua" tanya ibu

"Bentar aku ambilkan kartu lama ku untuk daftar" kata Saki

"Haruka kun kamu istirahat dulu saja bisa ibu aku yang mengajarinya pakai ponsel pintar ini"

"Iya nak Haruka istirahat saja" kata ibu

"Jika seperti itu maka akan ku terima, Saki ibu aku duluan tidur ya, selamat malam"

"Selamat malam juga" ucap mereka berdua

Aku pergi ke kamar ku dan langsung tidur karena kelelahan di perjalanan.

"Oh begini ya caranya menelepon, Saki bisakah kamu menelepon kakek nenek di kampung?" Tanya ibu

"Ibu ingat nomor telepon mereka?"

"Ibu ingat yaitu..."

"Ok sama seperti tadi yang ku ajarkan ibu silahkan panggil sendiri saja ya"

"Oke"

Telepon di angkat oleh kakek nenek Saki

"Halo apa benar ini dengan kediaman Yoshida?" Tanya ibuku

"Benar dengan siapa ini?"

"Aku Nihara anak mu ibu"

"Hara chan kamu baik? Ku dengar kamu bercerai dengan suami mu apa itu benar?"

"Banar ibu aku sudah bercerai denganya, ia lelaki busuk yang hampir memperkosa Saki chan"

"Huh Saki juga jadi korban?"

"Tidak ibu, Untungnya Saki bisa selamat"

"Maafkan kami Hara chan ibu dan ayah sudah tidak kuat untuk bepergian jauh untuk menjenguk kedaan mu"

"Tidak apa ibu kapan kapan aku yang akan kesana saja, dan tahukah kamu ibu, Saki kecil ku sekarang sudah menikah dan punya seorang suami yang amat mencintai dirinya"

Saki yang mendengarkan jadi malu sendiri.

"Saki chan sudah bersuami? Bukan kah taun ini umurnya baru 15 tahun?"

"Benar baru 15 tahun tapi dia sudah mengikat janji suci dengan suaminya, aku pun setuju"

"Astaga biarkan aku bicara dengan Saki kecil"

"Sebentar ibu"

"Nenek mau bicara padamu Saki chan"

"Umm"

"Halo nenek dengan Saki di sini"

"Katakan gadis kecil atas alasan apa kamu menikah muda dan siapa suami mu?"

"Alasannya karena dia melamar ku dulu nenek jadinya aku menerimanya, ini hanya pernikahan di kantor sipil kok belum resepsi besarnya dan jika nenek tanya siapa suami ku, suami ku namanya Haruka Shinomiya"

"Eh jadi keluarga Shinomiya?"

"Nenek kenal?"

"Dulu sekali ada seorang perempuan perantau di sini yang berniat mengembangan desa kami, namanya kalau tidak salah adalah Yuki Shinomiya, apa ia salah satu dari keluarga nya Haruka"

"Astaga nenek, Yuki Shinomiya merupakan neneknya Haruka kun"

"Eh kebetulan juga ya"

"Bagaimana bisa nenek Haruka bisa sampai sana nek"

"Ya seperti yang kukatakan tadi, dia ingin mengambangkan desa kami, mulai pembangunan sekolah yang ibu mu dulu masuki, peternakan sapi dan pengolahan tanaman dan lain lain"

"Wow tak ku sangka loh"

"Ya tapi sayangnya saat belum selesai mimpinya ia harus di tarik oleh ayahnya untuk kembali ke Tokyo, sudahlah jika dengan keluarga Yuki san aku percaya pasti suami mu seorang yang baik, kapan kapan jika ada waktu luang kemarilah sayang, nenek dan kakek akan menunggu kalian"

"Umm tentu nenek aku akan mengatakannya pada suami ku nanti dan dimana kakek?"

"Lelaki tua itu sudah tidur, berikan ponsel nya pada ibu mu lagi Saki chan aku masih kangen dengannya"

"Baik nenek" lalu Saki menyerahkannya pada ibu lagi

Percakapan panjang terjadi sampai jam 10 barulah telepon mati.

"Saki chan kurasa ibu akan pergi dulu ke rumah nenek untuk minta maaf padanya dan berkunjung sudah 4 tahun sejak terakhir kita ke sana" kata ibu

"Eh bukankah lebih baik tunggu sebentar lagi saja ibu?"

"Tidak usah mengkhawatirkan ibu, ibu terbiasa kok naik kereta untuk sampai ke sana"

"Jangan ibu terlalu berbahaya" ucap ku yang bangun kembali dari kamar

"Eh kamu belum tidur?"

"Aku merasa ingin kencing Saki"

"Biarkan ibu pergi Haruka Saki, ibu janji akan hati hati kok"

"Sebentar aku ingin kencing dulu baru setelahnya kita bahas bersama"

"Udah sana sana" kata Saki

Setelah itu aku duduk di sofa juga.

"Jika ingin pergi ajak kami juga ibu" kata ku

"Kamu jangan nyleneh Haruka kun" kata Saki

"Ya tapi ada tapi nih Saki, kita hanya pergi ke sana lewat jalur udara biar aku tidak terlalu kelelahan"

"Eh kamu kan baru keluar dari rumah sakit Haruka kun" kata ibu

"Tidak apa ibu aku sehat sebenarnya, luka ku pun sudah menutup yang paling tidak terlalu lelah dulu"

"Jika begitu kamu minta izin dulu sama istrimu"

"Boleh kan Saki chan?"

"Besok sekolah loh aku"

"Bolos saja kan bisa" kata ku

"Hey sayang kamu tadi di rumah ibu berkata pendidikan itu penting bukan?"

"Ya keluarga kan lebih penting, lagian aku dan kamu belum menyapa kakek nenek mu"

"Sebelumnya apa kamu tau dimana rumah nenek dan kakek ku Haruka kun kok asal main naik pesawat"

"Memangnya dimana?" Tanya ku

"Di Chichibu, prefektur Saitama, atau tepatnya di dekat stasiun urayamaguchi" ucap ibu

"Heh sejauh itu kah?" Tanya ku

"Memang jauh Haruka kun makanya aku tidak memperbolehkan nya"

"Jarak dari sini berapa km ibu?"

"Mungkin sekitar 640 km"

"Gila jauh banget itu"

"Memang jauh Haruka kun jadi kamu mengurungkan niat tidak untuk datang?" Tanya Saki

"Tunggu sebentar Chichibu, prefektur Saitama merupakan tempat anime anohana dan non non byuri, dan kuncinya ada di stasiunnya, pasti itu" pikir ku

"Lanjut dong"

"Jika kamu yakin aku sih ok ok saja" ucap Saki

"Ok jika begitu akan ku pesankan 3 tiket pesawat untuk kita" ucap ku

"Jamnya berapa saja yang tersedia Haruka kun?" Tanya ibu

"Jam 6 pagi, jam 8 pagi, dan jam 10 pagi yang terkahir ibu" jawab ku

"Ambil yang jam 10 pagi saja, kita berangkat lewat Sendai kan?"

"Iya ibu"

"Lalu kita mau bawa oleh oleh apa?" Tanya Saki

"Beli saja di Sendai Saki chan"

"Lalu berangkat ke sana naik apa?" Tanya Saki

"Naik taksi lagi?" Saran ku

"Itu lebih dari 60 km loh Haruka kun"

"Naik kereta bisa kok, tapi adanya cuma jam 5 pagi dan jam 9 pagi" kata ibu

"Ya sudah itu saja Saki ketimbang aku harus sewa mobil"

"Memangnya siapa yang mengizinkan mu menyewa mobil?"

"Tidak di izinkan?" Tanya ku

"Tidak akan pernah"

"Sudah sudah mari kita tidur saja dan bersiap untuk besok berangkat" kata ibu

"Baik ibu"

Jumat 5 juni, jam 4 pagi

"Bangun Haruka kun kamu harus bersiap sekarang"

"Aku masih ngantuk"

"Katanya mau jenguk kakek nenek"

"Ughhh ini baru jam 4 loh"

"Kamu kira kereta tiba di depan rumah apa!"

"Iya iya aku bangun sekarang"

Aku dan Saki turun ke bawah dan di bawah ibu sudah siap dengan masakannya yang sudah jadi.

"Ayo makan dulu mandinya nanti saja" kata ibu

"Ibu kamu bangun jam berapa?" Tanya Saki

"Baru saja kok Saki chan ayo makan dulu pokoknya dan ini juga sudah ku buatkan sncak untuk perjalanan nanti"

"Baik ibu kami akan makan"

Jam 4,30 kami berangkat dari rumah menuju stasiun kereta api.

Jam 4.45 kami sudah sampai di stasiun.

Jam 4.55 kami sudah masuk ke kereta.

Jam 5.00 kereta jalan

"Ibu, Saki chan aku akan lanjutkan tidur bangunkan aku jika ada apa apa ya"

"Baik Haruka kun" kata Saki

"Saki chan apa Haruka selama ini memperlakukan kamu dengan baik?"

"Umm dia baik pada ku kok bu, perhatian malah"

"Kamu harus menjaganya Saki, Haruka seorang pemuda yang tampan dan tinggi mungkin banyak wanita lain yang terikat padanya walaupun ia sudah berstatus sudah menikah" kata ibu

"Aku percaya kok padanya"

"Jangan hanya percaya Saki, tapi kamu juga harus mengamankan diri"

"Bagaimana caranya ibu?"

"Tampil menarik saat bersamanya, aku kira Haruka adalah tipe laki laki yang suka wanita yang berdandan cantik"

"Apa iya?"

"Iya lah Saki chan anak ku"

"Ummm nanti aku coba akan merias diri"

Jam 7.00 kami tiba di stasiun Sendai.

"Haruka kun bangun" ucao Saki membangunkan diriku

"Sudah sampai Sendai?"

"Sudah ayo kita bergegas keluar kereta"

"Ibu mana?"

"Sudah keluar duluan"

"Ohh baik ayo keluar" ucap ku

"Tidak ada yang tertinggal kan?" Tanya Saki

"Tidak kurasa"