webnovel

episode 7

Di kamar santriwan lagi..

"Jadi gini mil, kamu nanti telepon Paijo pake nomer rumahnya Titah, nah sisanya urusan gue", kata Rivan menjelaskannya pada Kamil.

"Oke, terus kalau misalkan gak dibolehin sama om Nano gimana?", tanya Kamil.

"Udah gampang itu biar gue yang ngomong sama om Nano", jawab Rivan.

"Oke..", seru Kamil.

"Untuk selanjutnya biar a Fitroh yang jelaskan", kata Rivan yang akan pergi menemui Titah.

"Eeh van, mau kemana?", tanya Fitroh.

"Ada deh, selamat berdiskusi ya, hehe..", jawab Rivan sambil tertawa.

"Yeh bocah di ajak diskusi juga", keluh Fitroh.

"Sebentar ya a", kata Kamil.

"Ini satu lagi, eh Titah mau kemana?", tanya Fitroh lagi.

"Mau tau saja, pokoknya ada deh..", jawab Kamil.

"Hemm untung punya adik-adik di pesantren cuma mereka doang, kalau semua adik-adik di pesantren kaya gini semua, allahuakbar, angkat tangan sudah", keluh Fitroh lagi.

Di luar kamar santriwan..

"Kira-kira Rivan mau kemana ya?", tanya Kamil dalam hati.

"Aduh Kamil, anjeun teh kumaha, tingali-tingali atuh lamun jalan"

(Aduh Kamil, kamu bagaimana, lihat-lihat dong kalau jalan), keluh pak ustaz Ubaidillah yang bertabrakan dengan Kamil.

"Hapunten yah,Kamil henteu ngahaja,hapunten nya yah"

(Maaf yah, Kamil tidak sengaja, maaf ya yah), kata Kamil yang meminta maaf pada ayahnya.

"Muhun mil, oh nya aa manten?"

(Iya mil, oh ya aa mana?), tanya pak ustaz Ubaidillah.

"Aya yah.."

(Ada yah..), jawab Kamil.

"Timanten?"

(Dimana?), tanya pak ustaz Ubaidillah lagi.

"Eta di kamar yah"

(Itu di kamar yah), jawab Kamil lagi.

"Oke, emm anjeun hayang kamana?"

(Oke, emm kamu mau kemana?), tanya pak ustaz Ubaidillah lagi.

"Hayang ka ditu ayah, sakeudeung"

(Mau ke sana ayah, sebentar), jawab Kamil lagi.

"Oh nya atos"

(Oh ya sudah), seru pak ustaz Ubaidillah.

Kamil pun meninggalkan pak ustaz Ubaidillah dan Kamil juga masih mengikuti Rivan yang berjalan menuju ke kamar santriwati, ternyata Rivan pergi diam-diam ingin menemui Titah, Kamil cemburu melihat Rivan yang diam-diam menemui Titah.

Di kamar santriwati..

"Haa, ini kan kamar santriwati, Rivan ngapain disini?", Kamil bertanya-tanya.

"Mudah-mudahan Titah enten neng jero kamar, bismillah"

(Mudah-mudahan Titah ada di dalam kamar, bismillah), kata Rivan.

"Nggih pokoke ngono wae, emm Rivan, assalamu'alaikum van"

(Ya pokoknya gitu saja, emm Rivan, assalamu'alaikum van), Aisyah memberikan salam pada Rivan.

"Koyo suara ne mbak Aisyah, wa'alaikumussalam mbak, bener ta mbak Aisyah"

(Kaya suaranya mbak Aisyah, wa'alaikumussalam mbak, benar kan mbak Aisyah), kata Rivan yang menjawab salam dari Aisyah.

"Van.."

"Inggih mbak, hehe"

(Iya mbak, hehe), jawab Rivan sambil tertawa.

"Enten menapa ugi arep menapa panjenengan teng mriki?"

(Ada apa dan mau apa kamu di sini?), tanya Aisyah.

"Kula kersa pethuk kaliyan Titah, mbak, sanguh tolong ing panggilkan mboten mbak"

(Saya mau ketemu dengan Titah, mbak, bisa tolong di panggilkan tidak mbak?), tanya Rivan juga setelah Rivan menjawab pertanyaan dari Aisyah.

"Oh nggih sanguh tengga sekedhap nggih tak panggilkan riyen tah.."

(Oh ya bisa tunggu sebentar ya ku panggilkan dulu, tah..), jawab Aisyah yang masuk ke dalam ke kamar.

"Alhamdulillah huh..", kata Rivan yang menghela nafas.

"Iih Rivan ngapain sih di kamar Titah?", tanya Kamil lagi dengan kesal dan cemburu.

"Inggih mbak, enten menapa ta?"

(Iya mbak, ada apa sih?), tanya Titah.

"Ing pados Rivan, sakmenika piyambakipun enten ing ngajeng kamar?"

(Di cari Rivan, sekarang dia ada di depan kamar), jawab Aisyah.

"Oh inggih"

(Oh iya), seru Titah.

"Duh Titah kok lama ya", kata Rivan yang menunggu Titah keluar dari Kamar.

"Assalamu'alaikum mas", Titah memberikan salam pada Rivan.

"Wa'alaikumussalam, niki piyambakipun bocahe"

(Wa'alaikumussalam, ini dia anaknya), kata Rivan yang menunggu Titah.

"Enten menapa mas?"

(Ada apa mas?), tanya Titah.

"Kula betah bantuan panjenengan tah"

(Saya butuh bantuan mu tah), jawab Rivan.

"Bantuan kula, bantuan menapa nggih mas?"

(Bantuanku, bantuan apa ya mas?), tanya Titah lagi.

"Iih, Titah ngapain da sami Rivan di ditu berduaan hemm, loh kok Rivan jeung Titah mios, mios kamana, milu wae deh"

(Iih, Titah ngapain sih sama Rivan disana berduaan hemm, loh kok Rivan dan Titah pergi, pergi kemana, ikutin saja deh), kata Kamil yang masih marah dan cemburu.

Di taman pesantren darussalam..

"Jene niki kan taman, panggen dimana kula uga Kamil berduaan uga panggen dimana Kamil remen menyanyikan sekar konjuk kula ngapain kita dhateng mriki?"

(Mas ini kan taman, tempat dimana saya dan Kamil berduaan dan tempat dimana Kamil suka menyanyikan lagu untuk saya, ngapain kita kesini?), tanya Titah.

"Kita ing mriki konjuk ngomongin soal, panjenengan tau santriwati ingkang enggal mlebet dhateng pesantren niki ta?"

(Kita disini untuk ngomongin soal, kamu tau santriwati yang baru masuk ke pesantren ini kan?), tanya Rivan juga.

"Inggih jene, terus?"

(Iya mas, terus?), tanya Titah lagi.

"Nggih panjenengan bantuin kula konjuk berkenalan kaliyan piyambakipun"

(Ya kamu bantuin saya untuk berkenalan dengan dia), jawab Rivan.

"Sanguh, nanging menawi tak ningal-ningal jene Rivan saweg dhawah tresna leres nggih?"

(Bisa, tapi kalau ku lihat-lihat mas Rivan sedang jatuh cinta, benar ya?), tanya Titah lagi sambil meledek Rivan.

"Hehe..", Rivan hanya tertawa.

"Emm oke, Titah mau bantu mas", kata Titah yang bersedia membantu Rivan.

"Leres?"

(Benar?), tanya Rivan lagi.

"Leres jene"

(Benar mas), jawab Titah.

"Alhamdulillah, maturnuwun tah"

(Alhamdulillah, terimakasih tah), Rivan kesenangan saat mendengar Titah bersedia untuk membantunya.

"Inggih jene, sampun rampung ta?"

(Iya mas, sudah selesai kan?), tanya Titah lagi.

"Eeh sik, sik, sik, tengga disik sekedhap tah.."

(Eh sebentar, sebentar, sebentar, tunggu dulu sebentar tah..), jawab Rivan lagi.

"Enten iseh nggih jene?"

(Ada lagi ya mas?), tanya Titah lagi.

"Enten, kula kan enten rencana konjuk nyatakan perasaan kula padanya, kula sambet panjenengan konjuk pura-pura dados Rona nggih"

(Ada, saya kan ada rencana untuk nyatakan perasaan ku padanya, saya pinjam kamu untuk pura-pura jadi Rona ya), jawab Rivan lagi.

"Haa, kok kula punapa jene Rivan mboten ngomong lajeng kamawon sami Rona"

(Haa, kok saya, kenapa mas Rivan tidak ngomong langsung saja sama Rona), kata Titah.

"Grogi tah", sambung Rivan yang memohon pada Titah, sambil memegang tangan Titah.

"Iih kok Rivan sekarang memegang tangannya Titah, hemm Rivan..", Kamil masih dalam keadaan marah dan cemburu.

"Waduh jantannya datang", kata Rivan yang melihat Kamil datang.

"Mil.."

"Sebentar sayang, van saya mau tanya sama kamu, kamu tau kan dia ini siapa?", tanya Kamil.

"Tau mil", jawab Rivan.

"Siapa?", tanya Kamil lagi.

"Penguasa hatimu, mil", jawab Rivan lagi.

"Nah itu tau, emangnya kamu gak bisa cari betina yang lain apa, dia itu penguasa hatiku, kesayangan ku, hidup dan matiku janganlah kamu merebutnya dariku, hidupku tanpanya hampa dan aku tanpanya juga bagai mati lampu, gelap gulita, hem.. ", kata Kamil yang marah pada Rivan.

"Mil bukan gitu, Titah..", sambung Titah yang mencoba menjelaskannya pada Kamil.

"Sebentar ya sayang", kata Kamil lagi yang berbicara halus pada Titah.

"Sekali lagi saya peringatkan kamu ya Rivan jangan ganggu betina ku", kata Kamil yang masih marah dan cemburu pada Rivan.

"Mil saya bisa..", sambung Rivan yang ingin menjelaskannya pada Kamil.

"Hemm, yuk Titah ku sayang ikut saya", kata Kamil yang mengandung tangan Titah.

"Kemana?", tanya Titah.

"Ke sini, kamu sama Rivan ada apa sih sebenarnya?", tanya Kamil juga setelah menjawab pertanyaan dari Titah.

"Ya sudah, sekarang aku duduk dan begitu juga dengan kamu, saya tidak ada hubungan apa-apa dengan mas Rivan, mas Rivan menemui saya karena membutuhkan bantuan saya, mas Rivan itu suka dengan santriwati baru yang bernama Rona, mil..", jawab Titah menjelaskannya pada Kamil.

"Oh, tapi benarkan kamu tidak ada hubungan apa-apa dengan Rivan?", tanya Kamil lagi.

"Iya mil..", jawab Titah lagi.

"Kalau begitu biarkan aku menyanyikan lagu untukmu", kata Kamil yang akan menyanyikan satu buah lagu untuk Titah.

"Iya boleh, tapi jangan yang..", kata Titah yang terpotong perkataannya oleh Kamil.

"Oke, musik", sambung Kamil yang memotong perkataan Titah.

Di kamar santriwan..

"Pokoknya gitu saja ya troh, loh itu suara apa?", tanya pak ustaz Ubaidillah.

"Eta suara Kamil, yah.."

(Itu suara Kamil, yah..), jawab Fitroh.

Di taman pesantren darussalam lagi..

"Suara Kamil nyanyi, enak juga lagunya, goyang ah..", kata Rivan.

Di kamar santriwan lagi..

"Troh, bagus juga ya suaranya", kata pak ustaz Ubaidillah.

"Iya yah, goyang yuk", ajak Fitroh.

"Yuk..", sambung pak ustaz Ubaidillah.

**

Seperti mati lampu - Nassar / Kamil.

"Janganlah kau tanyakan besarnya cintaku

Ku persembahkan untukmu, hanya kepadamu

Oh dan janganlah kau ragukan luasnya cintaku

Yang putih tulus untukmu, hanya kepadamu

Luasnya laut tak seluas cinta yang ku punya

Tak sedalam cinta yang ku rasa, cintaku satu untukmu

Tingginya langit tak setinggi kasih yang ku punya

Tak setinggi kasih yang ku rasa, cintaku satu untukmu

Seperti mati lampu ya sayang, seperti mati lampu

Cintaku tanpamu ya sayang bagai malam tiada berlalu

Seperti mati lampu ya sayang, seperti mati lampu

Cintaku tanpamu ya sayang bagai malam tiada berlalu

Janganlah, kau tanyakan besarnya cintaku

Ku persembahkan untukmu, hanya kepadamu

Luasnya laut tak seluas cinta yang ku punya

Tak sedalam cinta yang ku rasa, cintaku satu untukmu

Seperti mati lampu ya sayang, seperti mati lampu

Cintaku tanpamu ya sayang, bagai malam tiada berlalu

Seperti mati lampu ya sayang, seperti mati lampu

Cintaku tanpamu ya sayang, bagai malam tiada berlalu", bagian Kamil.

"Seperti mati lampu ya sayang, seperti mati lampu

Cintaku tanpamu ya sayang bagai malam tiada berlalu", bagian Titah.

"Seperti mati lampu ya sayang, seperti mati lampu

Cintaku tanpamu ya sayang, bagai malam tiada berlalu

Seperti mati lampu ya sayang, seperti mati lampu

Cintaku tanpamu ya sayang, bagai malam tiada berlalu", bagian Kamil lagi.

**

Masih di taman pesantren darussalam..

"Gimana suka gak sama lagunya?", tanya Kamil.

"Suka..", jawab Titah.

"Berarti Kamil di maafin dong?", tanya Kamil lagi.

"Di maafin gak yah..", jawab Titah.

"Maafin ya, ku mohon..", kata Kamil yang memohon maaf pada Titah.

"Emm, ada syaratnya", kata Titah juga.

"Apa itu?", tanya Kamil lagi.

"Ikut aku yuk", ajak Titah yang menggandeng tangan Kamil.

"Eeh kemana?", tanya Kamil lagi.

"Ada deh..", jawab Titah lagi.

"Assalamu'alaikum mas", Titah memberikan salam pada Rivan.

"Mil, berikan salam untuk mas Rivan ya", pinta Titah.

"Siap penguasa hatiku", Kamil mengabulkan permintaan Titah.

"Assalamu'alaikum mas Rivan", Kamil memberikan salam pada Rivan.

"Wa'alaikumussalam", Rivan menjawab salam dari Titah dan Kamil.

"Mas ada yang ingin meminta maaf pada mas Rivan nih, iya kan mil?", tanya Titah mengancam Kamil.

"I, I, I, iya..", jawab Kamil yang ketakutan karena ancaman dari Titah.

"Tuh benarkan mas..", kata Titah.

"Iya van, maaf ya gue marah sama elu tadi, saya cemburu melihat kamu berduaan dengan Titah dan memegang tangan Titah di taman", kata Kamil yang meminta maaf pada Rivan.

"Jadi gimana mas di maafin gak nih Kamil ku?", tanya Titah lagi.

"Iya gue maafin, tapi..", jawab Rivan.

"Apa van?", tanya Kamil lagi.

"Elu bantuin gue ya nyatakan cinta sama santriwati baru", jawab Rivan lagi.

"Oke..", Kamil pun setuju membantu Rivan.

"Emm, mil, mas, apa tidak sebaiknya kalian ta'aruf saja", Titah memberikan saran.

"Saran yang bagus tapi", Rivan menyetujui saran dari Titah.

"Tenang nanti biar aku dan Kamil yang membantu kamu untuk berbicara pada pak kyai Abdullah, ya kan mil?", tanya Titah lagi.

"Iya sayang..", jawab Kamil lagi.

"Kapan?", tanya Rivan.

"Sekarang", jawab Titah dan Kamil.

"Oke.., Gue tunggu hasilnya ya besok", kata Rivan.

"Siap bos..", seru Kamil dan Titah.

Keesokan harinya..

Di depan kamar santriwan..

"Van, yuk..", kata Kamil mengajak Rivan.

"Yuk..", sambung Rivan.

"Cepat nanti telat, Titah marah lagi sama gue, oh ya kemarin sebelum Tidur gue sudah menelpon rumah Titah dan berbicara langsung pada om Nano", Kamil memberitahu kepada Rivan sambil berjalan menuju ke kelas Titah.

"Terus apa kata om Nano, mil?", tanya Rivan.

"Di memperbolehkan Paijo untuk tinggal disini dan menemani Titah", jawab Kamil.

"Terus apa lagi kata om Nano, mil?", tanya Rivan lagi.

"Di suruh jemput ke terminal van, gue sama mang Asep nanti yang jemput", jawab Kamil lagi.

"Oh..", seru Rivan.

"Ya..", sambung Kamil.

Di depan kelas Titah.

"Duh Kamil mana ya, lama banget sih", keluh Titah yang menunggu Kamil.

"Assalamu'alaikum", Kamil dan Rivan memberikan salam pada Titah.

"Wa'alaikumussalam", Titah menjawab salam dari Rivan dan Kamil.

"Yuk sayang", ajak Kamil yang menggandeng tangan Titah.

"Yuk..", sambung Titah.

"Hemm obat nyamuk lagi, obat nyamuk lagi, sabar van, sebentar lagi kamu tidak akan menjadi obat nyamuk lagi kok, hehe..", kata Rivan dalam hati sambil tersenyum.

"Van yeh malah senyum-senyum sendiri gitu", Kamil mencoba menyadarkan Rivan yang sedang menghayal.

"Bukan begitu mil caranya, nih kaya gini nih caranya mil, mas ada Rona", kata Titah mencoba menyadarkan Rivan juga yang sedang menghayal.

"Haa, Rona.. Mana tah, mana?", tanya Rivan yang sadar dari menghayal.

"Hemm, gak ada..", jawab Titah.

"Lah gimana sih katanya ada..", keluh Rivan.

"Udah yuk keruangan pak kyai Abdullah", kata Titah lagi.

"Oh iya, yuk", sambung Rivan.

"Hadeh..", keluh Kamil.

Di ruangan pak kyai Abdullah..

"Assalamu'alaikum", Titah, Kamil, dan Rivan memberikan salam pada pak kyai Abdullah.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, masuk tah, mil, van", pak kyai Abdullah menjawab salam dari Titah, Kamil, dan Rivan dan mempersilahkan Titah, Kamil, dan Rivan masuk ke ruangannya.

"Iya pak..", kata Titah.

"Ada apa?", tanya pak kyai Abdullah.

"Ada yang ingin Kamil dan Titah omongin soal..", jawab Kamil yang terpotong oleh pak kyai Abdullah.

"Soal naon tah?"

(Soal apa tah?), tanya pak kyai Abdullah lagi.

"Soal Rivan, abah..", jawab Kamil lagi.

"Rivan, emang na Rivan kunaon mil?"

(Rivan, memangnya Rivan kenapa mil?), tanya pak kyai Abdullah lagi.

"Rivan minta di ta'aruf kan juga abah, seperti Kamil dan Titah", jawab Kamil lagi.

"Oh kitu, di ta'aruf kan sami saha van?"

(Oh gitu, di ta'aruf kan sama siapa van?), tanya pak kyai Abdullah lagi.

"Sama santriwati baru pak kyai Abdullah, dia bernama Rona", jawab Rivan.

"Oh.., ya sudah nanti bapak atur ta'aruf kalian ya, bapak juga minta Kamil dan Titah untuk hadir sebagai saksi", kata pak kyai Abdullah.

"Siap pak kyai", sambung Titah.

"Siap abah", sambung Kamil juga.

"Baiklah, ada lagi?", tanya pak kyai Abdullah lagi.

"Henteu aya abah"

(Tidak ada abah), jawab Kamil lagi.

"Ya sudah pak kalau begitu saya, Kamil, dan Rivan pamit", kata Titah yang pamit pada pak kyai Abdullah.

"Muhun.."

(Iya..), kata pak kyai Abdullah.

"Assalamu'alaikum", Titah Rivan dan Kamil memberikan salam pada pak kyai Abdullah.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh", pak kyai Abdullah menjawab salam dari Rivan, Kamil, dan Titah.

Di luar ruangan pak kyai Abdullah..

"Terimakasih ya tah, mil, sudah bantu", Rivan mengucapkan terimakasih pada Titah dan Kamil, karena telah membantunya.

"Iya van..", sambung Kamil.

"Iya mas sama-sama", sambung Titah juga.

"Astaghfirullahalazim lupa aku sayang, van ke aa gih, ini sudah jam empat sore", Kamil memberi kode pada Rivan.

"Oh iya jemuran belum di angkat, untung kamu mengingatkan saya mil, ya sudah kalau begitu permisi tah, mil", Rivan mengerti yang dimaksud oleh Kamil.

"Assalamu'alaikum", Rivan memberikan salam pada Titah dan Kamil.

"Wa'alaikumussalam", Titah dan Kamil menjawab salam dari Rivan.

"Oh ya sayang ku, aku lupa hari ini ada janji sama kakak senior di pesantren darussalam, aku ke sana ya, assalamu'alaikum", kata Kamil yang alasan pada Titah dan memberikan salam pada Titah.

"Iya mil, wa'alaikumussalam", Titah menjawab salam dari Kamil.

Di parkiran mobil pesantren darussalam..

"Mang Asep", Kamil memanggil Asep.

"Muhun den kasep, janten hayang ka terminal na?"

(Iya den ganteng, jadi mau ke terminalnya?), tanya Asep.

"Muhun mang, gancang nya"

(Iya mang, cepat ya), jawab Kamil.

"Oh muhun den"

(Oh iya den), seru Asep.

Kamil dan Asep pun menjemput Paijo ke terminal, sedangkan Fitroh dan Rivan mempersiapkan semuanya yang di minta Kamil untuk Titah di taman pesantren darussalam.

Di taman pesantren darussalam..

"Kumaha van atos rengse acan?"

(Bagaimana van sudah selesai belum?), tanya Fitroh.

"Sampun a, tinggal setunggal"

(Sudah a, tinggal satu), jawab Rivan.

"Anjeun ieu kumaha da, katanya atos rengse, terus kok anjeun bilang linggih hiji, ieu nu leres nu mana da, kalut aa janten na"

(Kamu ini bagaimana sih, katanya sudah selesai, terus kok kamu bilang tinggal satu, ini yang benar yang mana sih, bingung aa jadinya?), tanya Fitroh lagi.

"Maksudnya Rivan ingkang tinggal setunggal punika adalah Paijo, a.."

(Maksudnya Rivan yang tinggal satu itu adalah Paijo, a..), jawab Rivan lagi.

"Oh muhun, leres anjeun, nya atos urang leleson baheula yuk di dieu sambil ngantosan Kamil, eh muhun Aisyah atos anjeun kasih terang acan?"

(Oh iya, benar kamu, ya sudah kita istirahat dulu yuk di sini sambil menunggu Kamil, eh iya Aisyah sudah kamu kasih tau belum?), tanya Fitroh lagi.

"Rampung a, sampun kula asih tau wingi"

(Beres a, sudah saya kasih tau kemarin), jawab Rivan lagi.

"Oke..", seru Fitroh.

Di terminal..

"Abdi telepon Paijo baheula nya mang"

(Saya telepon Paijo dulu ya mang), Kamil memberitahu Asep.

"Oh muhun den"

(Oh iya den), jawab Asep.

**

Percakapan Paijo dan Kamil lewat telepon.

"Assalamu'alaikum lik jo", Kamil memberikan salam pada Paijo.

"Wa'alaikumussalam den mas Kamil", Paijo menjawab salam dari Kamil.

"Sudah ada di terminal atau belum?", tanya Kamil.

"Sudah den mas, sekarang mau keluar dari bus", jawab Paijo.

"Ya, saya tunggu di pintu keluar terminal ya lik", kata Kamil memberitahu Paijo.

"Oh iya den, saya sudah melihat den mas Kamil kok di pintu keluar", sambung Paijo.

"Ya sudah, assalamu'alaikum", Kamil memberikan salam pada Paijo.

"Wa'alaikumussalam", Paijo menjawab salam dari Kamil.

**

Masih di terminal..

"Tunggu sebentar lagi ya mang", kata Kamil.

"Muhun den kasep"

(Iya den ganteng), sambung Asep.

"Assalamu'alaikum den mas Kamil dan Asep", Paijo memberikan salam pada Kamil dan Asep.

"Wa'alaikumussalam", Kamil dan Asep menjawab salam dari Paijo.

"Mang tulung barang na lik jo nya"

(Mang tolong barangnya lik jo ya), pinta Kamil.

"Muhun den kasep"

(Iya den ganteng), Asep melaksanakan perintah dari Kamil.

"Oh iya whatsapp aa", kata Kamil untuk memberitahu Fitroh, kalau Kamil, Asep, dan Paijo sudah ada di jalan pulang.

Di pesantren Darussalam,

Di taman pesantren Darussalam lagi..

"A, hp bunyi", kata Rivan memberi tau Fitroh.

"Iya van..", sambung Fitroh.

"Dari siapa a?", tanya Rivan.

"Dari Kamil, van.., katanya siap-siap sudah ada di jalan mau pulang", jawab Fitroh.

"Berarti saya whatsapp mbak Aisyah sekarang ya, biar mbak Aisyah bawa Titah ke taman pesantren Darussalam sekarang a?", tanya Rivan lagi.

"Iya gih, aa mau balas whatsapp dari Kamil juga nih..", jawab Fitroh lagi.

"Oke siap..", seru Rivan.

**

Percakapan Fitroh dan Kamil lewat whatsapp.

"Assalamu'alaikum a, siap-siap ya sudah di jalan pulang", Kamil memberitahu Fitroh.

"Wa'alaikumussalam, iya mil, Rivan juga lagi kabari Aisyah untuk membawa Titah ke taman pesantren darussalam", Fitroh juga memberitahu Kamil.

"Oke a..", seru Kamil.