webnovel

Re Life In Anime World

Saya seorang otaku yang hanya suka berdiam diri di kamar sembari menonton anime terkadang melihat manga erotis. Aku mungkin seorang manusia yang gagal namun aku tetep berpendirian teguh pada budaya otaku ku ini, aku tak ingin keluar untuk sekolah ataupun berinterkasi, aku tidak ingin sama sekali. Orang tua ku bahkan sampai tak peduli lagi padaku, namun dibalik ketidak pedulian mereka, mereka masih lah orang tua yang sayang padaku, tak lupa setiap hari mereka menyisakan makanan untuk ku makan. Suatu hari aku menonton anime yang bercerita tentang kehidupan sosial, disitulah aku menonton dan menonton hingga aku merasakan hatiku bergejolak. "Mengapa diriku menjadi seorang pecundang seperti ini? Aku harus mengubah hidupku ini!" Aku berlari keluar kamar untuk mengatakan kepada orang tua ku bahwa diriku akan berubah, namun naas aku tersandung plastik makanan ringan dan menghantam lantai kamar dengan kepala terlebih dahulu. Pandangan ku kabur, saat ku sentuh dahi ku darah terlihat di tangan ku, saat itu pula Tuhan mengambil nyawa ku. #jika ada kata yang kurang tepat, segara komen agar cepat di perbaiki dan kalian bisa lebih enjoy dalam membaca cerita ku

U_ardi · Anime & Comics
Not enough ratings
273 Chs

207.) Sip

"Ini bawa" ucap ku pada Oono menyerahkan bingkisan dari optiknya

"Umm, terima kasih" balasnya

"Tentu, sekarang mari kembali ke mobil, katanya ibu sudah menunggu di sana"

"Oke"

.

.

.

Di parkiran, ibu sudah menunggu dan barang belum di masukan ke mobil.

"Kalian kelamaan, lagian kenapa kuncinya tidak di berikan ibu dulu" keluh ibu

"Iya maaf maaf, sekarang mari tata di mobil"

Pencet kunci agar terbuka pintunya.

"Taruh saja bingkisan mu di depan Oono chan, kamu nanti duduk di depan saja bersama ibu" ibu menyuruh

"Baik bu"

.

10 menit memasukkan belanjaan, troli di kembalikan ke tempatnya lalu masuk ke mobil untuk pulang.

"Ibu beneran bisa tidak?" tanya ku meremehkan

"Ibu ini pembalap jalanan dulu, jadi tenang saja"

"Eh, itu lebih mengkhawatirkan ibu" ucap ku

"Tidak masalah"

"Itu masalah!"

.

Perjalanan pulang kira kira 30 menit, karena ibu belum punya sim ia belum berani ngebut.

"Beli bensin dulu bu" suruh ku

"Baiklah"

.

Mampir ke pom lalu isi bensin.

120 * 30 liter = 3,6 rb yen dalam sekali isi bensin (max 36 liter sebenarnya) dan aku juga yang bayar.

"Pajak tahunan ku serahkan pada ibu pokoknya" ucap ku padanya

"Eh gak, kamu beli mobilnya kemahalan mana mungkin ibu mampu membayarnya"

"Bisa bisa, masa semuanya harus aku"

"Kamu sih beli mobil gak kasih tau ibu mana modelnya, beli kok sampai 3,9 juta yen"

"Ya itu karena mikir ku beli yang bagus sekalian saja"

"Mau di jual lalu di tukarkan yang lebih murah?" ibu bertanya

"Ya jangan" balas ku

"Ya sudah ini risiko mu beli yang mahal mahal, ibu hanya biaya bensin saja jika ibu yang menggunakan, sisanya kamu yang bayar"

"Efek marah dini hari tadi mungkin" ucap ku dalam hati

.

Setelah penuh lanjutkan perjalanan.

Ibu tetap di depan sementara diriku tiduran saja di belakang.

.

Sampai rumah jam 11 siang.

"Buka kan gerbangnya Oono chan" ibu menyuruh

"Baik"

Aku terbangun dari tidur ku.

"Sudah sampai rumah ya"

Aku turun juga dan ku bantu Oono membukakan gerbangnya, karena ya sudah 3 tahun gerbang garasi tidak di buka.

.

"Sepertinya macet, huhh bau bau keluar uang lagi ini" ucap ku

Ibu turun dari mobil.

"Kenapa gerbangnya?"

"Berkarat" balas Oono

"Paksa saja, besok di serviskan"

"Pakai uang ibu kan?" tanya ku

"Iya iya pakai uang ibu" balasnya

Ku paksa tarik hingga akhirnya terbuka, yah walaupun sampai bengkok penguncinya.

.

Setelah mobil masuk tutup lagi gerbangnya dan turunkan semua barang belanjaanya.

Ku cek dulu sisa saldo ku tinggal berapa.

14 juta yen lebih sedikit.

"Sehari 10 juta yen lebih" ucap ku dalam hati

Tapi tidak masalah, demi ibu yang bisa bangga saat ngerumpi dengan ibu ibu komplek!!

.

Jam 12 baru bisa istirahat.

"Biar aku yang masak saja bu, ibu dan kakak istirahat saja" ucap Oono

"Kamu bisa memasak?" tanya ku

"Ketika aku di SMA Hokkaido, aku ikut klub mancing, disana aku terbiasa memasak juga"

"Memancing?" tanya ku

"Memancing di bibir pantai biasanya"

"Oh aku paham, ya sudah kamu masakan saja ikannya, tapi jangan buat sashimi aku gak doyan" ucap ku

"Buat saja menu sederhana ikan bakar atau goreng Oono chan" ibu menyuruh

"Baik"

.

"Kamu yang memilihkan kacamatanya Oono chan?" ibu bertanya padaku

"Iya, cantik bukan?" tanya ku

"Kacamatanya atau orangnya?" ibu bertanya

"Keduanya"

"Ibu rasa itu memang cocok, ia kelihatan seperti wanita dewasa yang cantik, tak kusangka laki laki busuk itu bisa buat bibit secantik dia!!" ucap ibuku dengan aura merah yang keluar dari tubuhnya

"Tenang tenang, tidak baik membicarakan orang yang sudah meninggal" ucap ku menenangkannya

"Huh, baiklah baik, kamu apa sudah punya pacar atau belum?" ibu bertanya

"Belum" balas ku

"Kenapa tidak cari?"

"Besok akan ku cari" balas ku

"Memangnya bisa ketemu?"

"Ya tidak juga ibu, lagian kenapa sih ibu tanya soal pacar juga, aku masih muda, jadi santai saja"

"Bukannya begitu, tapi jika kamu pacaran kan artinya waktu mu sebagai akan kamu luangkan untuk pacar mu"

"Lha terus kenapa?"

"Ibu tidak mau kamu terjerumus lagi ke pergaulan bebas"

"Oh ku kira apa, aku sudah bisa berpikir kok bu, jadi tenang saja" ucap ku

"Sudahlah, aku mau masuk kamar dulu, aku mau coba coba buat lukisan, aku kepikiran suatu ide"

"Ya, nanti jika masakannnya sudah siap akan ibu panggil"

..

Di kamar.

Ambil tablet khusus menggambar manga, lalu mulai menggambar manganya. (yang tadi bilang lukisan ya hanya untuk bicara mudah dengan ibu)

Tapi sebelum itu cek dulu di Internet, manga yang biasanya jadi tranding itu genre apaan.

"Oh ternyata fantasi ya yang lebih populer" ucap ku

.

Baiklah fokus dan pikiran ide.

Ambil kertas dan buat kerangka cerita dulu.

Note : sudah ada manga terkenal seperti sao, one piece, naruto, Aot, dan lainnya di sini.

Pertama beri judul dulu matahari terbit.

Ceritanya yaitu tentang zombie, walaupun genre zombie sudah banyak, tapi kali ini aku coba mengemasnya dengan comedy dan tentunya sedikit berdarah, di era sekarang genre gore bisa di terbitkan cuma sangat jarang, berbeda dengan tahun 2000 an.

"Lebih baik pakai genre ecchi atau tidak ya" pikir ku

"Coba pakai saja lah" pikir ku

.

Kerangka kasar cerita selesai dalam beberapa menit.

Awalnya sekolah biasa, lalu ada kebocoran zat dari lab laboratorium china, yang menyebar melalui udara, virus mematikan yang mengubah korban jadi mayat hidup, dengan kemampuan semasa dia hidup masih ada, virus tidak menyebar melalui gigitan, namun jika terkena gigitan bakteri akan langsung menyebar.

Virus sampai ke jepang melalui burung yang bermigrasi selama 2 hari, yang di makan ikan, lalu ikannya di makan oleh salah satu penduduk jepang.

Lalu bagaimana virus bisa menyebar secara cepat?

Jawabannya ada di air laut, siang hari ada penguapan dan terjadilah hujan yang membawa virusnya.

Cara selamat yaitu dengan sembunyi di dalam gedung dan memakai alat pelindung tubuh.

Dst!!.

Ku kembangkan kerangkanya jadi 15 volume Ln nantinya, ku bagi dulu bagian bagiannya, setelah selesai ku mulai menulis LN volume pertama (dari manga buat ln? Ya boleh boleh saja, Haruka berniat menyelesaikan ln nya dulu soalnya, ia mau untung dobel)

.

.

Jam 12.45

"Haruka makan dulu!" teriak ibuku

"Oke"

Keluar kamar dan makanan sudah siap di meja makan.

"Kelihatannya enak" ucap ku

"Ayo segera duduk"

"Baik bu"

.

Duduk dan berdoa sebelum makan.

Setelahnya minum dulu baru menyantap makanannya!!

"Ini lezat" ucap ku saat mencoba ikan bakarnya

"Sebenarnya bisa lebih enak lagi jika ikanya baru di pancing, sebab masih fresh" ucap Oono

"Ini sudah enak, tapi jika mau yang lebih fresh harus pergi ke pasar, jauh dari sini tapi pasarnya" kata ibu

"Ya sudah ini pun sudah cukup, oh benar juga bu, rumah ini sebenarnya milik sendiri atau sewa?" tanya ku

"Sewa, rumah beserta tanahnya milik keluarga Utaze sebenarnya" balas ibu

"Harga sewanya berapa?"

"25 rb yen per bulan"

"Lumayan juga ya, lalu gaji ibu berapa?"

"180 rb yen pokoknya, namun jika lembur bisa sampai 200 rb"

"Ibu tidak berniat punya rumah sendiri?" tanya ku

"Ya mau, tapi uangnya siapa juga, harga rumah di Tokyo itu mahalnya selangit"

"Harga minimal saja di sini sudah tembus 30 juta yen, itu pun rumah sederhana dengan 2 kamar tidur"

"Mahal juga ternyata ya"

"Itu sudah sangat mahal bukan mahal lagi" ucap ibu

"Ya ya, besok jika ada uang aku mau beli" ucap ku

"Uang mu sisa berapa memangnya?" ibu bertanya

"14 juta" balas ku

"Simpan itu untuk tabungan mu dan Oono kuliah nantinya" ibu menyuruh

"Iya iya"

"Eh aku tidak kuliah tidak masalah juga" kata Oono

"Kamu harus kuliah jika bisa, walaupun dengan beasiswa tidak masalah, perjuangkan, di Tokyo persaingan kerja ketat jadi kamu perlu lulusan minimal S1" ucap ibu

"Jangan merasa jadi beban keluarga, aku pernah merasakannya dan ibu tidak mempermasalahkannnya" ucap ku pada Oono

"Ya bukan begitu prinsipnya Haruka, ibu akan melepaskan kalian jika kalian sudah dewasa, jadi ya jika kalian sudah bisa kerja sendiri ya sudah ibu lepas tangan"

"Oh begitu rupanya, ku kira ibu tidak masalah jika aku berbuat semau ku"

"Itu sangat bermasalah!"

.

.

.

Skip hari senin.

Sekolah dengan normal, walaupun sekarang pts.

Di kelas jam 8.30 pagi.

Duduk dengan enjoy dan bersiap mengerjakan ujian matematika.

Note : waktunya 1 jam 30 menit.

Sementara itu si mamak dan si Oono sedang di staf pencatatan sipil untuk mengganti marga si Oono jadi Katakawa.

.

30 menit berlalu, semua soal sudah ku jawab.

"Its so ez dude!!" Ucap ku dalam hati

Bisa karena belajar loh ya.

.

Aku maju ke depan.

"Saya sudah selesai, jawaban di tinggalkan atau gimana pak?" tanya ku pada guru laki laki di depan

"Bukannya mapel pertama kelas dua adalah matematika?"

"Iya pak"

"Dan ini baru 30 menit bukan?"

"Iya pak"

"Lalu kenapa keluar cepat cepat? Apa sudah kamu cek jawaban mu?"

"Sudah pak, pilgan dan essai sudah terisi" balas ku

"Ya sudah, silahkan keluar saja jawaban di balik dan tinggalkan di meja"

"Oke"

.

Aku kembali ke meja ku.

"Astaga Haruka mau berbuat ulah lagi?" pikir Yumi

"Paling ngawur" pikir teman cupu yang selalu ku buli

"Dia apa belajar ya" pikir si ranking dua

"Pintar atau bodoh?"

Banyak pertanyaan muncul di pikirkan teman teman ku karena aku selesai duluan, dulu mungkin aku selesai duluan dengan hasil jelek, namun sekarang berbeda.

"Yah bungkam mereka dengan hasil lebih baik" pikir ku

Whoss

Kertas coretan ku jatuh.

"Kertas apa itu" Ucap pak guru

"Kertas coretan pak" balas ku

"Bawa kemari!"

Ku bawa kertasnya ke depan.

"Ini kosong, kamu tidak menggunakan kertasnya atau memang kamu menulis coretannya di tempat lain?" pak guru bertanya

"Soalnya terlalu mudah, jadi aku bisa melogikanya" balas ku

"Kamu tidak bergurau kan?"

"Pak jika anda bertanya terus kapan saya bisa keluar ruangan" ucap ku

"Oh benar juga, silakan keluar jika begitu"

.

Keluar ruangan, lalu telepon si mamak.

"Bagaimana prosesnya, sehari jadi?" tanya ku

"Jadi, ini ibu sudah sampai sekolah mu, tapi ibu di suruh menunggu hingga ujian pertama usai" balasnya

"Wah sekarang aku resmi punya adik ya"

"Tunggu dulu, kata pak stafnya, ujian selesai 1 jam lagi, kenapa kamu bisa menelepon ibu"

"Aku sudah selesai ujian, ini sedang istirahat"

"30 menit selesai?"

"Iya, memangnya kenapa, gini gini saya itu kandidat lomba mtk bu" ucap ku

"Hmm ya sudah, datang lah ke staf tu, ajak Oono chan berkeliling dulu jika kamu longgar"

"Mana bisa, Oono chan memangnya sudah pakai seragam sekolah ku?"

"Ya belum, apa tidak bisa?"

"Ya tidak bisa bu, aturannya selama di lingkungan sekolah, siswa wajib mengenakan seragam dan punya id pelajar"

"Oh jika begitu ya sudah, belajar sana lumayan satu jam plus 30 menit"

"Belajar untuk apa, saat ujian itu di a larang belajar biar otak tetap dingin saat mengerjakan soal nantinya"

"Apa cara belajar sekarang memang seperti itu?"

"Ya tidak juga, tapi aku suka cara yang seperti itu, belajar mati matian di rumah dan saat di sekolah bisa happy happyan"

"Kamu di rumah bukannya hanya 30 menit belajarnya?"

"Ibu mana tau, aku ini belajar habis habisan saat ibu tidur"

"Ibu tidur kamu juga tidur nak, kan kemarin kita tidur barengan sekeluarga di depan tv"

"Kemarinnya maksud ku"

"Kemarin kamu pergi keluar, minum, laku pulang jam 2 dini hari dan langsung tidur bukannya"

"Ah sinyalnya di gigit kuda bu"

Telepon ku matikan.

.

Duduk di bangku taman, keluarkan bento yang isinya onigiri buatan Oono chan.

Ngemil sambil lihat lihat info lowongan pekerjaan.

Ehiro ode (penggarap one piece) mencari asisten manga, lokasi di Shibuya, gaji pokok ¥180.000 belum termasuk bonus, jam kerja senin - jumat 4 sore sampai selesai target, sabtu minggu jam 7 pagi sampai selesai target.

Libur sehari, pimpinan yang menentukan.

Kualifikasi

Asisten Background

- bisa membuat latar belakang manga

- diutamakan pengalaman dalam penggarapan manga fantasi

Asisten Pembersih

- pengalaman

- punya pengamatan yang jeli

Jika berminat kirim langsung lamaran ke studio X, kami biasanya melakukan tes langsung jadi lebih baik datang ketika jam kerja.

"Wow langsung umr, lumayan juga, tapi passion ku adalah mangaka bukan asisten" ucap ku

.

.

Lanjut cari yang tentang mangaka.

Ku search studio X apa mereka menerima manga atau tidak, ya ikut ikut mau langsung tenar saja sebab studio itu banyak manga terkenal, walaupun mereka nomor dua sekarang (nomor satunya Shinomiya Comic)

Kesempatan bagi anda mangaka baru, kami menyiapkan 1 slot di majalah mingguan kami, jadi segera daftarkan manga anda untuk kami ulas terlebih dahulu.

"Wah boleh ini" pikir ku

Tapi karena manganya belum ku buat ya simpan saja dulu cp nya.

Rogoh rogoh kotak bekal.

"Eh habis? Berapa potong tadi cepat sekali habisnya" pikir ku

.

.

1 jam berlalu, bell berbunyi menandakan ujian pertama telah usai.

Istirahat 30 menit, lalu mulai ujian kedua yaitu Fisika.

.

Mengerjakan dengan cepat juga namun karena ini fisika ya saya tidak terlalu bisa 50 soal 45 menit cukup lah.

"Eh sudah selesai lagi?" pikir teman sekelas ku

"Ini beneran sudah?" Maya sensei bertanya selaku pengawas (ia guru fisika)

"Belum" balas ku

"Kenapa mau jika belum"

"Kan tadi sudah ku bilang sudah sensei, gimana sih anda ini"

"Ya memastikan saja, bisa bawakan jawaban mu ke sini, sensei mau lihat"

"Baiklah"

.

Setelah jawaban ku serahkan aku di persilahkan keluar ruangan.

.

Bu Maya melihat hasil jawaban ku.

"Hmm kamu sudah berubah Haruka" pikir bu maya setelah memastikan pilgan Haruka benar semua.

.

Jam 11.15

Waktunya makan siang, namun berhubung bento ku sudah habis ya sudah makan di kantin saja.

Di kantin

"Wow masih sepi" ucap ku saat melihat keadaan kantin

.

Pergi ke tempat bu kantinnya.

"Pesan paket 6 buk, tambah karagenya seporsi" ucap ku

"Oke tunggu sebentar"

Ku tunggu beberapa menit, nasi paket 6 yang isinya nasi kepal 3, sup, kare, dan es teh telah siap, plus karagenya.

"Berapa totalnya?"

"Kamu tidak punya kartunya?"

"Tidak ada saldonya" balas ku

"Sekalian di isi saja dulu"

"Baiklah, jika begitu biar ku isi 50 rb yen" ucap ku

"Eh"

"Apa kebanyakan?"

"Ya tidak juga, tapi jarang anak sekolah yang bawa uang banyak seperti itu"

"Oh begitu, ya sudah ini uangnya" ucap ku sambil menyerahkan uang dan kartu kantin

"Saldonya sudah ku potong sekalian tagihan tadi" ucapnya lalu mengembalikan kartu ku

"Baik bu"

.

Makan dengan tenang dan santai di pojokan.

Jam 1 siang mapel terakhir yaitu Kimia.

Sekarang pengawasnya adalah bu Kirin.

Ia membagikan soal lalu lembar jawaban.

"Jawab dengan baik dan teliti, waktu 1 jam 30 menit di mulai dari sekarang" ucapnya

Tulis nama, no absen dan mapel.

Setelahnya fokus ke essai.

1 soal ku jawab dengan 45 detik, tapi ada juga yang 20 detik, dari 10 soal essai 5 menit selesai semua.

Lanjut ke pilihan ganda.

Karena kimia adalah basic ku sejak dulu, ya jika mudah seperti hafalan tidak sampai 3 detik setelah membaca soal, jawaban sudah ku tulis di lembar jawaban.

25 menit berlalu, semua jawaban telah ku cek ulang.

Aku merapikan alat tulis, lalu pergi ke depan.

"Ibu sudah katakan jika mau izin ke kamar mandi di awal saja" ucapnya padaku

"Aku telah selesai bu, izin keluar ruangan" ucap ku

"Oh ku kira apa, ya sudah silahkan keluar, pulangnya hati hati"

"Baik bu"

Note : Kirin sensei pilih No coment.

.

.

Naik sepeda lalu pulang.

"Aku pulang" ucap ku

"Selamat datang" balas Oono

"Ibu dimana?"

"Ibu kerja, setelah mendaftarkan ku di sekolah tadi, apa nii san lapar?"

"Tidak, aku sudah makan tadi, sebentar aku mau ganti baju dulu"

.

Ganti baju dengan kaos dan celana boxer.

"Nii san, bukannya menceramahi tapi bukannya pakaian mu terlalu terbuka?"

"Gak juga, aku mau tanya kamu duduklah sini" ucap ku sambil menepuk sofa di samping ku

"Tanya apa"

"Duduk dulu" balas ku

"Umm"

Setelah Oono duduk.

"Jadi kapan kamu mulai sekolahnya?" tanya ku

"Besok aku sudah bisa langsung sekolah dan ikut pts juga"

"Kamu di kelas apa?"

"10 A, sedangkan kakak ada di kelas apa?"

"11 H, kelas terakhir, besok berangkat bersama saja, tar aku boncengi sepeda" ucap ku

"Kata ibu sih, nanti ia akan membelikan ku sepeda sendiri"

"Loh kenapa tidak mau, kan jadi estetik jika bocengan berdua"

"Apa sepedanya kuat untuk bocengan dua orang besar?"

"Loh anda tidak tau rupanya, merek sepeda ini SME garapan Honda, harganya saja 100 rb yen, pasti kuat untuk boncengan lah dan gak bakal lelah saat mengayuh bisa cepat lagi" ucap ku

"Emm tapi nanti di kira orang pacaran"

"No problem, aku siap menanggung bisikan syirik teman teman ku"

"Ya sudah nanti akan ku katakan ibu untuk tidak perlu membelikan ku sepeda saja"

"Nah begitu, tapi jangan pakai alasan aku yang minta ya, kamu bilang saja tidak ingin merepotkan ibu"

"Oke"

.

Jam 4 sore ibu pulang.

Oono langsung menghampiri ibu mengatakan bahwa ia tidak perlu di belikan sepeda.

"Kamu yakin mau boncengan dengan Haruka?" ibu memastikan dulu

"Iya bu"

"Ya sudah jika begitu, Haruka jangan di bawa ke tempat yang aneh aneh loh ya Oono chan nya" teriak ibu

"Iya iya, ngapain juga teriak aku kan cuma berjarak 10 meter dari ibu berdiri"

"Ya ibu mengingatkan, lalu Oono chan bantu ibu memasak ini, dan ingat Haruka besok jatah mu yang belanja makanan"

"Mana uangnya?" tanya ku

"Pakai uang mu dulu"

"Hmmzz, baik baik tapi ku belikan sayur saja mau?" tanya ku balik

"Ya belikan paling tidak ayam setengah kilo Haruka"

"Aku merasa diriku sedang di manfaatkan di sini"

"Ya tidak masalah, ibu biar bisa berhemat bukan"

"Kheee"

.

.

Jam 5 sore mau mandi.

"Mau ikut Oono chan?" tanya ku

"Kemana?"

"Mandi"

"Gak!"

"Hahahaha jika kamu bilang ya malah aku yang kaget pastinya" balas ku

"Yuk sama ibu saja jika begitu" kata ibu ku

"Gak muat bu bath up nya, sudah ya aku mau mandi dulu"

"Yehh di tawari malah tidak mau"

Oono geleng geleng kepala dengan tingkah ibu barunya ini.

.

15 menit selesai mandi, ganti pakaian lalu duduk di sofa, makan malam belum siap soalnya.

"Kamu mandi dulu sana Oono chan" ucap ibu

"Baik bu"

"Tapi lihat dulu ya di sisi kamar mandinya, siapa tau Haruka menasang kamera tersembunyi" ucap ibu

"Aku dengar itu oi, mana mungkin aku pasang juga!" teriak ku

"Ya siapa tau Haruka anak ku itu, bercandanya kelewatan"

"Aku anak baik baik, gak mungkin main begituan"

"Ya ya ya, sudah Oono chan segera mandi sana, lalu giliran ibu"

"Baik bu"

.

Di kamar mandi Oono beneran mencari kamera yang jangan jangan di sembunyikan kakaknya dong.

Tapi setelah merasa tidak ada yang janggal ia baru berani buka baju dan pakian dalamnya.

"Apa membesar lagi ya?" pikir Oono sambil memegang oppainya

Shower di nyalakan, sabunan lalu bersihkan dan akhirnya nyemplung di bath up.

"Astaga aku lupa bawa baju ganti" ucapnya

Ia berdiri dan melihat bajunya.

"Astaga basah"

"Masa harus pakai handuk sampai ke kamar ibu" ucap Oono (ia hanya mempermasalahkan ukuran handuk dan si kakaknya)

.

Karena tidak ada pilihan lain ia keluar hanya mengenakan handuk yang hanya menutupi bagian dadanya sampai paha namun ya karena ia tinggi handuk tersebut seakan akan hanya menutupi bagian pentingnya saja.

Cklek

Ia membuka pintu.

"Wow" ucap ku

"Kyaa!!" teriaknya lalu menutup pintu lagi

"Kakak kenapa bilang wow dan kenapa ada di depan kamar mandi"

"Eh Oono chan, aku baru saja menemukan uang 10 rb yen di kantung ku dan aku di sini mau mencuci baju kotor ku, kamu kenapa masuk lagi?" tanya ku

"Emmm aku sekarang hanya mengenakan handuk, bisa kakak pergi sebentar, aku malu jika keluar dalam keadaan seperti ini"

"Oh baiklah" balas ku, tapi tidak semudah itu ferguso, aku tentunya ingin melihat tubuh adik ku yang hanya berbalut handuk aku sembunyi di samping mesin cuci

.

Oono keluar lagi.

Ia jalan biasa.

"Beh mantul coy" ucap ku

"Kakak!" teriak Oono karena mengetahui keberadaan ku

"Kalian ini kenapa teriak teriak, Oono chan jangan teriak teriak, buruan untuk gantian dengan ibu!"

"Baik bu" balasnya ia berlari menuju kamarnya ibu namun ia sungguh lengah karena oppainya bergoyang dan whooss.

Handuknya copot.

"Aku tidak lihat" ucap ku sambil melihatnya

Oono segera mengambil handuknya dan lari menuju kamar ibu.

Aku pergi ke dapur untuk cuci muka.

"Kamu kenapa mimisan Haruka?" ibu bertanya

"Tadi ketemu yang indah indah" balas ku sambil membersihkan darah

"Kamu melihat tubuhnya Oono chan ya" ibu menebak

"Sedikit"

"Hmmm, kalian ini, ibu tidak melarang kalian mandi bersama tapi ibu sangat melarang jika kalian samapi berhubungan badan, ingat itu"

"Ingat bu, anda memang panutan" ucap ku dengan jempol kanan

.

Jam 6.30 makan malam.

"Tolong lupakan kejadian yang tadi" ucap Oono padaku

"Aku tidak lihat tadi"

"Penipu"

"Aku pura pura tidak lihat saja bagaimana?" aku menawar

"Bagaimana bisa, pokoknya tolong lupakan itu hal memalukan!" ucapnya

"Iya iya akan ku lupakan"

.

Makan dengan damai.

Jam 7.20

Mulai belajar, karena besok Oono ikut pts dia ku ajari juga, sebab materinya besok adalah Kimia matematika dan sastra.

Walaupun bilangnya mengajari tapi aslinya dia belajar sendiri sih, maklum saja dia kan ranking satu se sekolahannya dulu.

"Dulu ketika kamu ranking satu, berapa rata rata nilaimu?" tanya ku

"Saat kapan?"

"Saat ujian semester 1"

"Emm jika tidak salah sih, rata rata ku masih rendah, yaitu sekitar 91"

"Bukanya itu sudah A?" tanya ku

"Jika rata rata memang A, tapi di mapel masih ada yang B+"

"Kamu ini mau merendah untuk meroket ya, ngeselin"

"Loh memangnya rata rata kakak berapa?"

"Coba tebak kira kira berapa jika aku rangking terakhir" ucap ku

"7?" ucap nya

"Salah, yang benar adalah 5 hahahaha" balas ku sambil tertawa

"Hah? 5? Apa tidak terancam di keluarkan itu?"

"Ya terancam, makanya saat pts ini nilai ku harus meningkat"

"Tunggu sebentar, jika nilai kakak harus naik kenapa belajarnya hanya sebentar?" Oono bertanya dengan muka seram

"Eh, aku sudah bisa sebabnya makanya belajarnya sebentar, lagian jika aku beneran keluar aku masih ada planing, yaitu pindah ke Miyagi dan kerja di sana" ucap ku

"Loh loh, kenapa kamu tidak bilang pada ibu jika ada planing seperti itu" Ibu ikut ikutan ngobrol

"Apa harus?" tanya ku

"Ya tidak juga sih, tapi kan lebih baik terbuka dulu, apalagi ibu ini kan orang tua mu"

"Ya sudah akan ku katakan, sebenarnya saat aku di Miyagi bertemu dengan keluarga Shinomiya itu, aku di tawari kerja di salah satu perusahaan mereka sebagai hadiah karena lukisan ku yang mampu memuaskan mereka"

"Bisa ibu minta lowongannya?" tanyanya

"Untuk apa kita mau pindah memangnya?"

"Bukan kita, tapi ibu, ibu perlu pekerjaan yang bisa sampai masa tua, perusahaan Shinomiya yang di pegang anak pertamanya, kata orang sih nyaman dan terjamin kerjanya" balas ibu

"Halah bilang saja gajinya lebih besar di sana" ucap ku

"Hehe itu juga salah satu alasannya"

Next!!!