webnovel

Rache

Puncak dari rasa sakit adalah kehilangan. Namun, Puncak dari kehilangan itu sendiri adalah mengikhlaskan. Tuhan sudah merencanakan takdir manusia. Siapapun tidak bisa lepas darinya sejauh apa ia pergi dan sejauh apa dia berlari. Aksara tau, tuhan sudah melukiskan sebuah takdir dengan apiknya jauh sebelum ia lahir. Tapi bisakah ia mengeluh? Bisakah ia berkeluh kesah pada tuhan. Aksara tau, banyak orang yang lebih buruk keadaannya dibandingkan dirinya. Tapi untuk saat ini, tolong biarkan Aksara mengeluh sekali saja. Tuhan memang maha baik, jadi tolong ijinkan ia mengeluh. Meratapi apa yang sudah terjadi. Hidupnya yang sudah mulai tertata, bak bangunan megah dengan pilar pilar tinggi menjulang, roboh dalam satu kedipan mata. Semuanya pergi satu persatu. Meninggalkan Aksara dalam sendu sembiru badai gelombang kehidupan yang mungkin tak berkesudahan.

Eshaa_ · Realistic
Not enough ratings
312 Chs

Tenang

"Udah jangan nangis Agam bakalan sedih juga kalo liat kalian nangis gini tau," Ardi merangul bahu Angel berjalan keluar dari pemakaman. Ia tidak tahu mengapa sang kekasih begitu keras mengis setelah mengunjungi makam Agam, "Udah ya? Jangan kaya gini oke?"

"Iya tuh hiks hiks," Maya terisak hebat hingga punggungnya bergetar, "Hiks Agam nggak bakalan suka kalo lo hiks kaya gini hiks,"

"Sama aja sih. Maya paling parah sih," Aksara mengusap wajahnya dengan kasar lalu menoleh ke arah Karin yang sejak tadi hanya diam, "Kenapa diem aja sih Rin? Nggak kesambet kan? Jangan ngelamun ah lo,"

Karin dengan cepat menggeleng, "Gue sedang mencoba menahan tangis. Kenapa kalian nggak ada yang peka sih. Dan kalian nih jangan nangis. Agam udah pasti bahagia diatas sana. Lo semua ngapain nangisin orang yang udah kekal kebahagiaannya? Udah ayo jajan aja ayo ke mobil. Jangan ada yang nangis nangis lagi,"

Locked Chapter

Support your favorite authors and translators in webnovel.com