webnovel

Program 30 Hari Menulis NAD

Sebuah program rangkaian menulis selama 30 hari di bulan Juni 2020

Frisca_6869 · Urban
Not enough ratings
30 Chs

Petaka Janji

#NAD_30HariMenulis2020

#Hari_ke_10

#NomorAbsen_144

Jumlah kata : 570 kata

Judul : Petaka Sebuah Janji

Isi :

Gadis berambut panjang tersebut tampak gelisah. Berulang kali pula ia melongok ke arah luar. Hari sudah menjelang senja. Kantin tempat mereka berjanji untuk bertemu kini telah lengang. Tempat tersebut masih buka karena ada beberapa anak ekstrakurikuler belum pulang. Untuk sekedar mengais rejeki, tentu si ibu penjaga kantinpun turut berjaga.

"Nggak pulang, Neng?" tegur beliau pada gadis itu. Sang gadis hanya menggeleng.

"Kalau gitu, ibu pulang duluan ya, Neng. Entar kalau Neng pulang, bilang aja ke satpam. Biar ditutup juga kantinnya," ujar sang ibu. Sekolah memang telah sepi. Senja telah berubah malam. Para peserta ekstrakurikuler juga telah berlalu pulang.

Gadis itu mengangguk. Wanita paruh baya di hadapannya tersebut berlalu pergi. Sekali lagi siswi SMU itu melirik jam tangannya.

"Sudah hampir pukul setengah delapan. Sebenarnya Danu ke mana sih?" gerutunya kesal.

***

"Na, sori Na. Aku telat," gumam Danu yang bergegas menghampiri setelah turun dari motornya.

Gadis yang duduk di hadapannya tersebut mengangguk sambil tersenyum. Wajah tegang Danu berubah rileks dan ikut tersenyum. Diraihnya tangan gadis itu yang terasa dingin membeku.

"Makasih, Na. Kamu nggak marah, bahkan masih nunggu aku. Tangan kamu sampai dingin banget kayak gini. Kamu sakit ya, Na?" tanya Doni dengan nada cemas.

Kali ini, gadis tersebut menggeleng sambil tetap menyunggingkan senyum di wajah cantiknya.

Ting!

Sebuah bunyi tanda pesan masuk di ponsel Danu terdengar keras. Danu segera mengambil ponselnya dan membaca isi pesan singkat yang baru saja masuk tersebut.

'Dan, aku pulang duluan. Kamu gimana sih? Aku tungguin gak datang juga. Mana gak ada kabar lagi.'

Danu diam menatap pesan dari Nana, pacarnya. Jantungnya berdegup keras. Keringat dingin juga membasahi tubuh. Tiba-tiba dia sadar sejak tadi tiba dan duduk di kantin, bulu kuduknya terasa merinding.

"A-ku … aku ada urusan. A-ku harus pergi. Maaf," ucap Danu sambil bergegas pergi. Akan tetapi, langkahnya terhenti saat gadis yang menyerupai kekasihnya itu muncul di hadapannya.

"Jadi kau sudah tahu siapa aku?" bisiknya. Embusan angin dingin berbaur wangi melati dan bau anyir yang menyengat membuat Dani semakin ketakutan. Kakinya melangkah mundur.

"Na-na, a-ku benar-benar harus pergi," ucapnya dengan suara gemetar.

"Bukankah aku lebih cantik dari Nana?" tanya sosok di hadapannya tersebut. Wajah yang semula menunduk itu terangkat dan menatap Danu tajam. Perlahan seringai muncul di wajah pucat tersebut.

Danu menjerit ketakutan melihat sosok itu. Darah berwarna merah kehitaman penuh belatung merembes keluar dari kening gadis tersebut.

"Bukankah aku lebih cantik daripada Nana?" tanyanya lagi. Ia kemudian tertawa dengan keras. Tawa sumbang yang terasa seolah menusuk tulang sumsum. Danu memberanikan diri berlari menuju motornya dan memacu kendaraan roda dua tersebut secepat mungkin. Akan tetapi, suara dan bayangan sosok tersebut seolah terus muncul menghantui dirinya.

***

Nana baru saja masuk ke kamarnya. Ia sedari tadi tidak tenang karena tidak bisa menghubungi kekasihnya itu.

'Mungkin ia marah padaku,' duganya. Gadis itu terkejut saat melihat Danu berada di dalam kamarnya. Wajah pemuda itu terlihat pucat. Tatapannya kosong menatap Nana.

"Kau? Kenapa ada di sini? Bagaimana jika ada yang tahu kau berada di kamarku?" tegurnya.

Danu menyeringai. Dengan cepat meraih leher Nana dan mencekiknya dengan kuat.

"Da-nu, ka-u kenapa?"

"Ini semua karenamu. Karena kau tidak menepati janji untuk bertemu di kantin sekolah. Sekarang kau harus mati bersamaku!" teriak Danu.

Nana berusaha melawan, tetapi cekikan itu begitu kuat. Tubuh mungilnya tidak sanggup lagi bertahan dan akhirnya terjatuh dari beranda kamarnya yang berada dari lantai tiga

Orang tua gadis itu menjerit histeris saat melihat tubuh putri semata wayang mereka tergeletak di halaman dengan darah merah kehitaman mengalir di sekeliling tubuhnya.

Tamat