webnovel

6. Petualang dan Misi Pertama

Setelah kejadian barusan ada satu hal yang kuketahui tentang Valeria dari pujian dan perbincangan pelanggan lain di penginapan.

Valeria adalah sesuai dugaanku seorang mantan petualang berperingkat tinggi yang menyandang julukan 'Valeria si Cakar Besi' berkat kekuatan dan kemampuannya dalam pertarungan tangan kosong.

Dia merupakan salah satu dari sedikit petualang berperingkat A di seluruh Gregoria menurut penilaian Serikat Petualang.

Hmm? Peringkat petualang? Biar kujelaskan sedikit.

Peringkat petualang adalah sejenis pangkat dalam Serikat Petualang, sebuah organisasi raksasa yang tersedia di setiap negara dan dianggotai oleh mereka yang disebut petualang.

Petualang sendiri merupakan suatu jenis pekerjaan tak tetap. Mereka bekerja atas permintaan yang diberikan warga pada serikat petualang, lalu berdasarkan tingkat kesulitan dan imbalannya permintaan-permintaan ini akan digolongkan menjadi tujuh peringkat sesuai peringkat petualang.

Peringkat petualang terdiri dari tujuh peringkat yang jika diurutkan dari bawah terdapat peringkat F, E, D, C, B, A, dan terakhir S. Latar yang sangat klise untuk dunia fantasi seperti ini, bukan?

Nah, di antara ketujuh peringkat ini Valeria bisa dibilang salah satu petualang terkuat nomor dua di seluruh dunia—meskipun di antara tiap peringkat itu sendiri masih terdapat 'tangga' lain.

Aku tidak tahu pasti bagaimana atau sekuat Valeria ketika bertarung sebagai petualang tapi untuk sekarang aku yakin akan satu hal, Valeria yang saat ini terlihat menjijikkan bagaimana pun kau melihatnya.

"Ah, tampan, aku yakin kau terkesima oleh penampilanku yang barusan tapi jangan melihatku terus seperti itu dong. Aku jadi malu," ujarnya sembari mengusap pipi seperti perawan polos.

Lihat? Aku akui dia kuat, sangat kuat untuk ukuran manusia biasa melalui kejadian sebelumnya, tetapi dengan sikapnya sekarang aku tidak tahu apa aku harus memasang wajah kagum atau jijik menanggapi omongannya.

Aku mengabaikan perkataan Valeria dan menghabiskan makananku sesegera mungkin sebelum pergi ke kamar.

"Baik, tujuan hari ini sudah terpenuhi." Aku bergumam sembari melemaskan badan di atas kasur.

Hari ini tujuanku tidak lain dan tidak bukan adalah mengetahui biaya standar kehidupan sehari-hari. Meski aku mempunyai banyak uang pemberian Alestio bukan berarti aku bisa menghamburkannya sesuka hati.

Dalam satu hari ini aku sudah menghabiskan hampir 500 Ars untuk biaya penginapan dan makan. Yah, 450 Ars memang biaya penginapan selama tiga hari tapi tak ada masalah ikut menghitungnya sebagai pengeluaran per hari.

Untuk biaya makan sendiri jika ditekan maka aku bisa mengeluarkan 20 sampai 40 Ars setiap hari—sarapan, makan siang dan makan malam. Tiga hari pertama aku mendapat sarapan gratis dari pihak penginapan jadi untuk dua hari ke depan biaya makanku hanya sekitar 15 sampai 30 Ars.

Oh, benar juga, aku belum membeli perlengkapan standar sebagai petualang.

Memang benar aku sudah mempunyai pedang pemberian Alestio namun bekerja sebagai petualang yang mempertaruhkan nyawa di setiap langkah, sebilah pedang saja tidak cukup untuk melindungi diri. Aku butuh baju pelindung.

Aku belum tahu berapa anggaran yang diperlukan untuk membeli perlengkapan seperti ini mengingat dunia ini dan bumi sangatlah berbeda, tapi kurasa totalnya tidak akan lebih dari 3.000 Ars jika tak membeli senjata baru.

Apa? Bumi adalah dunia yang damai tanpa ancaman tertentu kecuali konflik antar manusia, sedangkan dunia ini setiap hari harus waspada terhadap sesuatu yang disebut Magical Beast. Wajar jika harga senjata dan sejenisnya lebih murah dibanding di bumi.

Ah, Magical Beast? Itu adalah sebutan bagi hewan atau makhluk tak normal yang mempunyai kekuatan sihir dan dapat membahayakan ras berakal seperti manusia.

Mungkin kau bisa menyebutnya monster jika harus disederhanakan.

Walaupun disebut Magical Beast, tanaman yang mampu bergerak, memiliki kekuatan sihir, dan berpotensi membahayakan makhluk berakal pun bisa dianggap sebagai Magical Beast—meski aku kurang setuju dengan pernyataan ini.

Yah, dengan adanya ancaman ini setiap hari tidak mungkin aku pergi ke luar kota hanya berbekal sebilah pedang, bukan? Aku tak ingin mengambil resiko mati kurang dari seminggu setelah aku memulai kehidupan baru di dunia ini.

Kurasa itu sudah lebih dari cukup untuk persiapan besok. Rasa kantuk mulai menyerangku setelah berpikir banyak hal seharian ini.

Aku pun mulai mengosongkan pikiran dan membiarkan diriku terlelap ke alam mimpi.

***

Pagi berikutnya aku bangun lebih awal dari biasanya dan segera meninggalkan penginapan menuju letak Serikat Petualang. Kenapa? Tentu saja karena keantusiasanku, memangnya apa lagi?

Selama di istana aku sering berlatih menggunakan pedang kayu melawan seorang prajurit yang ditugaskan sebagai instruktur tetapi, aku tidak pernah melawan Magical Beast sungguhan sehingga pengalaman bertarungku terbilang sedikit.

Aku sudah membaca-baca mengenai beberapa Magical Beast lemah yang bahkan dapat dikalahkan oleh orang biasa berkelas Citizen seperti diriku, jadi setelah mendaftar menjadi petualang aku berencana mengambil permintaan untuk mengalahkan Magical Beast tersebut.

Lokasi Serikat Petualang sendiri tidak begitu jauh dari penginapan Taring Busuk Goblin sehingga tidak butuh waktu lama bagiku untuk tiba dan memasukinya.

"Woah, bangunan ini jauh lebih besar dari yang kuduga," ujarku tanpa sadar begitu memasuki gedung serikat petualang.

Saat aku melihat dari luar bangunan ini memang sudah terlihat besar dan megah namun setelah masuk ke dalam, kesanku terhadap dunia berlatar 'abad pertengahan' ini benar-benar terjungkir balik.

Kau tahu, kesan semua orang di zaman modern terhadap abad pertengahan adalah zaman yang gelap, kumuh, kotor, serta tidak begitu layak dipandang baik dari segi fisik maupun moral. Dunia ini benar-benar memutarbalikkan pandangan tersebut di kepalaku.

"Selamat datang di Serikat Petualang. Apa ada yang bisa kubantu?"

Selagi aku melamun seorang pegawai serikat petualang mendekat dan mendatangiku.

"Ehm, aku ingin mendaftar menjadi petualang."

Pegawai itu sedikit terkejut mendengar ucapanku tapi tidak begitu memperlihatkannya, "Begitukah? Kau bisa pergi ke konter di sebelah sana."

Pegawai tersebut menunjuk sebuah konter yang sedang menangani barisan yang terdiri dari beberapa orang. Aku berterima kasih kepada sang pegawai sebelum ikut mengantri di barisan paling belakang.

Saat mengantri aku dapat merasakan pandangan tak sedap dari sejumlah petualang dan pegawai serikat. Kenapa mereka melihatku seperti itu?

Oh, mungkinkah karena pakaianku terlihat terlalu mewah untuk seorang pendaftar petualang? Kurasa begitu mengingat aku hanya mengenakan pakaian yang disediakan pelayan istana di kamarku sehingga mungkin menurut pandangan orang-orang ini aku adalah bangsawan yang berniat mencari pengalaman bertarung sungguhan.

Sepertinya aku perlu mencari beberapa pasang pakaian normal ketika membeli baju pelindung nanti. Untuk sekarang aku akan mendaftar menjadi petualang dahulu, giliranku telah tiba.

"Selamat datang di Serikat Petualang. Apakah anda ingin mendaftar sebagai... petualang?" Si resepsionis melihatku dari atas ke bawah sebelum menyelesaikan kalimatnya.

Hmm, aku merasa terdapat jeda aneh di antara kata-katanya tapi akan kuabaikan dulu untuk sekarang.

"Ya, aku ingin mendaftar menjadi petualang." Aku kemudian mengeluarkan kartu identitas serta uang sebesar 50 Ars dari kantong dimensi dan menyerahkannya kepada si resepsionis, "Ini kartu identitasku dan biaya pendaftarannya."

Aku dengar terdapat biaya pendaftaran dari pendaftar sebelumnya dan aku sudah menyiapkannya sebelum berangkat dari penginapan karena sudah mengira akan dikenakan biaya, jadi tak ada masalah.

Resepsionis tersebut memeriksa isi kartu identitasku, tepatnya nama serta catatan kriminal yang tidak mungkin kumiliki karena aku baru kurang lebih sebulan terpanggil ke dunia ini tanpa pernah keluar dari wilayah istana.

"Baik, anda bersih dari catatan kriminal," ujar resepsionis itu sebelum mulai menjelaskan peraturan dan ketentuan serikat petualang dan anggotanya.

Sebenarnya tidak ada aturan khusus seperti undang-undang atau hukum kerajaan, tetapi serikat petualang lebih menekankan peraturan yang sekiranya dapat mengurangi resiko seorang petualang saat menjalankan misi.

Peraturan pertama ; Petualang boleh mengambil misi yang kesulitannya setara dengan atau paling tinggi satu tingkat di atas peringkatnya.

Hal ini diberlakukan agar tidak ada petualang pemula yang sembarangan pergi mengerjakan misi dan kembali hanya tinggal nama—atau lebih buruk tak ada kabar sama sekali. Cukup masuk akal bagiku.

Peraturan kedua ; Petualang tidak boleh mencuri misi atau target petualang lain yang lebih dulu tiba dan mengambil imbalan misi tersebut tanpa izin, kecuali dalam keadaan krisis atau situasi serupa.

Terdengar seperti peraturan yang mungkin kurang ditaati oleh beberapa petualang, tapi aku setuju dengan peraturan ini. Siapa cepat dia dapat.

Peraturan ketiga ; Petualang harus datang ketika serikat memanggil.

Huh? Ini disebut peraturan? Yah, aku tak begitu keberatan tapi hal seperti ini lebih terdengar seperti kewajiban dibanding peraturan, bukankah kau setuju? Ini seperti bos memanggil bawahannya.

"Itulah beberapa peraturan utama dan harus ditaati oleh setiap petualang." Si resepsionis menyelesaikan penjelasan singkatnya, "Masih ada beberapa peraturan lain tapi kau bisa memahaminya seiring waktu."

Setelah berkata demikian dia menyerahkan kartu petualang yang berisikan nama dan beberapa biodataku seperti yang tercantum di kartu identitas, "Simpan baik-baik dan jangan sampai hilang karena jika harus membuat baru maka petualang akan dikenakan denda sebesar 1.000 sampai 10.000 Ars tergantung seberapa tinggi peringkatnya."

Mahal! Tapi, kurasa cukup adil mengingat semakin tinggi peringkat seseorang maka semakin tinggi pula penghasilan yang dapat dihasilkan. Ini mirip sistem pajak yang berdasarkan penghasilan per individu.

"Baik, terima kasih atas peringatannya," kataku sesudah menyimpan kartu petualang baruku ke dalam kantong dimensi.

Sesudah urusanku selesai di bagian konter pendaftaran aku melangkah menuju papan permintaan berniat mengambil misi tetapi tatapan para petualang senior membuat punggungku meneteskan keringat dingin.

Mereka pasti berpikir 'Sombong sekali anak bangsawan ini, baru mendaftar sudah mengambil misi. Dia pikir dia mewarisi darah pahlawan?' atau sejenisnya. Ya, aku bisa mendegar kata-kata itu dari raut wajah mereka.

Maaf saja, tapi aku tak punya niatan seperti itu. Aku hanya ingin segera bekerja dan memastikan apakah kekuatanku yang sekarang cukup untuk bertahan hidup di dunia ini—dan tentu saja menghasilkan uang dari jerih payahku sendiri.

"Hmm... misi untuk petualang peringkat F hanya ada satu ini, ya?" gumamku memperhatikan selembar kertas bertuliskan sebuah permintaan seseorang.

Permintaan tersebut sangat sederhana dan sesuai untuk petualang pemula seperti diriku, lalu amat klise. Benar, isinya adalah mencarikan sejumlah tanaman obat—dalam kasus ini tanaman obat yang dibutuhkan adalah Herlic Grass.

Herlic Grass merupakan tanaman obat umum yang dapat ditemukan di mana pun dan sebenarnya mudah dicari tetapi mungkin misi ini ditempel oleh pihak serikat untuk membantu petualang pemula menaikkan peringkat dan mencari uang tanpa resiko cedera tinggi.

"Setiap sepuluh lembar dihargai 30 Ars, ya. Cukup sepadan." Aku mengusap dagu sesudah membaca imbalannya, "Berarti sehelai daun seharga 3 Ars?"

Murah sekali untuk ukuran tanaman obat namun mengingat ini dunia lain dengan standar terbalik dibanding bumi, kurasa tidak perlu terlalu ambil pusing memikirkan setiap detailnya.

"Yah, aku juga mempunyai waktu luang yang cukup banyak hari ini. Mengapa tidak?"

Setelah berkata demikian aku melangkah pergi dari gedung serikat dan berangkat menuju tempat yang mungkin terdapat beberapa Herlic Grass.

***

"Di luar dugaan ternyata petualang pemula ada sebanyak ini di satu kota...."

Aku tersenyum kering saat menemukan belasan hingga puluhan petualang berjongkok sembari mencabuti rerumputan tertentu di bawah kaki mereka.

Maksudku, ini ibukota Kerajaan Gregoria bukan kota sembarangan. Bukankah ibukota itu seharusnya tempat di mana petualang-petualang kuat berkumpul? Kenapa ada petualang pemula sebanyak ini di pusat kerajaan?

Aku tidak mengerti mengapa standar dunia fantasi sungguhan jauh berbeda dari kisah dan gambaran dunia fantasi di bumi.

"Hei, kau petualang baru?"

Saat aku sibuk tercengang oleh kenyataan seseorang datang menyapaku dari belakang.

Aku menoleh dan menemukan sepasang petualang muda yang nampaknya tidak jauh dari predikat pemula, lelaki dan perempuan. Mereka berperlengkapan seadanya sama sepertiku.

"Ya, aku baru saja mendaftar tadi."

"Oh, pemula dari pemula, eh?" Petualang laki-laki tersenyum genit memandangku dari atas ke bawah.

Apa-apaan pandanganmu itu?! Apa kau salah satu orang 'itu'?! Tidak, jangan dekat-dekat denganku!

Ketika aku sudah mulai berniat menjauh gadis petualang di sampingnya memberikan jitakan keras pada sang lelaki, "Berhenti melihat setiap petualang pemula seperti itu! Lihat kau menakut-nakutinya!"

"Aku tidak berniat menakut-nakutinya! Aku hanya ingin memberi kesan seorang senior!" petualang lelaki tersebut membalas kata-kata sang gadis.

"Kesan senior matamu kutilan! Apa kau tidak lihat pandangannya kepadamu berubah menjadi jijik?!"

"Eh, benarkah? Aku hanya melihat tatapan penuh kekaguman di balik sepasang bola mata itu." Si laki-laki menunjukku—tepatnya mataku.

Tidak, aku setuju dengan si gadis. Apa mata orang ini terdapat kutil atau semacamnya? Jika tidak dia pasti menderita katarak parah sampai mengira pandangan berisi kejijikan sebagai kekaguman.

Setelah adu mulut sejenak sepasang petualang ini kemudian kembali berbicara kepadaku dengan nafas terangah-engah, tepatnya si petualang gadis, "Maafkan dia, orang ini memang punya kecenderungan seperti itu."

"Tidak apa, justru aku berterima kasih telah menunjukkan bahwa orang-orang seperti ini sungguh ada." Aku sungguh berterima kasih bukan sekedar menyampaikan sarkas.

Si gadis tertawa kering sementara si lelaki memasang wajah kebingungan terhadap apa yang kami bahas.

Kedua petualang ini memperkenalkan diri mereka sebagai Lace dan Rose, petualang peringkat F yang baru-baru ini naik tingkat menjadi peringkat E serta dalang di balik kerumunan petualang pemula ini.

"Jadi, kalian mengatakan bahwa kalian membantu para petualang pemula ini mengumpulkan Herlic Grass dengan memberitahukan tempatnya?" Aku mengangkat alis ketika mendengar hal tersebut.

"Benar sekali! Berterima kasihlah kepada kami, pemula!" Lace membusungkan dadanya seolah dia melakukan sesuatu teramat bagus dan layak dipuji, sedangkan Rose menepuk dahi sembari menghela nafas melihat tingkah Lace.

Aku sendiri menghela nafas mendengar perkataan pemuda ini yang sebenarnya adalah tindakan bodoh menurutku.

"Kalian memberitahukan tempat berburu Herlic Grass kalian kepada para petualang pemula ini, lalu saat semua habis kalian akan mencari Herlic Grass di mana?"

Lace yang sedang tertawa bangga seketika membeku begitu mendengar kalimatku. Rose sendiri terlihat cukup terkejut bercampur bingung tetapi tak terlalu menunjukkan ekspresi tersebut seperti Lace.

Ah, melihat reaksi itu mereka pasti tak terpikirkan hal ini.

"Apa maksudmu? Herlic Grass adalah tanaman obat yang mudah tumbuh. Kami hanya perlu menunggu beberapa waktu sebelum mulai mengambilnya lagi satu per satu," ujar Lace menutupi keterkejutannya.

"Herlic Grass memang tanaman obat yang mudah tumbuh di mana saja tapi jika semuanya habis tanpa tersisa satupun tunas atau akar, kau pikir mereka bisa tumbuh kembali?"

Aku kemudian menunjuk puluhan petualang pemula yang tengah mencabuti Herlic Grass dari tanah, "Lihat berapa banyak rumput yang mereka cabut? Satu orang bisa lebih dari dua puluh sedangkan jumlah mereka lebih dari belasan. Aku tidak yakin lahan berburu Herlic Grass kalian dapat bertahan sampai empat jam ke depan."

Ketika aku menyelesaikan kalimatku Lace berteriak panik sambil memegangi kepalanya baru menyadari hal sepenting itu. Dia lalu berlari dan mengusir petualang-petualang pemula tersebut dari lahan berburunya namun tentu hanya mendapat penolakan.

Ah, bagaimana dengan Rose? Dia hanya mematung memandangi lahan berburu Herlic Grass mereka hangus dalam hitungan jam dengan tatapan kosong nan putus asa—mungkin merenungi kebodohannya.

Ya, aku tahu mereka. Mereka adalah itu.... Kelompok petualang idiot kocak yang sering berbuat onar tapi tak bisa dibenci oleh pembaca. Benar, bukan?