webnovel

episode 6

Masih di taman depan kamar santriwati..

"Nggih mbak"

(Ya mbak), kata Titah.

Di kamar santriwati lagi..

"Van, kok gak di jawab, kamu sedang apa disini?", tanya teh Indri lagi.

"Anu loh teh..", kata Rivan yang masih mencari alasan.

"Anu lagi, anu apa Van?", tanya teh Indri lagi.

"Anu teh..", jawab Rivan yang masih mencari alasan.

"Anu apa?", tanya teh Indri lagi masih dengan pertanyaan yang sama.

"Haa.. Titah.. Nah itu dia orangnya", kata Rivan dalam hati yang melihat Titah di taman depan kamar santriwati.

"Van..", teh Indri mencolek Rivan yang sedang melamun dan melihat ke arah Titah yang berada di taman yang dekat dengan kamar santriwati.

"Eh iya teh, kenapa?", tanya Rivan.

"Kata mu anu tadi, anu kenapa?", tanya teh Indri juga.

"Itu Titah teh, saya kesini mencari Titah", Rivan akhirnya menemukan alasan yang tepat karena melihat Titah.

"Oh Titah, ngomong dong dari tadi", kata teh Indri.

"Iya teh, permisi, assalamu'alaikum", Rivan pun pergi meninggalkan teh Indri dan memberikan salam pada teh Indri.

Di taman depan kamar santriwati lagi..

"Titah..", Rivan memanggil Titah.

"Inggih.."

(Iya..), jawab Titah.

"Sopo tah?"

(Siapa tah?), tanya Aisyah.

"Boten mangertos kulo mbak, eh mas Rivan deh.."

(Tidak mengerti saya mbak, eh mas Rivan deh..), jawab Titah.

"Oh Rivan..", seru Aisyah.

"Assalamu'alaikum", Rivan memberikan salam pada Titah dan Aisyah.

"Wa'alaikumussalam", Aisyah dan Titah menjawab salam dari Rivan.

"Tah..", Rivan memanggil Titah lagi.

"Nggih, ono opo mas?"

(Ya, ada apa mas?), tanya Titah.

"Ada yang ingin mas Rivan omogin ke kamu tah..", jawab Rivan.

"Soal apa?", tanya Titah lagi.

"Soal, nomer telepon rumahmu, papa minta soalnya, ya papa minta", jawab Rivan yang gugup karena mencari alasan.

"Oh.. Nomer rumah", seru Titah.

"Iya tah", sambung Rivan.

"Nomer rumah ku, 02518xxxxxx", kata Titah memberikan nomer rumah pada Rivan.

"Oke terima ka sih..", kata Rivan yang melihat santriwati baru di pesantren darussalam.

"Iya mas, loh kok, mas, mas, mas Rivan", Titah mencoba menyadarkan Rivan yang sedang memandangi santriwati baru.

"Tah..", Aisyah mencolek Titah yang ada di sebelahnya.

"Nggih mbak"

(Ya mbak), jawab Titah.

"Rivan kenopo ta?"

(Rivan kenapa sih?), tanya Aisyah.

"Boten mangertos kulo mbak"

(Tidak mengerti saya mbak), jawab Titah.

"Van..", Aisyah juga mencoba menyadarkan Rivan yang tidak berkedip memandang santriwati baru.

"Ayu ne wedok iku"

(Cantiknya perempuan itu), kata Rivan yang melihat santriwati baru tanpa berkedip.

"Haa..", Aisyah kaget mendengar perkataan Rivan.

"Wedok ayu.."

(Perempuan cantik..), Titah juga kaget mendengar perkataan Rivan.

"Tah, mbak pegang kening nya dulu ya", kata Aisyah.

"Oh iya mbak, silahkan", sambung Titah.

"Emm..", Aisyah bingung karena saat memegang keningnya Rivan tidak panas atau hangat.

"Kenapa mbak?", tanya Titah.

"Boten anget kok"

(Tidak hangat kok), jawab Aisyah.

"Masa sih mbak?", tanya Titah lagi.

"Tenan tah, jajal dewe yen di omongi ra percoyo"

(Benar tah, coba sendiri kalau di bilangin gak percaya), jawab Aisyah lagi.

"Assalamu'alaikum", teh Indri memberikan salam pada Titah, Rivan, dan Aisyah.

"Wa'alaikumussalam", Titah, Rivan, dan Aisyah menjawab salam dari teh Indri.

"Kalian ngapain disini?", tanya teh Indri.

"Saya dan mbak Aisyah sedang ngobrol tadi teh", jawab Titah.

"Iya benar teh, tadi saya dan Titah sedang ngobrol berdua saja, tiba-tiba Rivan datang minta nomer telepon Titah", jawab Aisyah menjelaskannya pada teh Indri.

"Oh, terus Rivan kenapa?", tanya teh Indri lagi.

"Maaf teh saya tidak mengerti dari tadi seperti ini teh", jawab Aisyah lagi.

"Mbak.."

"Sebentar teh"

"Ya.."

"Kenopo tah?"

(Kenapa tah?), tanya Aisyah.

"Mas Rivan, mungkin sawan mbak", jawab Titah.

"Hus.. Ngawur panjenengan tah yen ngomong, mana enten demit awan-awan"

(Hus.. Ngawur kamu tah kalau ngomong, mana ada setan siang-siang), kata Aisyah.

"Ya kulo hanya menebak wae ta, iku lihat ra kedip mbak meripate, opo meneh yen dudu asmane sawan"

(Ya kan saya hanya menebak saja, itu lihat gak kedip mbak matanya, apa lagi kalau bukan namanya sawan), sambung Titah yang berbisik pada Aisyah.

"Yen di lihat-lihat benar juga ya tah, koyo uwong sawan"

(Kalau di lihat-lihat benar juga ya tah, kaya orang sawan), kata Aisyah lagi yang berbisik pada Titah.

Dan di taman pesantren Kamil masih berusaha untuk mencari cara agar Titah tidak marah lagi padanya.

Lalu Kamil menghibur dirinya sendiri dengan bernyanyi yang di iringi dengan gitar yang di bawanya, Kamil menyanyikan sebuah lagu yang berjudul seperti mati lampu penyanyinya adalah Nassar, begitu juga Titah yang menyanyikan sebuah lagu yang berjudul uwiw uwiw (aku tanpamu) penyanyinya adalah cita citata yang ternyata merindukan Kamil pujaan hatinya.

Di taman pesantren..

"Iih sebel deh kenapa sih Titah gak mau mendengarkan aku, andaikan kamu tau Titah aku tanpamu itu seperti mati lampu, cintaku tanpa hadirnya dirimu bagaikan malam tiada berlalu, seakan-akan hatiku ini hampa, hampa hatiku Titah, hampa..", kata Kamil yang tak menyadari Fitroh, kakaknya ada disana juga.

"Eta bukan na Kamil nya, ngapain anjeunna di ditu?"

(Itu bukannya Kamil ya, ngapain dia disana?), tanya Fitroh dalam hati.

Di kamar santriwati..

"Kamil sedang apa ya sekarang, kenapa sih kamu gak kejar-kejar seperti tadi, kenapa juga sih kamu gak mengerti juga mil, kalau aku tanpamu bagaikan ambulance tanpa uwiw, hemm", kata Titah dalam hati.

Di taman pesantren lagi..

"Aahh.. Titah.. Cintaku tanpamu bagaikan mati lampu, dan Titah.. Cintaku tanpamu bagai malam tiada berlalu", Kamil teriak-teriak agar hatinya lega.

"Emm.. Sekarang malah teriak-teriak", kata Fitroh dalam hati.

"Oke kalau begini enaknya nyanyi nih, music", Kamil mulai memainkan gitarnya dan bernyanyi.

"Oo ohh dia nyanyi, eh tapi enak juga, goyang ah..", kata Fitroh yang mulai bergoyang.

**

Seperti mati lampu - Nassar / lagu yang di nyanyikan oleh Kamil.

"Janganlah kau tanyakan besarnya cintaku

Ku persembahkan untukmu, hanya kepadamu

Oh dan janganlah kau ragukan luasnya cintaku

Yang putih tulus untukmu, hanya kepadamu

Luasnya laut tak seluas cinta yang ku punya

Tak sedalam cinta yang ku rasa, cintaku satu untukmu

Tingginya langit tak setinggi kasih yang ku punya

Tak setinggi kasih yang ku rasa, cintaku satu untukmu

Seperti mati lampu ya sayang, seperti mati lampu

Cintaku tanpamu ya sayang bagai malam tiada berlalu

Seperti mati lampu ya sayang, seperti mati lampu

Cintaku tanpamu ya sayang bagai malam tiada berlalu

Janganlah, kau tanyakan besarnya cintaku

Ku persembahkan untukmu, hanya kepadamu

Luasnya laut tak seluas cinta yang ku punya

Tak sedalam cinta yang ku rasa, cintaku satu untukmu

Seperti mati lampu ya sayang, seperti mati lampu

Cintaku tanpamu ya sayang, bagai malam tiada berlalu

Seperti mati lampu ya sayang, seperti mati lampu

Cintaku tanpamu ya sayang, bagai malam tiada berlalu", Bagian Kamil bernyanyi.

"Seperti mati lampu ya sayang, seperti mati lampu

Cintaku tanpamu ya sayang bagai malam tiada berlalu", Bagian Titah bernyanyi.

"Seperti mati lampu ya sayang, seperti mati lampu

Cintaku tanpamu ya sayang, bagai malam tiada berlalu

Seperti mati lampu ya sayang, seperti mati lampu

Cintaku tanpamu ya sayang, bagai malam tiada berlalu", Bagian Kamil bernyanyi lagi.

**

Di kamar santriwati lagi..

"Benar-benar aku tanpamu bagaikan ambulance tanpa uwiw", kata Titah yang merindukan Kamil.

**

uwiw uwiw (aku tanpamu) - cita citata / lagu yang di nyanyikan oleh Titah.

"Aku tanpamu

Aku tanpamu

Tujuh hari seminggu

Terasa jenuh tanpa dirimu

Bersama kita selalu

Takkan ku lupa sepanjang waktu

Dimana ada diriku disitu ada dirimu kita takkan terpisah

Walau engkau disana

Hatiku ada selalu bersamamu

Aku tanpamu

Bagaikan ambulance tanpa uwiw (uwiw uwiw) Aku tanpamu

Bagaikan ambulance tanpa uwiw (uwiw uwiw) Kala aku merindu

Saat kau jauh dari diriku

Tanpa ku dipelukmu

Bagai berjalan tanpa sepatu

Dimana ada diriku disitu ada dirimu kita takkan terpisah

Walau engkau disana

Hatiku ada selalu bersamamu

Aku tanpamu

Bagaikan ambulance tanpa uwiw (uwiw uwiw) Aku tanpamu

Bagaikan ambulance tanpa uwiw (uwiw uwiw) Aku tanpamu… Aku merindu…

Aku tanpamu… Aku merindu…

Aku tanpamu

Bagaikan ambulance tanpa uwiw (uwiw uwiw) Aku tanpamu

Aku merindu…

Aku tanpamu

Bagaikan ambulance tanpa uwiw (uwiw uwiw) Aku tanpamu

Bagaikan ambulance tanpa uwiw (uwiw uwiw)"

**

Di taman pesantren lagi..

"Yes sudah dapat sekarang tinggal laporan ke a Fitroh deh", kata Rivan yang kesenangan karena sudah mendapatkan nomer rumahnya Titah, lalu Rivan melihat Fitroh yang sedang goyang sendirian di taman pesantren.

"Asik..", kata Fitroh yang masih bergoyang di taman pesantren sambil memejamkan matanya.

"Tuh benarkan, ini a Fitroh nih, a, a, a..", kata Rivan yang mencoba menyadarkan Fitroh.

"Eh Rivan, ikut goyang yuk van, lagunya enak nih..", kata Fitroh yang masih goyang yang ternyata Kamil sudah berhenti bernyanyi.

"Haa goyang?", tanya Rivan kebingungan.

"Iya goyang, itu si Kamil punya lagu baru enak dan dia kan lagi nyanyi", jawab Fitroh sambil memejamkan mata yang tak sadar kalau ternyata Kamil sudah tidak bernyanyi.

"Emm itu kan Rivan dan a Fitroh, sedang apa ya mereka disana?", Kamil bertanya-tanya di dalam hati.

"Haduh kayanya a Fitroh ke masukan demit di taman sini nih", kata Rivan dalam hati.

"Van..", Kamil menghampiri Rivan yang berusaha menyadarkan Fitroh.

"Eh elu mil, a", sambung Rivan yang masih berusaha menyadarkan Fitroh.

"A Fitroh kenapa van?", tanya Kamil.

"Gak tau mil, gue lewat sini, sudah kaya gini", jawab Rivan.

"Oh, kalau kaya gitu gampang van cara menyadarkannya", kata Kamil lagi.

"Caranya kaya gimana mil?", tanya Rivan.

"Kaya gini nih, perhatikan ya", jawab Kamil memberikan contoh pada Rivan.

"Iya mil..", kata Rivan yang memperhatikan Kamil.

"A, eta awewe manten nya, geulis pisan"

(A, itu cewek mana ya, cantik banget), kata Kamil memberikan contoh pada Rivan agar Fitroh, kakaknya sadar.

"Haa awewe, manten mil?"

(Haa cewek, mana mil?), tanya Fitroh yang sadar saat Kamil bilang ada perempuan cantik di taman pesantren.

"Tuh gitu van, caranya", kata Kamil lagi.

"Oh gitu ya, oke kapan-kapan gue praktekin deh hehe", sambung Rivan sambil tertawa.

Di kamar santriwati..

"Hemm enaknya mah ke taman pesantren sajalah", kata Titah yang bosan di kamar santriwati.

Di taman pesantren lagi..

"Mil kamu dimana sih, eh itu sepertinya Kamil deh, samperin ah", kata Titah yang akan menghampiri Kamil, Rivan, dan Fitroh.

"Manten mil?"

(Mana mil?), tanya Fitroh.

"Manten naon nya?"

(Mana apa ya?), tanya Kamil juga.

"Awewe mil"

(Cewek mil), jawab Fitroh.

"Itu kaya Titah deh", kata Rivan yang melihat Titah yang akan menghampiri Kamil, Rivan, dan Fitroh.

"Iih manten mil awewe na?"

(Iih mana mil cewek nya?), tanya Fitroh lagi.

"Eta a awewe na, uh geulis pisan"

(Itu a ceweknya, uh cantik banget), jawab Rivan yang menunjuk Titah.

"Manten van?"

(Mana van?), tanya Fitroh lagi.

"Eta"

(Itu), jawab Rivan lagi yang masih menunjuk Titah.

"Eh van emangnya ada ya?", tanya Kamil.

"Ada", jawab Rivan lagi.

"Haa serius?", tanya Kamil lagi.

"Iya mil, ada", jawab Rivan lagi.

"Ada, mana?", tanya Kamil lagi.

"Tuh..", jawab Rivan lagi yang masih menunjuk Titah.

"Emm itu mah", kata Fitroh.

"Titah ku sayang", sambung Kamil.

"Assalamu'alaikum", Titah memberikan salam pada Kamil, Rivan, dan Fitroh.

"Wa'alaikumussalam", Rivan, Kamil, dan Fitroh menjawab salam dari Titah.

"Mil.."

"Iya tah, ada apa?", tanya Kamil.

"Ada yang mau aku omongin sama kamu nih, tapi", jawab Titah memberi Kamil kode.

"Oh oke, emm", seru Kamil.

"Tau kok mil, apa yang kamu maksud, van yuk, rapat", ajak Fitroh yang mengerti apa yang di ingin kan Kamil.

"Kamana?"

(Kemana?), tanya Rivan.

"Rapat di kamar", jawab Fitroh.

"Haa.. Ogah", kata Rivan yang tidak mau ikut Fitroh ke kamar untuk membicarakan rencana mendatangkan Paijo ke pesantren darussalam.

"Emm, van, van"

"Iya mil, mil"

"Udah pernah dengar belum kalau ada dua orang, yang satunya perempuan dan yang satunya lagi laki-laki sedang berduaan lalu ada orang ketiga, maka orang ketiganya itu adalah.."

"Setan mil"

"Nah.."

"Berarti gue, setan dong, Kamil..", Rivan kesal.

"Ett bukan gue loh ya yang ngomong, tapi elu sendiri yang ngomong", kata Kamil menjelaskan.

"Haha..", Titah tertawa.

"Ya sudah makan nya hayuk", ajak Fitroh lagi.

"I, i, iya deh..", jawab Rivan.

"Assalamu'alaikum", Rivan dan Fitroh memberikan salam pada Kamil dan Titah.

"Wa'alaikumussalam", Kamil dan Titah menjawab salam dari Rivan dan Fitroh.

"Duduk yuk tah", kata Kamil yang mengajak Titah duduk.

"Iya mil, kamu juga ya", sambung Titah.

"Kenapa, oh iya lupa kamu sudah gak marah lagi nih sama aku sekarang?", tanya Kamil.

"Enggak ah, gak enak tau marahan", jawab Titah.

"Oh..", seru Kamil.

"Ya..", sambung Titah.

Titah dan Kamil pun baikan tanpa sepengetahuan Fitroh dan Rivan, di kamar santriwan Fitroh dan Rivan masih menyusun rencana untuk kedatangan Paijo ke pesantren darussalam.

Di taman pesantren Kamil dan Titah bernyanyi bersama dengan judul lagu kesayanganku penyanyinya adalah Al Ghazali ft Chelsea Shania.

Di kamar santriwan..

"Van, loh itu apa?", tanya Fitroh.

"Ini kertas a, gimana sih..", jawab Rivan.

"Iya tau kertas tapi tulisannya?", tanya Fitroh lagi.

"Ini nomer rumahnya Titah, dapet kan, Rivan gitu loh..", jawab Rivan lagi.

"Oh, dari ruangan abah ya?", tanya Fitroh lagi.

"Bukan a, aku dapet langsung dari Titah, mana berani Rivan masuk ke ruangannya pak kyai Abdullah", jawab Rivan lagi.

"Oh.., oke kita mulai rapatnya ya", kata Fitroh menutup pintu kamarnya.

"Oke..", sambung Rivan.

Di taman pesantren lagi..

"Tah"

"Iya mil, kenapa?", tanya Titah.

"Duet yuk, nyanyi, nyanyi", jawab Kamil yang mengajak Titah duet atau menyanyikan sebuah lagu.

"Boleh, judul lagunya?", tanya Titah lagi.

"Kesayangan ku", jawab Kamil lagi.

"Oke", seru Titah.

"Oke mulai", sambung Kamil.

**

Kesayanganku - Al Ghazali ft Chelsea Shania / Kamil dan Titah.

"Dengarlah cinta hatiku remuk redam

Jika tak ada kamu

Menemani aku", bagian Kamil.

"Dengarlah cinta ku memanggil namamu

Disetiap malamku

Ku memikirkan kamu", bagian Titah.

"Aku sepi sepi sepi sepi

Jika tak ada kamu", bagian Kamil.

"Aku mati mati mati mati

Jika engkau pergi", bagian Titah.

"Dengarlah kesayanganku

Jangan tinggalkan aku

Tak mampu jika ku tanpamu", bagian Kamil.

"Dengarlah kesayanganku

Hidup matiku untukmu

Kumohon pertahankan aku", bagian Titah.

"Dengarlah cinta hatiku remuk redam

Jika tak ada kamu

Menemani aku", bagian Kamil.

"Dengarlah cinta ku memanggil namamu

Disetiap malamku

Ku memikirkan kamu", bagian Titah.

"Aku sepi sepi sepi sepi

Jika tak ada kamu", bagian Kamil.

"Aku mati mati mati mati

Jika engkau pergi", bagian Titah.

"Dengarlah kesayanganku

Jangan tinggalkan aku

Tak mampu jika ku tanpamu", bagian Kamil.

"Dengarlah kesayanganku

Hidup matiku untukmu

Kumohon pertahankan aku", bagian Titah.

"Dengarlah kesayanganku

Jangan tinggalkan aku

Tak mampu jika ku tanpamu", bagian Kamil.

"Dengarlah kesayanganku

Hidup matiku untukmu

Kumohon pertahankan aku", bagian Kamil.

"Dengarlah kesayanganku

Hidup matiku untukmu", bagian Titah.

Titah dan Kamil selesai menyanyikan sebuah lagu, Rivan dan Fitroh pun juga sudah selesai rapat di kamarnya, sekarang akan melaksanakan sholat dzuhur berjama'ah di masjid.

Di kamar santriwan lagi..

"Sekian rapat siang ini, nanti sore kita kumpul lagi disini", kata Fitroh.

"Kita?", tanya Rivan.

"Iya kita, kamu, aa, dan Kamil", jawab Fitroh.

"Oh..", seru Rivan.

"Paham?", tanya Fitroh.

"Puaham..", jawab Rivan.

"Emm..", keluh Fitroh.

"Kenapa a?", tanya Rivan.

"Muncrat", jawab Fitroh.

"Haha", Rivan ketawa.

"Sudah yuk ke masjid jama'ah", ajak Fitroh.

"Yuk", sambung Rivan.

Di taman pesantren lagi..

"Ada yang wa ya mil?", tanya Titah.

"Gak ada, lihat jam doang kok tah", jawab Kamil.

"Oh..", seru Titah.

"Iya, yuk", ajak Kamil.

"Kemana?", tanya Titah lagi.

"Berjama'ah", jawab Kamil lagi.

"Oh, yuk..", sambung Titah.

Di kamar santriwati lagi..

"Assalamu'alaikum", Rona memberikan salam pada Aisyah.

"Wa'alaikumussalam", Aisyah menjawab salam dari Rona.

"Mbak saya mau nanya mas..", kata Rona yang terpotong karena Titah datang ke kamar.

"Assalamu'alaikum", Titah memberikan salam pada Aisyah dan Rona.

"Wa'alaikumussalam", Aisyah dan Rona menjawab salam dari Titah.

"Siapa mbak?", tanya Titah.

"Santriwati baru tah..", jawab Aisyah.

"Oh..", seru Titah.

"Maaf tadi kamu mau tanya apa ya?", tanya Aisyah.

"Masjid dimana mbak?", tanya Rona juga.

"Oh kamu mau ke masjid ta, yuk ke masjid sudah waktunya untuk berjama'ah dzuhur", jawab Aisyah.

Di luar kamar santriwati..

"Kau bidadari jatuh dari tembok pesantren tepat di pelukan ku eeaa..

Kau gadis ku yang sangat cantik aku cinta padamu eeaa.. eeaa.. eeaa..", Kamil bernyanyi yang sedang menunggu Titah di luar kamar santriwati.

Di kamar santriwati lagi..

"Iya mbak tunggu sebentar ya mau ambil mukena dulu", kata Rona.

"Iya", sambung Aisyah.

"Ya sudah mbak kalau begitu Titah duluan ya", kata Titah pamit pada Aisyah.

"Iya..", jawab Aisyah.

"Assalamu'alaikum", Titah memberikan salam pada Aisyah.

"Wa'alaikumussalam", Aisyah menjawab salam dari Titah.

Di luar kamar santriwati lagi..

"Kau bidadari, eh bidadari nya di sini", kata Kamil sambil senyum melihat Titah.

"Yuk mil..", ajak Titah.

"Yuk..", sambung Kamil.

"Itu..", kata Rona yang melihat Titah bersama Kamil.

"Oh itu Titah dan Kamil, sebentar lagi akan menikah", jawab Aisyah.

"Oh..", seru Rona.

"Yuk ke masjid", ajak Aisyah.

"Yuk..", sambung Rona.

Semua santriwan dan santriwati sholat berjama'ah di masjid, setelah sholat dzuhur Rivan memanggil Kamil untuk rencana berikutnya yaitu Kamil yang menelepon Paijo.

Di luar masjid..

"Duh, Titah mana lagi ya lama banget sih dia", kata Kamil.

"Siapa sih santriwati baru itu, cantik sekali", kata Rivan yang melihat Rona di masjid.

"Van, yeh malah ngelihatin cewek, itu Kamil tuh disitu, buruan sebelum ngejar Titah lagi", kata Fitroh.

"Iya a", sambung Rivan.

"Titah lama banget sih", keluh Kamil.

"Mil.."

"Iya sayang, eh elu van, gue kira Titah, kenapa?", tanya Kamil.

"Ikut gue yuk", jawab Rivan.

"Ya..", seru Kamil.

"Nih a, Kamil nya", kata Rivan.

"Mil, Rivan sudah dapat nomer rumahnya Titah, dan sekarang giliran kamu yang menjalankan tugas", kata Fitroh.

"Oke, telepon sekarang nih a?", tanya Kamil.

"Jangan, nanti saja, sekarang kita ke kamar", jawab Fitroh.

"Ngapain?", tanya Kamil lagi.

"Rapat mil", sela Rivan.

"Nah iya itu rapat atau menjalankan rencana berikutnya", jawab Fitroh.

"Emm rapat, diskusi kali..", kata Kamil.

"Nah iya itu", sambung Fitroh.

"Ya pokoknya itulah, yuk sekarang kita ke kamar", ajak Rivan.

"Oh, oke, yuk kita ke kamar", sambung Kamil.

"Yuk..", sambung Rivan dan Fitroh juga.

Kamil pun meninggalkan Titah yang berada di masjid, sedangkan Rivan masih penasaran dengan santriwati baru yang bernama Rona.

Rivan kemudian menemui Titah setelah rapat atau diskusi di kamar santriwan, untuk meminta bantuan agar dia bisa mengenal Rona dan dekat padanya seperti Titah dan Kamil.

Dan akhirnya Titah menyetujuinya, Titah memperkenalkan Rona pada Rivan, Titah juga menemui pak kyai Abdullah, agar Rivan dan Rona di ta'aruf kan, sama seperti Kamil dan Titah.

Pak kyai Abdullah menyetujui niatan baik Titah, dan malam harinya Titah dan Kamil di panggil pak kyai Abdullah untuk menjadi saksi Rivan dan Rona ta'aruf.

Dan Rona pun menerima ta'aruf dari Rivan, lalu setelah itu Rivan menghubungi keluarganya, untuk memberitahu bahwa dia telah di ta'aruf kan oleh seorang perempuan cantik pilihannya dan akan melanjutkan ke jenjang pernikahan.

Keesokan harinya keluarga Rivan datang ke pesantren Darussalam, disana Fitroh berkenalan dengan perempuan cantik juga yang bernama Nuzy, Nuzy adalah kakak sepupu dari Rivan, setelah Rivan di ta'aruf kan oleh Rona barulah Fitroh yang di ta'aruf kan oleh Nuzy, lalu Fitroh dan Nuzy pun yang menikah terlebih dahulu lalu barulah Rivan dan Rona, selanjutnya barulah Titah dan Kamil.