webnovel

Dasar Bucin!

"Biasa mainan aku, yaudah aku pergi dulu nggak apa apa kan? dia nungguin dari tadi. Aku udah minta Daniel jemput kamu, jadi kamu makan aja dulu sambil nunggi Daniel. Ok!" ucap Raka panjang lebar, mengecup singkat kening Alisya sebelum ia benar benar pergi dari sana.

Seketika senyuman Alisya luntur. "Sepenting itu ya," gumamnya tersenyum miris.

Setelah kepergian Raka, yang dilakukan Alisya hanya diam menatap kosong makanan yang ada didepannya. Seakan nafsu makannya sudah hilang bersamaan saat Raka pergi, seperti itulah kehidupannya setiap hari. Bagai roler coster, ada waktu dimana dia disanjung ke atas lalu dihempaskan kebawah. Dan semua itu hanya karena Raka, pria yang sangat ia cintai.

"Huftt.. Kapan sih Raka berubah, apa nunggu aku menghilang dulu?" Alisya bertanya tanya pada dirinya sendiri, tangannya sibuk mengaduk aduk makanannya tanpa berniat untuk memakannya. "Menyebalkan!" umpatnya memerosotkan tubuhnya kebawah.

Beberapa menit kemudian.

Seperti yang dibilang Raka tadi, Daniel benar benar menjemput Alisya. Hanya Daniel dan Farel yang Raka izinkan untuk dekat dekat dengan Alisya, bahkan Raka akan sangat marah jika Alisya berdekatan dengan pria lain. Sungguh egois bukan?.

Daniel baru menginjakkan kakinya didalam cafe tersebut, netranya menyapu seluruh penjuru ruangan untuk mencari Alisya. Beberapa saat kemudian akhirnya ia menemukan objek yang ia cari, pantas saja sembari tadi ia susah mencarinya. Sang empu sedang menelusupkan kepala di lipatan tangannya, bahkan makananya pun sepertinya sama sekali tak tersentuh.

Daniel melangkahkan kakinya menuju Alisya. "Sya!" panggilnya sambil menepuk pelan pundak Alisya. "Lo ngapain sih? Kayak orang gila aja, ini makanan juga kenapa masih utuh?" Daniel menghujani Alisya dengan beberapa pertanyaan, seraya menarik kursi dan memakan kentang goreng yang terbengkalai itu.

Alisya dengan malas mendongak menatap Daniel, menatapnya dengan tatapan horor. "Diem lo!" pekiknya kesal.

"Pasti gara gara Raka lagi kan? Lo sih kelewat bucin sama tu anak, rasain kan lo tiap hari makan hati!" Bukannya menghibur Alisya atau memberi saran, justru Daniel malah menghujatnya sambil memakan makanan yang ada meja.

Hal itu membuat Alisya merasa jengkel, ia mengerucutkan bibirnya kesal. Sepertinya hari ini semua orang berniat membuatnya kesal. "Apaan sih El, bukannya ngasih solusi atau ngehibur gue. Malah kayak gitu," gerutu Alisya.

"Kan gue udah pernah bilang, lo minta Raka buat nggak main main sama wanita lain. Lo ancem kek apa kek, biar nggak keterusan. Tu anak kalo dibiarin lama lama makin ngelunjak, Sya," tutur Daniel, mulutnya masih terpenuhi dengan makanan.

"Ck. Lo enak ngomong doang, gue takutnya Raka marah. Trus ntar malah ninggalin gue."

Daniel merotasikan kedua bola matanya, merasa jengah dengan drama pasutri itu. Bukannya tidak peduli dengan sahabatnya, namun sudah berkali kali Daniel mengingatkan Raka. Tetap saja Raka tidak pernah mendengarkannya.

"Kalo bucin mah susah lah," cibir Daniel tanpa dosa.

"Dih ngaca! Lo juga bucin sama Nata."

"Ya itu beda!" Daniel tetap mengelak dengan muka watados.

Alisya mencibikkan mulutnya kesal, Daniel memang sangat menyebalkan.

"Iya emang beda, lo sama Nata kan nggak sehati. Hati lo buat Nata, tapi hati Nata bukan buat lo," ejek Alisya menyunggingkan senyuman tipis.

Perkataan Alisya barusan benar benar menancap di ulu hati Daniel, seperti tertampar kenyataan yang memang susah sekali ia terima. Daniel mengumpat dengan segala umpatan dalam hatinya, merutuki istri sahabatnya yang memiliki mulut pedas.

"Sumpah lo, Sya! Itu mulut pedes amat ya. Dikasih makan apa sih sama Raka ha? Sakit hati dedek," ucap Daniel mendramatis, dengan muka sedih yang dilebih lebihkan.

Sementara Alisya tidak peduli dengan perkataan Daniel, memang sudah biasa mereka seperti itu. Terlebih saat Daniel memancing emosi Alisya.

"Di kasih makan balsem!" sarkas Alisya. "Udahlah nggak usah drama, ayok pulang!" ajak Alisya sambil merapihkan tas selempang dan barang barangnya.

"Lah ini kan belum abis, btw ini siapa yang bayar?" tanya Daniel masih diam ditempatnya.

Alisya menatap Daniel sekilas. "Ya lo lah Daniel Syahreza," jawabnya tersenyum mengejek, lalu beranjak pergi meninggalkan Daniel.

Daniel melongo di tempatnya, jika Alisya bukan istri Raka. Bisa dipastikan Daniel akan mencakar cakar wajahnya saat ini juga, tetapi dia masih sayang nyawa jika berhadapan dengan Raka. Karena sahabatnya itu tidak pandang bulu jika ada yang menyakiti istrinya, aneh memang.

"Nggak suami, nggak istri. Sama aja ngerepotin!" gerutu Daniel mendengus kesal.

Tidak mau buang waktu lagi, Daniel segera memanggil pelayan dan membayar semua tagihannya. Setelah itu baru ia menyusul Alisya keluar dari cafe.

***

Di lain tempat, Raka benar benar bertemu dengan seorang wanita di sebuah mall besar di kota. Dengan gaya angkuh dan dinginnnya, ia berjalan menuju tempat yang ia janjikan. Hanya dengan parasnya yang tampan bak dewa yunani, serta penampilannya yang rupawan. Membuat Raka menjadi idaman para wanita, semua wanita yang menjadi mainannya itu mereka sendiri yang mendatangi Raka. Bukan Raka yang mengejar mereka.

"Sorry telat," ucapnya dengan raut muka datar andalannya. Perlu di ingat, Raka hanya menunjukkan sisi lainnya hanya pada orang orang terdekatnya.

Wanita berpakaian terbuka dengan body seperti gitar spanyol itu bangkit dari tempat duduknya. "Ngggak apa apa kok, aku juga baru sampai," ucapnya berbasa basi, sambil cepika cepiki dengan Raka.

Sementara Raka? Hanya tersenyum tipis menanggapinya.

"Mau jalan jalan sekarang?" tanya Raka menaikkan alisnya sebelah, tangannya terulur didepan sang wanita yang memiliki nama Siska.

Dengan senang hati Siska menerima uluran tangan Raka. "Sure, ayo!" jawabnya dengan antusias.

Keduanya berkeliling mall dengan saling bergandengan tangan, walaupun raut muka Raka flat seperti tembok. Namun itu menjadi kesenangan tersendiri untuk para wanita yang berhasil mendekatinya.

"Sayang, kita ke sana yuk!" ajak Angel.

Tanpa berfikir lagi, Raka menganggukkan kepalanya. "Anything for you, baby." Raka berbicara sambil mengacak rambut Angel dengan senyuman tipis andalannya. Yang mampu membuat kaum hawa terpesona dengannya.

Hanya dengan satu bait kata itu, Raka berhasil membuat Siska melayang sampai keluar angkasa. Rasanya banyak kupu kupu berterbangan disekitarnya, wajahnya mendadak panas dengan semburat merah merona mendominasi pipinya.

"Thanks, honey." Siskal tersenyum lebar, memeluk Raka sejenak lalu kembali mengaitkan tangannya pada lengan kekar Raka. Sepertinya hari itu adalah hari kebahagiaan untuk Angel. Tidak tau saja dia, bahwa sudah berpuluh puluh wanita yang di perlakukan seperti itu oleh Raka. Kecuali Alisya.

"Your welcome," sahut Raka.

Keduanya kembali mengelilingi mall dengan bergandengan mesra, mungkin semua orang yang melihatnya akan berfikiran jika mereka adalah pasangan yang di takdirkan tuhan untuk bersama. Namun terkadang penglihatan mata tidak sesuai fakta yang ada, karena faktanya hati Raka hanya untuk Alisya.