webnovel

Is Really Damn Husband!

Saat Alisya hendak melangkahkan kakinya pergi dari sana, tiba tiba ia merasakan ada lengan kekar yang melilit di pinggangnya. Membuat langkahnya berhenti saat itu juga, Alisya tetap diam tanpa menjawab sepatah kata apapun.

Sementara Raka memeluk Alisya dari belakang menumpukan dagunya di pundak Alisya, membenamkan wajahnya di ceruk lehernya. Aroma vanila yang menjadi ciri khas Alisya sangat candu baginya, itulah kenapa Raka sangat suka mengendus di ceruk leher sang istri.

"Maaf." Raka berbisik pelan tepat disamping telinga Alisya. Raka mendengus kesal karena tidak ada respon dari istrinya, ia melepaskan pelukannya lalu membalikkan tubuh Alisya agar menghadapnya. Menatap lekat kedua manik mata hazel Alisya.

Alisya lebih memilih memalingkan wajahnya, seperti enggan menatap ke arah suaminya. "Apaan sih Ka! Aku mau berangkat, nanti telat," rengek Alisya yang sudah merasa jengah dengan tingkah Raka, ia kali ini lelah dengan sikap Raka yang sering berubah ubah. Tadi marah marah, dan lihatlah sekarang? Sikapnya berubah 180°.

"Jangan nangis dong, jelek tau. Maaf ya," ucap Raka menangkup kedua pipi Alisya, mengusapnya dengan lembut seraya tersenyum tipis menatapnya.

Alisya membuang napasnya kasar, jika bukan suaminya sudah dipastikan Alisya akan menandangnya sekarang juga. Tadi yang membentak dirinya sampai hampir menangis siapa? Dan sekarang seenak jidatnya meminta maaf, hanya Raka yang bisa melakukan itu padanya.

Alisya yang sudah merasa jengah, menepis tangan Raka pelan. "Yang bikin nangis juga kan kamu!" cibir Alisya sambil membuang muka.

Bukannya menyesal, Raka justru terkekeh geli menanggapinya. Tangannya tergerak mengangkat dagu Alisya dengan jari telunjuknya, menatapnya dengan tatapan jahil. "Ohh ceritanya lagi ngambek nih? Hm?" goda Raka menaik turunkan alisnya.

"Bodo amat lah, aku mau berangkat."

Belum sempat Alisya melangkahkan kakinya keluar kamar, Raka sudah terlebih dulu menarik tangannya dengan kasar. Membuat Alisya menubruk dada bidang Raka, dan karena Raka kehilangan keseimbangan. Membuat keduanya terjatuh diatas ranjang, dengan posisi Raka dibawah dan Alisya diatas.

Raka masih tersenyum menatap Alisya yang sedang menggerutu kesal diatasnya, tangan kekarnya tetap melilit pinggangnya dengan erat.

Tanpa basa basi lagi, Raka menyumpal mulut Alisya dengan mulutnya. Yang awalnya hanya menempel, tapi sedetik kemudian menjadi lumatan penuh nafsu dari Raka.

Sementara Alisya hanya bisa pasrah, toh juga mereka sudah halal. Berusaha memberontak pun tidak ada gunannya, karena tangannya sudah terkunci oleh Raka. Tidak sampai disitu, Raka mulai turun ke leher jenjang milik Alisya. Bibirnya mulai menjamah tubuh Alisya dengan sensual.

"Ahhhmm, R-raka ini masih pagi! Kamu harus pergi ke kantor ahh." Desahan mulus terdengar dari mulut mungil Alisya, ia tidak bisa menahan suara laknat itu. Tubuhnya mulai terlena dengan sentuhan Raka.

Raka menulikan pendengarannya, tidak menanggapi perkataan Alisya sama sekali. Raka menghempaskan tubuh Alisya pelan di atas kasur, dirinya semakin dikuasai nafsu saat melihat dress Ara yang sedikit menyingkap memperlihatkan kaki jenjang miliknya.

"Raka stop! Aku harus pergi ke butik!" Alisya menangkup kedua pipi Raka, menyuruhnya agar berhenti melakukannya.

Raka mendengus kesal, bukannya menyingkir justru tangannya terulur mengambil benda pipih yang tidak jauh darinya. Dengan cepat dia mencari nomor seseorang, lalu menghubunginya.

"Halo! Urus butik untuk hari ini, istri saya tidak bisa kesana!"

Tuutt..

Setelah menghubungi pegawai butik Alisya, Raka melempar ponselnya ke sembarang arah. Memfokuskan pandangannya pada istrinya di bawah kukungannya, sementara Alisya memutar bola mata malas. Suaminya itu memang keras kepala dan suka seenaknya saja.

"Selesai kan? Biarkan aku melanjutkannya."

"Eh tunggu!"

Raka mendelik tajam, lagi lagi kegiatannya terhenti. "Ada apa lagi Alisya?" tanyanya yang sudah merasa jengah.

"Kamu kan harus ke kantor," jawab Alisya mengerjapkan matanya beberapa kali, tentu saja itu hanya alasan saja. Bukan tidak mau melayani suaminya, tetapi saat ini dirinya harus mengurus butik miliknya.

"Itu kan perusahaan milikku, jadi terserah aku mau ke kantor kapan saja," sahutnya dengan santai.

"Tapi--"

Tidak mau mendengar ocehan istrinya lagi, Raka segera melumat bibir Alisya. Tangannya tidak tinggal diam, sibuk menjamah semua anggota tubuh Alisya, satu persatu pakaian yang menempel di badan Alisya dilepaskan oleh Raka. Raka semakin dikuasai nafsu ketika melihat tubuh istrinya yang tak tertutupi sehelai benang pun.

Sementara Alisya hanya bisa pasrah dan memejamkan matanya, mengikuti alur permainan sang suami. Sesekali menahan suara laknat itu keluar dari mulutnya, saat Rala mulai menjamah kedua gundukan miliknya. Tidak lucu kan jika tetangga mendengarnya, sungguh gila. Dan setelah itu, you know lah. Raka meminta hak miliknya dipagi hari, yang seharusnya mereka pergi ke tempat kerja masing masing. Kini malah berakhir diatas ranjang

***

Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 11.00, tetapi seorang wanita cantik masih terlelap di atas ranjangnya dengan selimut tebal yang melilit tubuhnya. Siapa lagi jika bukan Alisya, badanya terasa sakit semua gara gara Raka.

Disatu sisi Raka baru saja masuk kedalam kamarnya, membawa sebuah nampan berisi nasi goreng serta susu untuk istrinya. Dia melangkah mendekat ke arah Alisya, membangunkannya dengan lembut.

"Sya! Bangun hey. Dasar kebo! Jam berapa ini," omelnya sambil terkekeh kecil, menggoyang goyangkan lengan Alisya agar cepat bangun.

Alisya mulai terusik dengan suara Raka, akhirnya membuka suaranya. Matanya mengerjap berkali kali guna menetralkan cahaya yang masuk, saat terbangun dari tidurnya yang pertama ia rasakan adalah dingin. Ia mengubah posisinya menjadi duduk bersender, tubuhnya masih terlilit selimut tebal.

"Pagi istriku, kebo banget sih," goda Raka mengambil tempat duduk disamping Alisya.

Alisya memutar bola mata malas, kebo dia bilang? Sungguh Alisya ingin menyumpal mulutnya sekarang juga. Tapi setelah melihat makanan yang Raka bawa, sepertinya Alisya akan memaafkannya untuk kali ini.

"Gara gara kamu tau nggak!" sewot Alisya memalingkan wajahnya.

"Iya iya maaf, kamu mandi dulu sana. Habis itu mandi," titah Raka membelai lembut pucuk kepala Alisya. Hal itulah yang membuat Alisya tidak ingin meninggalkan Raka, walaupun sifat buruknya lebih dominan dibanding sikap baiknya. Tetapi Alisya menerima Raka apa adanya.

Alisya mendengus kesal, padahal tadi pagi dia sudah mandi. Dan sekarang harus mandi lagi? Itulah hal yang paling tidak di sukai oleh Alisya, membuang buang air.

"Nanti aja deh, lima menit lagi."

"Udah sana Alisya, kamu nggak pakai baju sekarang. Nanti masuk angin, sana" titahnya sekali lagi, lebih tepatnya sebuah perintah.

Kening Alisya berkerut, ia tidak mengerti dengan maksud Raka. Apa dia akan marah lagi? Itulah yang ada di pikirannya. "Kan ada selimut," jawabnya santai sambil memainkan ponselnya.

"Alisya, kamu mau mandi sekarang atau aku yang mandiin hm?" tanya Raka menggoda sang istri, menaik turunkan alisnya.

Mata Alisya pun membola, oh tidak! Jika Raka yang memandikannya akan berakhir tidak baik untuknya. "Gak! Aku mandi sekarang!" teriaknya melempar ponselnya ke sembarang arah, lalu berlari kecil ke kamar mandi.

Kelakuan Alisya membuat Raka terkekeh menanggapinya. "Yakin nggak mau aku mandiin?" teriak Raka.

"Aku bukan mayat yang harus di mandiin!" balas Alisya sewot.