webnovel

episode 5

"Van..", Fitroh memanggil Rivan.

"Opo a?"

(Apa a?), Rivan pun bertanya pada Fitroh.

"Poko na teu kenging lali nya anjeun urus rencana anu urang susun tadi haturan bantos Kamil"

(Pokok nya jangan lupa ya kamu urus rencana yang kita susun tadi untuk bantu Kamil), jawab Fitroh.

"Oke bakennya tenang kemawon a, serahkan sedayanya wonten Rivan"

(Oke pokoknya tenang saja a, serahkan semuanya pada Rivan)

"Anjeun unjukan naon da?, aa teu teurang"

(Kamu ngomong apa sih?, Aa gak ngerti), tanya Fitroh.

"Pangarahe serahkan wae kabehe ing aku a.."

(Maksud nya serahkan saja semuanya pada saya a..), jawab Rivan.

"Aa teu teurang Van.."

(Aa gak ngerti Van..)

"Maksud ku serahkan saja semuanya pada saya a.."

"Oh, oke..", seru Fitroh.

"Iya, ngerti gak?", tanya Rivan.

"Boten, aa boten ngertos"

(Tidak, aa tidak mengerti), jawab Fitroh yang menggunakan bahasa Jawa.

"Lah iku iso basa jawi"

(Lah itu bisa bahasa Jawa)

"Alah mboh, sakarepmu"

(Alah gak ngerti, terserah kamu)

"Emm He Emm..", keluh Rivan.

"Ya sudah sana laksanakan", perintah Fitroh.

"Siap a..", Rivan melaksanakan perintah dari Fitroh.

Kamil dan Titah pun menemui pak kyai Abdullah di masjid pesantren darussalam bersama, begitu juga Aisyah dan Fitroh di panggil juga ke masjid, rupa nya pak kyai Abdullah dan pak ustaz Ubaidillah ingin membicarakan soal Fitroh yang menolak di ta'aruf kan oleh Aisyah.

Di masjid pesantren darussalam..

"Titah..", Kamil masih mengejar Titah yang masih marah.

"Diam kenapa mil, assalamu'alaikum", kata Titah dan Titah memberikan salam pada pak kyai Abdullah.

"Wa'alaikumussalam", pak kyai Abdullah menjawab salam dari Titah.

"Duduk tah, mil..", pinta pak ustaz Ubaidillah.

"Iya yah..", kata Kamil.

"Assalamu'alaikum", Fitroh memberikan salam pada pak ustaz Ubaidillah.

"Wa'alaikumussalam", pak ustaz Ubaidillah menjawab salam dari Fitroh.

"Assalamu'alaikum", Aisyah memberikan salam pada umi Fatimah.

"Wa'alaikumussalam", umi Fatimah menjawab salam dari Aisyah.

"Duduk syah, troh", pinta ustazah Rohayati.

"Iya mah..", Fitroh melaksanakan perintah dari ustazah Rohayati.

"Iya bu ustazah Rohayati", Aisyah juga melaksanakan perintah dari ustazah Rohayati.

"Baik langsung saja saya mulai pembicaraan ini, sebelumnya assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh", pak kyai Abdullah memberikan salam ke semua yang ada di masjid pesantren darussalam.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh", semua yang ada di masjid pesantren darussalam menjawab salam dari pak kyai Abdullah.

"Saya sudah membicarakan semuanya kepada orang tua Aisyah dan juga kepada orang tua Fitroh, bahwa Fitroh menolak untuk di ta'arufkan oleh Aisyah, selanjut nya akan di sampaikan oleh pak ustaz Ubaidillah, untuk pak ustaz Ubaidillah saya persilahkan"

"Baik pak kyai Abdullah, assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh", pak ustaz Ubaidillah memberikan salam ke semua yang ada di masjid pesantren darussalam.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh", semua yang ada di masjid pesantren darussalam menjawab salam dari pak ustaz Ubaidillah.

"Semua sekali lagi saya ayah dari Fitroh meminta maaf pada Aisyah dan juga kepada kedua orang tua Aisyah kalau anak kami Muhammad Fitroh atau Fitroh menolak untuk di ta'aruf kan dengan Siti Aisyah atau Aisyah, biarkan anak kami atau Fitroh yang menjelaskan pada kita semua mengapa ananda Muhammad Fitroh menolak untuk di ta'aruf kan dengan Aisyah"

"Saya menolak karena satu saya ingin melanjutkan sekolah tinggi, kedua saya ingin kerja dulu sebelum saya menikah, dan satu lagi saya hanya menganggap Aisyah sebagai adik saya tidak lebih, jadi saya harap bapak, ibu, dan juga Aisyah mengerti, sekali lagi saya minta maaf, terimakasih assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh", Fitroh memberikan salam kepada semua uang ada di pesantren darussalam.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh", semua yang ada di masjid pesantren darussalam menjawab salam dari Fitroh.

Setelah mendengar langsung dari Fitroh, mengapa Fitroh menolak di ta'arufkan oleh Aisyah, orang tua dari Aisyah memakluminya, sedangkan Aisyah tidak, Aisyah malah berburuk sangka pada Titah calon istri dari Kamil, Aisyah juga menyangka bahwa Fitroh menolak dirinya bukan karena soal kuliah dan kerja tapi karena Fitroh mencintai calon istri dari adiknya padahal tidak, Fitroh benar-benar ingin melanjutkan pendidikannya dan bekerja untuk masa depannya.

Ketika Titah ingin kembali ke kamarnya, Aisyah melabraknya yang kebetulan juga Kamil mengikuti Titah dan Aisyah, Kamil yang melihat Titah dilabrak oleh Aisyah segera menghampiri mereka berdua, Aisyah dan Titah, Kamil membela Titah dan Kamil juga mengatakan bahwa Titah tidak kaitannya dengan Fitroh yang menolak untuk di ta'arufkan dengan Aisyah.

Masih di masjid pesantren darussalam..

"Oh kalau menang benar alasan nya seperti itu kami mengerti pak ustaz Ubaidillah dan pak kyai Abdullah, ya kan bu?", tanya ayah Aisyah pada ibu Aisyah.

"Iya pak, saya memakluminya", jawab ibu Aisyah.

"Alhamdulillah", pak kyai Abdullah dan pak ustaz Ubaidillah mengucapkan syukur.

"Aisyah yang sabar ya, mungkin Fitroh bukan jodohmu", pak kyai menghibur Aisyah.

"Iya pak kyai", kata Aisyah.

"Baik kalau begitu pertemuan ini saya tutup, terimakasih sudah dapat hadir di pesantren darussalam ini bapak dan ibu dari Aisyah, assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh", pak kyai Abdullah memberikan salam ke semua yang ada di masjid pesantren darussalam.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh", semua yang ada di masjid pesantren darussalam menjawab salam dari pak kyai Abdullah.

"Titah sayang..", Kamil masih terus berusaha untuk mendapatkan maaf dari Titah.

"Tau ah..", Titah masih marah saat di kejar oleh Kamil.

"Yah, Titah ku sayang masih ngambek, Titah sayang tunggu..", Kamil mengejar Titah.

"Ini pasti karena santriwati baru yang bernama Titah itu Hmm..", kata Aisyah dalam hati.

Di halaman depan masjid pesantren darussalam..

"Eh kamu..", Aisyah memanggil Titah penuh dengan kemarahan.

"Iya, emm maaf sebelumnya mbak, assalamu'alaikum", Titah memberikan salam pada Aisyah.

"Wa'alaikumussalam, gak usah sok polos ya kamu Titah..", Aisyah menjawab salam dari Titah yang penuh dengan kemarahan.

"Maksudnya mbak nya apa ya saya tidak mengerti?", tanya Titah.

"Alah.. Jangan pura-pura tidak mengerti kamu, hebat ya kamu sudah mencuri perhatian Fitroh, sangat hebat kamu ya Titah..", jawab Aisyah masih dengan penuh kemarahan.

"Aisyah, astaghfirullahalazim Titah di labrak oleh Aisyah..", Kamil melihat Titah di labrak oleh Aisyah.

"Mil..", Fitroh memanggil Kamil yang sedang melihat Titah di labrak oleh Aisyah.

"Jangan sekarang a, ini pasti salah paham, assalamu'alaikum", kata Kamil dan Kamil memberikan salam pada Titah dan Aisyah.

"Wa'alaikumussalam", Titah dan Aisyah menjawab salam dari Kamil.

"Ini ada apa teh, sayang?", tanya Kamil.

"Ini loh mil, Titah di kira yang membuat a Fitroh menolak mbak Aisyah", Titah menjelaskan pada Kamil dan Fitroh hanya menyimak pembicaraan Titah dan Kamil.

"Iya apa lagi kalau bukan namanya pelakor hah.., dia itu mencuri hatinya Fitroh, makannya Fitroh menolak di ta'arufkan oleh saya ya kan tah?", tanya Aisyah dengan penuh kemarahan dan menyindir-nyindir Titah di depan Kamil.

"Itu semua tidak benar, maaf sebelumnya assalamu'alaikum", Fitroh datang dan Fitroh memberikan salam pada Titah, Kamil, dan Aisyah.

"Wa'alaikumussalam", Aisyah, Titah, dan Kamil menjawab salam dari Fitroh.

"Kamu salah Aisyah, bukan Titah yang membuat saya menolak untuk di ta'arufkan tapi karena memang ini kemauan saya sendiri untuk tidak menikah buru-buru dan saya juga masih mau kuliah dan bekerja, satu lagi kamu itu cuma saya anggap adik saya tidak lebih, saya harap kamu mengerti, ini semua juga tidak ada sangkut pautnya dengan Titah, Titah sama seperti kamu Aisyah ", Fitroh menjelaskan semua ke salah pahaman pada Aisyah.

"Sama seperti saya?", tanya Aisyah.

"Iya sama seperti kamu, saya hanya menganggap Titah sebagai adik saya tidak lebih, Kamil juga kan mencintai Titah, begitu juga sebaliknya", jawab Fitroh dengan tegas.

"Jadi..", kata Aisyah yang menyesal telah melabrak dan memarahi Titah.

"Ya..", seru Fitroh.

"Teh Aisyah sudah salah paham pada Titah..", Kamil menjelaskannya pada Aisyah yang sudah salah paham pada Titah.

"Iya mil, tah..", Aisyah pun sadar apa yang dia lakukan pada Titah dan Aisyah meminta maaf pada Titah.

"Iya mbak..", Titah tau apa maksud Aisyah yang ingin meminta maaf.

"Mbak minta maaf ya karena sudah berburuk sangka padamu", Aisyah meminta maaf pada Titah.

"Iya mbak saya sudah memaafkan mbak Aisyah, sebelum mbak Aisyah meminta maaf kepadaku", Titah menjelaskannya pada Aisyah bahwa Titah sudah memaafkan Aisyah.

"Saya janji tidak akan mengulanginya lagi", Aisyah berjanji pada Titah di saksikan Kamil dan Fitroh.

"Iya mbak..", Titah memegang janji Aisyah di saksikan Kamil dan Fitroh.

Sementara itu Rivan berada di kantor pak kyai Abdullah tidak berani masuk untuk mencari nomer rumah Titah, dan akhirnya Rivan punya cara sendiri yaitu meminta nomer rumahnya langsung dari Titah, Kamil masih terus berusaha mendapatkan maaf dari Titah.

Di kantor pak kyai Abdullah..

"Assalamu'alaikum, yah kok pak kyai Abdullah gak ada sih, Emm.. Gimana nih masuk enggak ya, kalau masuk nanti.., ah.. Minta sama Titah saja deh sendiri", kata Rivan dalam hati yang pergi dari kantor pak kyai Abdullah.

Di kelas Titah..

"Astaghfirullahalazim kan pelajaran di kelas sudah selesai, duh dimana lagi si Titah, giliran di butuhkan enggak ada, giliran gak di butuhkan ada, sama kaya Kamil, kaya jailangkung nih lama-lama, eh.. Kok eh.. Sih.., alah sudah lah, cari tempat lain saja deh..", kata Rivan yang ngomong sendiri di depan kelas Titah.

Di taman pesantren darussalam..

"Titah..", Kamil memanggil Titah yang masih ngambek.

"Apa, kenapa kamu ngajak ketemu disini, mau apa?", tanya Titah yang masih kesal dengan Kamil.

"Kamu masih marah ya sayang pada saya?", tanya Kamil juga dengan manja.

"Tau ah..", Titah pergi meninggalkan Kamil.

"Titah..", Kamil menghalangi Titah meninggalkannya.

"Apa lagi sih mil?", tanya Titah lagi.

"Dengarkan ini dulu ya", jawab Kamil sambil memegang tangan Titah.

"Ha.. Ya sudah cepat.., pinta Titah.

"Aa Kamil mu sayang mau..", kata Kamil yang di potong pembicaraan oleh Titah.

"Mau apaan, cepat..", pinta Titah lagi.

"Aku ingin menyanyikan satu buah lagu untukmu", kata Kamil.

"Lagu apa, itu bidadari jatuh dari tembok pesantren?", tanya Titah lagi.

"Bukan", jawab Kamil lagi.

"Oh.., terus?", tanya Titah lagi.

"Makannya disini dulu ya dengarkan lagu ini", jawab Kamil lagi sambil memainkan gitar miliknya.

"Ya sudah..", Titah pun ingin mendengarkan lagu yang akan Kamil persembahkan untuknya.

Kamil pun bernyanyi untuk membuktikan dia tulus meminta maaf pada Titah, judul lagu yang di nyanyikan oleh Kamil adalah kekasih impian dari Natta Reza, melamarmu dari Badai romantic projects, dan lagu ciptaannya sendiri.

Lagu pertama yang di nyanyikan oleh Kamil, kekasih impian - Natta Reza.

"Aku 'tak pernah meminta

Sosok pendamping sempurna

Cukup dia yang selalu

Sabar menemani dalam kekuranganku

Namun Tuhan menghadirkan

Kamu wanita terhebat

Kuat 'tak pernah mengeluh

Bahagiaku selalu bersamamu

Andai ada keajaiban

Ingin 'ku ukirkan

Namamu diatas bintang-bintang angkasa

Agar semua tau

Kau berarti untukku

S'lama-lamanya kamu milikku

Kini telah 'ku buktikan

Kamu pendamping setia

Kuat 'tak pernah mengeluh

Bahagiaku s'lalu bersamamu

Andai ada keajaiban

Ingin 'ku ukirkan

Namamu diatas bintang-bintang angkasa

Agar semua tau

Kau berarti untukku

S'lama-lamanya kamu milikku

Namun 'ku sadari diriku

Takkan mampu selalu

Bahagiakan kamu

Tapi akan 'ku perjuangkan

Untukmu yang terhebat

Kekasih impian

Andai ada keajaiban (Andai ada keajaiban)

Ingin 'ku ukirkan

Namamu diatas bintang-bintang angkasa

Agar Semua tau

Kau berarti untukku

S'lama-lamanya

S'lama-lamanya kamu milikku", Kamil menyanyikan lagu pertamanya untuk Titah.

Masih di taman pesantren darussalam..

"Ha.. itu kan lagunya Natta Reza", kata Titah yang mengetahui lagu milik siapa yang di nyanyikan oleh Kamil.

"Titah.., ada dua lagu lagi untuk kamu", kata Kamil yang sedang menyiapkan lagu kedua dan ketiga untuk Titah.

"Ha.. dua lagu lagi, kenapa gak sekalian satu album saja mil, mil..", Titah kaget mendengar perkataan dari Kamil bahwa ada dua lagu lagi yang harus dia dengarkan.

"Ku mohon kamu mau ya mendengarnya", Kamil memohon pada Titah agar Titah mau mendengarkan dua lagi yang di persembahkan untuknya.

"Ya sudah cepat tapi..", Titah pun mau mendengarkan lagu yang akan di nyanyikan oleh Kamil dengan syarat.

"Oke, Emm tah..", Kamil pun kesenengan Titah masih mau duduk bersamanya dan mendengarkan lagu yang akan di nyanyikan olehnya walaupun dengan syarat.

"Apa lagi mil?", tanya Titah.

"Tapi apa?", tanya Kamil juga.

"Ya sudah buruan nyanyinya", jawab Titah.

"Oke..", Kamil kesenangan lagi walaupun Titah belum bilang syaratnya yang di ajukan olehnya untuk Kamil.

Lagu kedua yang di nyanyikan oleh Kamil, melamar mu - Badai romantic projects.

"Di ujung cerita ini

Di ujung kegelisahanmu

Kupandang tajam bola matamu

Cantik, dengarkanlah aku

Aku tak setampan Don Juan

Tak ada yang lebih dari cintaku

Tapi saat ini 'ku tak ragu

'Ku sungguh memintamu

Jadilah pasangan hidupku

Jadilah ibu dari anak-anakku

Membuka mata dan tertidur di sampingku

Aku tak main-main

Seperti lelaki yang lain

Satu yang kutahu

Kuingin melamarmu

Aku tak setampan Don Juan

Tak ada yang lebih dari cintaku

Tapi saat ini 'ku tak ragu

'Ku sungguh memintamu

Jadilah pasangan hidupku

Jadilah ibu dari anak-anakku

Membuka mata dan tertidur di sampingku

Aku tak main-main

Seperti lelaki yang lain

Satu yang kutahu

Kuingin melamarmu

Jadilah pasangan hidupku

Jadilah ibu dari anak-anakku

Membuka mata dan tertidur di sampingku (di sampingku)

Aku tak main-main (main-main)

Seperti lelaki yang lain

Satu yang kutahu

Oh, satu yang kumau

Kuingin melamarmu", Kamil menyanyikan lagu keduanya untuk Titah.

Masih di taman pesantren darussalam..

"Satu lagi ya sayang..", Kamil mengingatkan Titah bahwa ada satu lagu lagi yang akan di nyanyikan olehnya.

"Emm cepat..", kata Titah.

"Oke..", Kamil masih kesenangan karena Titah masih ingin duduk bersamanya.

Lagu ketiga yang di nyanyikan oleh Kamil, lagu ciptaannya - Kamil.

"Hari ini..

Hari pertama ku jumpa dengannya

Oh dia sungguh cantik

Cantik bagaikan bidadari

Kau bidadari jatuh dari tembok pesantren

tepat di pelukan ku eeaa..

Kau gadis ku yang sangat cantik

aku cinta padamu eeaa.. eeaa.. eeaa..

Dan kini ku mohon janganlah kau menolak ku

karena ku cinta padamu

Kau bidadari jatuh dari tembok pesantren

tepat di pelukan ku eeaa..

Kau gadis ku yang sangat cantik

aku cinta padamu eeaa.. eeaa.. eeaa..", Kamil menyanyikan lagu ketiganya untuk Titah.

Titah pun meminta Kamil untuk menyanyikan satu buah lagu untuknya dengan lagu yang berjudul cinta gila dari ungu dan gagal permintaannya itu belum sempat terucap karena Rivan datang marah-marah kepada Kamil, karena Kamil menendang kaleng yang mengenai kepala Rivan.

Masih di taman pesantren darussalam..

"Emm bener kan pasti ujung-ujungnya lagu itu yang di nyanyikan", kata Titah dalam hati.

"Sudah sayang, jadi gimana?", tanya Kamil.

"Gimana apanya?", tanya Titah juga.

"Ya gimana aku di maafin gak nih?", tanya Kamil lagi.

"Lik jo gimana kabarnya ya di Jakarta?", tanya Titah dalam hati tanpa menyimak Kamil yang berbicara dengannya.

"Tah, Titah ku sayang.., Iih kok diam saja sih..", kata Kamil dalam hati.

"Titah dan Kamil biasanya ada di sini nih, tapi dimana ya?", tanya Rivan sambil mencari-cari keberadaan Titah dan Kamil di taman pesantren darussalam.

"Iih.. gak enak tau di diamkan seperti ini, ih..", kata Kamil dalam hati sambil menendang kaleng yang berada dihadapannya dan mengenai Rivan.

"Haduh..", Rivan kesakitan karena kena tendangan dari kaleng yang di tendang oleh Kamil.

"Boleh minta lagu satu lagi gak?", tanya Titah.

"Haa.. Apa Titah ku sayang, kamu tadi minta apa?", tanya Kamil juga.

"Boleh minta lagu satu lagi gak mil?", tanya Titah lagi.

"Boleh..", jawab Kamil dengan kesenangan karena Titah mau berbicara dengannya.

"Apaan nih, Haa kaleng.. Emm dasar Kamil kalau pacaran gak lihat orang, semprul..", kata Rivan dengan kesal sambil memegang kaleng yang di tendang oleh Kamil mengenai kepalanya.

"Jadi gimana, boleh gak?", tanya Titah lagi.

"Boleh dong sayang hehe, mau lagu apa Titah ku sayang?", jawab Kamil dan Kamil bertanya lagi pada Titah.

"Emm tunggu sebentar..", Titah meminta Kamil menunggu.

"Mil..", Rivan memanggil Kamil sambil memegangi kepalanya dan juga kaleng yang di tendang Kamil mengenai kepalanya.

"Iya apaan?", tanya Kamil yang menunggu syarat atau permintaan dari Titah.

"Elu..", Rivan marah dengan Kamil sambil memegangi kepalanya dan juga kaleng yang di tendang Kamil mengenai kepalanya.

"Salamnya mana mas?", tanya Titah sambil mengingatkan Rivan yang lupa memberikan salam saat datang menemui Titah dan Kamil.

"Astaghfirullahalazim lupa maaf, iya deh saya ulang deh, assalamu'alaikum", Rivan memberikan salam pada Titah dan Kamil.

"Wa'alaikumussalam", Titah dan Kamil menjawab salam dari Rivan.

"Kenapa sih van, gak lihat apa orang lagi indehoy nganggu saja kamu ini?", tanya Kamil.

"Mil..", Titah memanggil Kamil yang akan menyebutkan permintaannya.

"Sabar sayangku", Kamil meminta Titah untuk sabar dahulu karena urusannya dengan Rivan belum selesai yang mengganggunya.

"Iih..", Titah ngambek lagi pada Kamil, saat Kamil memilih untuk meladeni Rivan yang tiba-tiba menghampiri Titah dan Kamil.

"Titah ku sayang, tuh kan Van ini semua gara-gara kamu, kamu kenapa sih van?", tanya Kamil lagi.

"Ini..", Rivan memperlihatkan kaleng yang di tendang Kamil.

"Waduh kena kamu ya van?", tanya Kamil lagi.

"Menurut panjenengan?"

(Menurut kamu?), tanya Rivan juga.

"Eh maaf, maaf ya gak sengaja saya, tadi kesal di cuekin sama Titah pas saya lagi ngomong sama dia..', Kamil menjelaskan nya pada Rivan.

"Emm iya, duh sekarang puyeng nih kepala saya, mil kok burung banyak banget ya di atas kepala saya", Rivan pun pingsan akibat kena tendangan kaleng Kamil.

"Ah masa sih van mana?, yah dia pingsan, Titah ku sayang.. duh.. pasti dia marah lagi deh nih Emm yakin banget ini, pasti dia marah lagi..duh.. Rivan..", Kamil kesal tidak dapat mengejar Titah karena Rivan pingsan dan harus membawa Rivan ke kamar.

"Tau ah..", Titah marah lagi pada Kamil saat Kamil tidak mendengarkannya dan malah memperdulikan Rivan.

"Titah ku sayang, Hadeh.. Elu ya van bikin susah teman lu dari kecil saja ah.. Titah ngambek lagi tuh kan aah.. Emm malah berat lagi di angkat, ini bocah kurus tapi berat, van, van elu makan apaan sih..", Kamil marah-marah sendiri saat membawa Rivan, temannya ke kamar.

Di kamar santriwan..

"Assalamu'alaikum", Kamil memberikan salam sebelum masuk ke dalam kamar.

"Wa'alaikumussalam, mil..", Fitroh menjawab salam dari Kamil.

"A tulung atuh, si Rivan beurat nih.."

(A tolong dong, si Rivan berat nih..), Kamil meminta tolong kepada kakaknya.

"Oh nya, duh.. ieu anak tuang na naon nya mil, beurat pisan?"

(Oh ya, duh.. Ini anak makannya apa ya mil, berat banget?), tanya Fitroh.

"Teu tau a, lamun teu salah eta Rivan tuang na sedikit deh nanging nyemil na anu loba"

(Tidak tau a, kalau tidak salah itu Rivan makannya sedikit deh tapi nyemilnya yang banyak), jawab Kamil sambil mengingat-ingat.

"Duh kira-kira Rivan dapat tidak ya nomer rumah ayahnya Titah?", Fitroh bertanya-tanya di dalam hati.

"A..", Kamil mencolek Fitroh yang sedang melamun.

"Muhun mil, aya naon?"

(Iya mil, ada apa?), tanya Fitroh.

"Titip Rivan nya"

(Titip Rivan ya), jawab Kamil.

"Oh nya, emang na anjeun hayang kamana?"

(Oh ya, memangnya kamu mau kemana?), tanya Fitroh lagi.

"Hayang mengejar bogoh Titah hehe.."

(Mau mengejar cinta Titah hehe..), jawab Kamil lagi sambil tertawa.

"Haa.. Mengejar cinta Titah, berarti mereka berdua masih marahan dong belum baikan, emm si Rivan kalau di kasih kerjaan gak pernah beres, saya harus kerjakan sendiri deh..", keluh Fitroh.

Di kantor pak kyai Abdullah lagi..

"Assalamu'alaikum.., abah gak ada ini saatnya beraksi, bismillah..", Fitroh masuk kedalam kantor pak kyai Abdullah untuk mencari nomer rumah ayahnya Titah.

Di kamar santriwan lagi..

"Emm.. Loh kok saya di kamar bukannya tadi saya di taman pesantren Darussalam bersama Kamil dan Titah, Astaghfirullahalazim tugas dari a Fitroh, Titah..", Rivan yang baru sadar dari pingsan pergi dari kamarnya dan langsung datang pada Titah untuk meminta nomer rumahnya.

Di kamar santriwati..

"Amit mbak Aisyah.."

(Permisi mbak Aisyah..)

"Nggih tah, eeh tah, tah.."

(Ya tah, eeh tah, tah..), Aisyah memanggil Titah.

"Nggih mbak, ono opo?"

(Ya mbak, ada apa?), tanya Titah.

"Kula arep ngomong sesuatu karo panjenengan, boleh?"

(Saya ingin bilang sesuatu dengan kamu, boleh?), tanya Aisyah juga.

"Inggih mesti wae boleh mbak, nangdi?"

(Iya tentu saja boleh mbak, dimana?), jawab Titah dan Titah bertanya lagi.

"Neng kono wae tah"

(Di sana saja tah), jawab Aisyah.

"Nggih sampun mangga"

(Ya sudah yuk), Titah mengajak Aisyah pergi untuk berbicara dengannya.

"Mangga.."

(Yuk..), Aisyah juga mengajak Titah pergi untuk berbicara dengannya.

"Mlebu wae lah boten ono sing delok niki, sepi hehe.."

(Masuk saja lah tidak ada yang melihat ini, sepi hehe..), kata Rivan.

"Eeh.. Rivan", teh Indri memergoki Rivan yang akan masuk ke kamar santriwati.

"Eh teh Indri hehe..", Rivan kepergok oleh teh Indri yang akan masuk ke kamar santriwati.

"Kamu ngapain di depan kamar santriwati?", tanya teh Indri.

"Aku, anu loh teh anu..", Rivan kebingungan mencari alasan pada teh Indri.

"Ona, anu, ona, anu.. Naon?"

(Ona, anu, ona, anu.. Apa?), tanya teh Indri lagi.

Di taman depan kamar santriwati..

"Kita berbicara neng merene wae nggih mbak?"

(Kita berbicara di sini saja ya mbak?), tanya Titah.

"Nggih sampun kita berbicara neng merene wae"

(Ya sudah kita berbicara di sini saja), jawab Aisyah.

"Apura mbak sadurunge kulo gelem bertanya, mbak Aisyah arep ngomong opo?"

(Maaf mbak sebelumnya saya mau bertanya, mbak Aisyah ingin berbicara apa?), tanya Titah lagi.

"Kulo gelem nyuwun apura karena mau sampun nesu-nesu karo panjenengan lan juga sampun salah paham karo panjenengan dik.."

(Saya mau minta maaf karena tadi sudah marah-marah dengan kamu dan juga sudah salah paham dengan kamu dik..), jawab Aisyah.

"Inggih mbak sampun kulo maafkan lan ojo neng bahas meneh"

(Iya mbak sudah saya maafkan dan jangan di bahas lagi), kata Titah yang sudah memaafkan Aisyah.

"Maturnuwun nggih dik, emm setunggal meneh..

(Terimakasih ya dik, emm satu lagi..), kata Aisyah juga dan mengucapkan terimakasih pada Titah.

"Opo kui mbak?"

(Apa itu mbak?), tanya Titah lagi.

"Boleh boten aku dadi kancane panjenengan?"

(Boleh tidak aku jadi teman mu?), tanya Aisyah juga.

"Mesti wae oleh mbak, kenopo boten oleh.."

(Tentu saja boleh mbak, kenapa tidak boleh..), Titah menjelaskannya pada Aisyah.

"Tenanan?"

(Beneran?), tanya Aisyah.