webnovel

Chapter 2

(Apakah kau ingat?...)

(Pada kartu kontrak yang telah kamu terima dan verifikasi, tertulis seperti ini)

(Aku akan bertanggung jawab atas semua tindakan dan pilihan yang aku ambil, tidak peduli konsekuensi apa yang akan terjadi...).

Part 1

Makoto yuki hanya duduk diam di sebuah sofa dalam sebuah ruangan dengan cahaya biru velvet dan lantai yang mengambil desain hitam dan putih seperti papan catur.

Ruangan velvet itu kemudian perlahan memiliki retak tepat di bawah sepatu nya.

Retakan itu semakin membesar dan merusak ruangan velvet di mana makoto berada.

Seperti kaca yang pecah ruangan velvet itu pun hancur seperti cermin dan di gantikan dengan dunia serba hitam.

Yang tersisa dari ruangan velvet yang hancur hanyalah makoto yang duduk di sofa antik dan mahal.

Meski dunia itu serba hitam dan gelap. Tapi makoto bisa melihat dirinya dengan jelas tanpa kesulitan kekurangan cahaya.

Makoto mengamati tangannya dan sofa tidak di telan oleh kegelapan, hanya bisa menerima hal tersebut begitu saja.

Seperti sebuah lukisan dengan kanvas yang di penuhi warna hitam, tapi di atas warna hitam tersebut ada warna lainnya yang tidak bercampur dengan warna hitam.

Berpikir terlalu banyak hanya akan membuat nya sakit kepala.

*Tap* *Tap* *Tap*

Suara bunyi dari langkah seseorang dapat terdengar.

Makoto pun memfokuskan dirinya untuk melihat ke depan dan dia melihat seseorang berdiri di depannya.

Dia melihat...

Seseorang dengan tubuh yang tidak terlalu tinggi... Itu adalah seorang anak kecil.

Tanda tanya memenuhi makoto yuki, tapi dia tetap tenang... Atau lebih tepat nya 'Raka' yang menjadi makoto yuki, berusaha untuk tenang.

Perasaan tidak nyaman dan mual mulai menyelimuti pada diri makoto, ini perasaan yang sama ketika dia bersama yuna atau ketika akihiko kayaba muncul di depan para player.

Makoto (raka) memaksa dirinya untuk tidak menunjukan sedikit pun tanda 'panik' di hadapan anak kecil di hadapan nya.

Dia pun menarik semua kehendak dari karakter makoto yuki sebagai kekuatan nya.

Saat ini bagi nya entah dia raka atau makoto... Dia sudah tidak peduli lagi.

"Halo kakak, akhirnya kita bisa bertemu".

Anak kecil tersebut menyapa nya dengan ramah, nada nya penuh ceria dan menunjukan kesan bocah pada tingkahnya.

Tapi sesuatu pada diri makoto yuki... Sesuatu yang sangat dalam pada jiwa nya.

Sebuah suara yang sangat banyak tapi tidak bisa mencapai nya...

Terus meledak-ledak untuk memperingati dirinya untuk berhati-hati dan terus waspada.

Makoto yuki memejamkan matanya lalu merasakan peringatan di dalam jiwanya dan kembali fokus ke anak kecil di depannya.

"Jadi... Kau ini siapa?"

"Eeeh~ kakak tidak kenal aku? Jahat sekali... Padahal aku dan kakak sebenarnya sangat dekat" Ucap nya dengan nada usil.

Jika harus di deskripsikan penampilan anak kecil di depannya.

Itu adalah sosok bocah laki-laki dengan penampilan umur sekitar 7-8 tahun.

Bocah itu berpenampilan rapi, dia menggunakan pakaian kemeja putih dengan dasi kupu-kupu berwarna hitam kerah bajunya.

Menggunakan suspender dengan celana hitam pendek hampir menutup lutut.

Sepatu yang dia gunakan adalah sepatu hitam pantofel dengan kaos kaki putih.

Anak itu juga menggunakan sebuah topeng putih polos yang menutupi seluruh wajah nya, topeng yang digunakan benar-benar di buat sangat bagus.

Aneh nya tidak ada rongga atau lubang untuk membantu seseorang melihat ketika menggunakan topeng tersebut.

Sebuah definisi dari topeng tanpa wajah.

Rambutnya berwarna putih pendek dan di sisir kesamping dengan rapi.

Dan anak kecil di hadapannya membawa buku tebal yang terlihat mencolok di tangan kirinya.

"Halo~...oi~ awak kapal memanggil kapten~" Ucap nya memanggil makoto yuki dengan mengibas tangan kecil nya tepat di depan wajahnya.

Makoto menepis tangan tersebut dengan ringan.

"Kamu tidak menjawab pertanyaan ku" Ucap makoto yang kembali fokus.

"*Menghela nafas*~ baiklah...kurasa ini tidak bisa di hindari, kalau begitu mari kita mulai dengan perkenalan" Ucapnya

"Makoto yuki" Ucap makoto (raka) tanpa banyak kata.

"Pendek sekali, kenapa bersikap dingin seperti itu? Apa aku melakukan sesuatu yang membuat kakak membenciku?"

"...." Makoto

"Baik-baik berhenti melihat ku dengan mata seperti itu, hmm...biar kupikirkan Ah! Baiklah kakak bisa panggil aku 'Nox'"

Alis makoto terangkat sedikit entah itu nama asli atau di buat-buat... Tapi sepertinya nama apa saja dapat bekerja.

Anak kecil itu hanya diam memperhatikan makoto, tapi di balik topeng itu...

Makoto tau bahwa Nox sedang tersenyum.

Part 2

"Yuna mari bicara" Ucap makoto

"..." Yuna hanya diam

Makoto terus menunggu dengan sabar, dia duduk merilekskan tubuhnya di atas kasur.

Harus dia akui bahwa ini adalah hari yang melelahkan untuknya.

Mereka berdua pun terus duduk dalam diam tanpa saling berkata apa-apa.

Suasana ruangan dimana mereka berada, telah di telan oleh kesunyian.

Yuna akhirnya menunjukan sedikit gerakan dan kembali mengambil perhatian makoto.

"Nyx kun..." Yuna perlahan melihat ke arah makoto tapi masih dalam posisi memeluk kakinya.

"Pa-...ayah tidak ada...maaf kan aku" ucap yuna dengan suara lemah

"Kenapa kamu meminta maaf ?" Tanya makoto

"..." Yuna

Makoto yang melihat yuna dalam keadaan tidak bisa di ajak berbicara, memutuskan untuk beristirahat dan mengakhiri percakapan.

"Tidur dan beristirahat lah, kita bisa melanjutkan percakapan di pagi hari" Ucap makoto

Yuna yang menunduk memeluk kakinya hanya bisa mengangguk.

Makoto lalu berdiri, dan berencana menyewa kamar lain.

Melihat yuna yang tidur di ruangan saat ini, sudah jelas bahwa tidur di kamar ini bukan menjadi opsi lagi baginya.

Tapi ketika dia berdiri, yuna meraih lengan bajunya.

"Te- tetaplah disini..." Ucap yuna

"Tidak seperti aku akan melakukan hal aneh... tapi kamu yakin?" Tanya makoto

"Kumohon..." Yuna dengan lemah memohon.

Makoto hanya mengangkat bahu menerima tawaran yuna, dia melepas jas dan pita yang mengikat kerah bajunya.

Tidak ada hal kotor, mereka berdua hanya tidur saling bersebelahan.

Yuna dengan cepat tertidur, dia memeluk lengan makoto seolah itu adalah garis hidup nya.

Walau yuna sudah tertidur, tapi makoto bisa melihat tubuh yuna gemetar dan wajahnya seperti akan menangis.

Makoto *Menghela nafas ringan*, lalu dia berbalik dan memeluk yuna.

Orang lain yang melihat akan menganggap mereka berdua adalah pasangan manis dan terlihat mesra.

Tapi bagi makoto dia tidak lebih seperti orang tua yang menenangkan gadis kecil yang sedang ketakutan.

Tubuh yuna perlahan tidak gemetar lagi dan ekspresi wajah nya terlihat membaik.

Makoto mengamati keadaan yuna yang membaik, kemudian juga ikut merasa tenang.

Sekali lagi makoto *Menghela nafas ringan*

"Sebenarnya apa yang kulakukan..." Ucap makoto dengan suara kecil

Makoto memejamkan matanya mencoba untuk tidur, perlahan kesadarannya pun tenggelam.

Dan akhirnya dia pun tertidur sambil memeluk yuna.

***

Persona 3 ost : brand new days - the beginning -

Itu adalah ingatan yang kabur dan tidak jelas.

Apa yang dia lihat, terlihat seperti adegan tv yang rusak dan buram.

Tapi kemudian penglihatannya terlihat jelas, dia bisa melihatnya dengan jelas.

Sebuah ingatan yang dekat tapi juga jauh.

Dirinya enggan untuk melupakan ingatan ini.

Ini adalah mimpi dari serpihan ingatan yang dia miliki, ingatannya pada salah satu orang yang dia sayangi dan dia anggap berharga.

Salah satu dari sekian banyak apa yang dia anggap istimewa dan alasan mengapa dia bertempur sampai akhir.

Ini bukan ingatan raka, juga bukan ingatan makoto yuki sebagai karakter fiksi.

Tapi ini adalah ingatan makoto yuki sebagai individual yang benar-benar ada dan menjalani hidup.

Banyak kelopak bunga sakura beterbangan, dan angin dari baling-baling kincir angin yang terus meniup setiap kelopak bunga sakura dengan indahnya di udara.

Di atas atap sekolah, dia melihat pria berambut biru gelap terbaring di atas pangkuan seorang wanita yang sangat cantik dengan rambut blonde pendek.

Penampilan wanita itu sangat cantik, bahkan jika mengatakan dia adalah boneka tidak lah terasa salah.

Tapi walau terlihat seperti boneka...

Ekspresi yang wanita itu miliki saat ini sangatlah lembut dan manusiawi.

Wanita itu membelai rambut pria yang tidur di pangkuannya dengan perlahan dan hati-hati.

Pria berambut biru yang terbaring di pangkuan wanita itu juga mempunyai ekspresi damai, seolah tidak mempunyai beban dan telah menemukan kedamaiannya.

Ost End

Part 3

Yuna merasakan sedikit panas di wajahnya karena cahaya yang masuk melalui jendela.

Dia membuka mata perlahan sambil mengusap matanya.

Yuna pun tersadar dari tidurnya dan melihat ke arah atap.

("Mimpi") yuna pikir

Tapi atap ruangan itu sangat asing baginya. Itu benar-benar tidak sama dengan atap kamar dimana dia biasa tidur.

("Bukan...") Yuna merasa kecewa di hajar oleh realitas.

"Sudah bangun?"

Yuna menoleh, perhatiannya pergi mencari siapa yang bertanya.

"Nyx kun..." Ucap yuna bangkit dari tidurnya dan mengambil posisi duduk di atas kasur.

Makoto masuk ke ruangan dan menutup pintu kamar penginapan.

Makoto berjalan mendekat lalu duduk di atas kasur yang sama dengan yuna, sambil menaruh beberapa bungkusan berisi roti dan 4 botol berisi air di atas kasur.

"Kamu habis keluar?" Tanya yuna

Makoto hanya balas mengangguk memberi jawaban, dan membuka bungkusan yang dia letakan di kasur.

"Tidak banyak yang bisa kudapatkan, tapi ya... Kurasa sementara ini sudah cukup" ucap makoto

"Selamat makan" Dia lalu menguyah roti di tangannya.

Yuna lalu melihat bungkusan-bungkusan roti yang menurutnya cukup banyak di atas kasur.

("Darimana nya yang tidak banyak ?") Yuna merasa bingung

Bahkan bagi yuna sendiri merasa ragu untuk bisa menghabiskan satu roti yang ukurannya cukup besar.

"Hmm... Sudah kuduga rasanya hambar dan datar, tapi masih ada rasa gandum dengan aromanya jadi ini masih bisa untuk di makan" makoto terus mengunyah tanpa peduli

"Kamu tidak makan?" Makoto bertanya pada yuna.

"Ah! ... K-Kalau begitu a-aku ambil satu" yuna sedikit ragu tapi memutuskan mengambil satu lalu membuka bungkus roti.

Makoto balas mengangguk dan ikut membuka bungkus roti lainnya lalu dia melanjutkan mengunyah roti.

"Se-selamat makan" Ucap yuna kemudian mengunyah roti di tangannya.

("Nyx tidak berbohong, ini benar-benar hambar dan lebih tawar dari roti yang biasa aku makan") pikir yuna

Tidak hanya hambar, roti yang dimakan yuna mempunyai tekstur sedikit keras dan remah rotinya terasa berpasir di mulut.

Yuna memperhatikan makoto yang makan dengan lahab. Yuna melihat makoto sudah berada pada bungkus roti yang ke lima.

"Sudah kuduga kita harus melakukan sesuatu" Ucap makoto dengan serius

Ucapan makoto itu mengambil perhatian yuna.

"Roti ini maksudku, kita harus melakukan sesuatu dengan rasanya yang buruk" ucap makoto berkata pada yuna

"..." Yuna

"Aku sudah berkeliling di kota tapi tidak ada satupun solusi mengatasi rasanya, mungkin aku harus melakukan quest yang menyediakan reward mengatasi rasa roti ini" Ucap makoto

"Reward..." Yuna berhenti mengunyah roti.

"Jadi ini benar-benar terjadi, ini bukan mimpi...?" Ucap yuna yang ekspresinya menggelap

Makoto menghabis kan rotinya kemudian meminum air pada botol sambil mendengar kan ucapan yuna.

"H-hey N-nyx kun...aku...ini benar-benar terjadi kan, kita terjebak disini" Yuna murung

"Hm? Ya, kurasa bisa dibilang seperti itu" Ucap makoto

"Begitu ya..." Ucap yuna

Makoto melihat yuna menunduk murung depresi.

Makoto sendiri bisa memahami kenapa menjadi murung seperti ini, tapi...

("Sebegitu percaya nya kah dia dengan ayahnya, sampai-sampai jika tidak di selamatkan hanya dalam beberapa jam, maka dia berpikir tidak akan ada yang bisa di lakukan?") Pikir makoto

"Kamu baik-baik saja" tanya makoto

"Tidak, kurasa aku tidak..." Yuna menggelengkan kepala

"Jika soal perasaan dan tekad maka tidak ada yang bisa kulakukan. Hanya kamu sendiri yang bisa mengatasi hal itu" ucap makoto

Yuna melihat ke arah makoto.

"Nyx kun... Kamu tidak takut? Kenapa kamu biasa-biasa saja?" Ucap yuna

"Takut?...Menurutmu bagaimana?" Ucap makoto balik bertanya dengan wajah stoic nya.

Yuna kembali menunduk, matanya melihat ke bawah.

"Apakah jika melihat ku panik dan meringkuk ketakutan bisa mengatasi depresi mu" tanya makoto

Yuna menggelengkan kepala nya seolah berkata tidak. Lalu yuna merasakan kepalanya di tepuk ringan.

Yuna mengangkat wajahnya dan melihat siapa yang menepuk kepalanya, itu adalah makoto.

"Hey jangan murung terus" Ucap makoto

Yuna bisa merasakan kepalanya di elus oleh tangan makoto dengan lembut, dan entah mengapa yuna tidak merasa keberatan.

Wajah yuna memerah dan bisa merasakan perasaannya menjadi tenang.

"Dengarkan aku, aku akan membayar penginapan untuk beberapa malam, kamu bisa tetap disini dan aku perlu keluar untuk mencari uang" Ucap makoto kemudian berdiri

"!!!" Yuna langsung memeluk tangan makoto

"Tidak jangan pergi! Kamu serius akan mati, tidak kamu akan benar-benar mati! Kumohon jangan pergi, itu terlalu bahaya!" Yuna mencengkram tangan makoto

"Jadi menurutmu aku harus melakukan apa?" Tanya makoto menatap yuna yang memeluk tangannya

"A-aku tidak tau...tapi keluar benar-benar berbahaya, lebih baik diam disini sejenak mungkin bantuan akan tiba" ucap yuna

Makoto hanya bisa menghela nafas

"Yuna... Dengarkan aku, entah bantuan datang atau tidak aku sendiri tidak tau. Tapi, sejak kapan 'diam' dapat menyelesaikan masalah" Ucap makoto dengan sabar

"..." Yuna kemudian menanamkan wajahnya saat memeluk makoto.

"Tidak jangan pergi...jangan pergi..." Yuna dengan suara lemah seolah akan menangis.

Makoto melihat yuna bertingkah seperti anak kecil yang takut ditinggal oleh orang tuanya.

("Sebagai masyarakat yang hidup di era yang sangat maju, dimana hidup dan keselamatan mu lebih terjamin... Aku bisa mengerti bahwa menghadapi situasi hidup dan mati bukan perkara mudah bagi nya") Pikir makoto

Makoto kemudian memeluk yuna untuk menenangkannya.

"Yuna... Dunia ini mungkin hanya game, tapi kayaba men desain dunia ini dengan dasar kemampuan survival para player" Ucap makoto sambil membelai punggungnya.

"Kita bisa merasakan lapar di dunia ini, dan tidak hanya itu... Panas dan dingin, bau dan sensasi sentuhan, indra kita berfungsi di sini" ucap makoto

"Yah maksudku terima kasih pada kayaba, intinya kita di paksa untuk memainkan peran di game ini" Ucap makoto

"Memang benar bahkan jika tidak makan sekalipun atau terkena serangan itu tidak akan mempengaruhi tubuh player di dunia nyata" makoto mencoba memilih kata-katanya

"Tapi kamu akan merasakan kelelahan mental dan perlahan tersiksa" makoto

"Diam dan tidak melakukan apapun bukan cara dunia ini bekerja" Ucap makoto

"Dengar, aku akan baik-baik saja dan akan segera kembali. Tapi meski aku mengatakan 'diam' bukan cara dunia ini bekerja, bukan berarti aku memaksa mu untuk bertarung di luar" Ucap makoto

"Ambil waktu yang kamu perlukan dan kumpulkan tekadmu untuk hidup mengerti" Makoto kemudian melepas pelukannya, dan yuna menunduk dengan mata kosong seolah menyerah.

"Kenapa kamu..." ucap yuna yang ingin mengatakan sesuatu kepada makoto tapi dia tidak bisa mengatakannya.

Makoto menunggu yuna untuk menyelesaikan ucapan nya, tapi yuna hanya diam.

"Baiklah aku akan pergi" Makoto kemudian membuka pintu dan keluar dari kamar.

Yuna mencoba untuk mengikuti makoto tapi dia berhenti karena tidak berani untuk keluar dari kamar.

Makoto yang keluar dan mencoba menutup pintu kemudian seolah tiba-tiba teringat sesuatu.

"Ngomong-ngomong kamu bisa bermain flute?" Tanya makoto

"Eh? A-aku bisa... Waktu di sekolah dasar aku sering memainkan flute, bahkan sampai sekarang walau jarang" Ucap yuna.

Makoto kemudian mengeluar kan flute yang terbuat dari bambu dari inventory miliknya.

"Ini, aku yakin kamu akan bosan jika hanya diam saja" makoto kemudian memberikan flute miliknya kepada yuna.

"Dari mana kamu mendapatkannya?" Tanya yuna.

"Item drop" ucap makoto

"Item drop?" Yuna mengamati flute di tangannya

"Sebelum aku pergi... Aku ingin tanya sesuatu" Makoto

Yuna melihat ke arah makoto lalu mengangguk.

"Tentang ayahmu... Apa dia professor shigemura tetsuhiro dari institusi toto teknologi ?"

"Hm? Benar... Kenapa kamu bisa tau?" Yuna bertanya kembali

"Itu karena kamu bercerita ayahmu bekerja di institusi toto teknologi dan kepala pengembang di kamura" Ucap makoto

"Benar, ayahku bernama shigemura tetsuhiro dan namaku adalah shigemura yuuna. Nyx kun... apa kamu mengenal ayahku" Tanya yuna dengan antusias

"Tidak, aku bertanya karena murni rasa ingin tau" Ucap makoto

"Begitu ya" Yuna entah kenapa sedikit kecewa

("... Ini kejutan, dari sekian banyak player... Ordinal scale...") makoto memejamkan matanya berpikir

"Nyx kun" yuna memanggil

"Hm? Oh iya aku akan pergi sekarang...jaga diri mu baik-baik" Makoto sedikit tersenyum ke yuna

"Nyx kun sendiri tolong untuk berhati-hati" Yuna terlihat khawatir

Sebelum menutup pintu makoto melihat ke arah yuna sekali lagi, kemudian makoto hanya mengangguk dengan wajah tanpa ekspresi ke arah yuna lalu menutup pintu.

Yuna bisa mendengar suara langkah kaki makoto menjauh.

Yuna menyandarkan kepala nya ke pintu kamar, dengan memeluk flute yang di berikan makoto padanya.

Dia lalu berdo'a untuk keselamatan pria berambut biru yang telah pergi.

Part 4

Makoto berjalan menelusuri kota, dia bisa merasakan tatapan dari player lain tanpa  harus melihat balik.

Entah tatapan itu karena sekedar rasa ingin tau atau curiga terhadap makoto, tapi yang jelas makoto memang merasa tidak nyaman... Dan pada akhirnya makoto hanya memilih untuk tidak peduli.

Penampilan makoto sendiri memang sangat mencolok dan terlihat alien untuk kastil aincrad, dimana dunia ini di buat berdasarkan dunia fantasy klise dengan pedang sebagai tema utama.

("Jika ada sihir itu akan menjadi lengkap") pikir makoto

Di kiri dan kanan makoto bisa melihat beberapa player dalam keadaan depresi dan hanya duduk sendirian dengan kepala menunduk.

Itu mengingatkan nya dengan yuna, sejujurnya dia berpikir tidak menyangka bisa terlibat dengan karakter penting seperti yuna.

Dari jumlah sepuluh ribu player (walau sekarang sudah berkurang), rasanya terasa aneh untuk di sebut kebetulan.

Makoto sudah membuat dan memikirkan banyak teori tentang situasinya... Tapi, dia memutuskan untuk tidak terlalu berpikir terlalu keras.

"Hei kepala biru!" Sebuah suara memanggil nya

"...?" Makoto berhenti berjalan dan melihat ke arah suara yang memanggilnya

"Ah benar-benar aneh... Apa kau serius seorang player? Kau yakin bukan npc?" Makoto bisa melihat player pria yang sepertinya sekitar berusia 20 tahun berbicara padanya.

"Benar bukan! Lihat aku tidak berbohong? Pria berambut biru yang menggunakan pakaian yang tidak sesuai dengan game benar-benar ada" Ucap salah satu player yang datang berkelompok.

Tanpa di duga makoto saat ini di kelilingi player dengan kelompok 7 orang. Keadaan makoto saat ini kemudian mulai mengambil perhatian player lain yang ada di sekitar kota.

Player-player lain mulai berdatangan untuk melihat dan menonton, seolah menunggu pertunjukan yang akan terjadi.

"?!" Makoto

Kemudian leher makoto di rangkul dengan satu tangan oleh player yang ada di belakangnya.

"Hei npc beri aku quest?" Ucap Player yang merangkul makoto dengan wajah mengintimidasi.

"H-hei 'rivane' j-jangan berlebihan... Kau tidak takut jika kita membuat masalah dengan orang yang salah?" Ucap salah satu player sedikit ragu.

6 player yang mengelilingi makoto hanya tertawa.

Makoto tidak tau pasti apa yang terjadi, tapi sepertinya player bernama rivane adalah pemimpin kelompok yang mengelilinginya.

Dan saat ini rivane sedang mencari masalah dengannya...

"Kenapa kau bertingkah seperti pecundang tenya? Kita ada 7... Dia mana mungkin berani, lihat tidak apa-apa kan?" rivane sambil menepuk kepala makoto berulang kali.

Makoto hanya diam dan menunduk...

"Tapi melihat cursor di atas kepalanya bisa di pastikan dia seorang player..." Ucap player yang berada di kelompok yang sama dengan rivane.

"Sungguh? Tapi lihat kualitas set pakaian nya benar-benar bagus dan terlihat mahal... Dari mana dia mendapatkan ini?" Ucap rivane

"Lepaskan..." Makoto

"Hmm? Kau bilang sesua-" rivane

*Dug!*

Makoto meraih tangan rivane dan membantingnya ke depan, suara keras saat rivane di banting ke lantai oleh makoto bisa terdengar.

Jika bukan game, rivane pasti akan berakhir dalam keadaan fatal.

Seketika karena tindakan makoto, player yang mengelilinginya langsung waspada dan mundur tanpa sadar.

Player lain yang menonton dan melihat dari jauh juga tidak menyangka dan terdiam, menyebab kan mereka berbicara satu sama lain.

"A-apa?" Player dalam kelompok rivane masih tidak bergerak karena masih terkejut dari tindakan makoto yang tiba-tiba.

Makoto yang membanting rivane, masih tidak melepaskan genggamannya yang memegang tangan rivane.

Dia kemudian mengangkat kaki kanannya lalu menginjak tepat di wajah rivane dengan keras.

*Buk* *buk* *buk*

Makoto terus menginjak berulang kali tanpa ragu sedikitpun...

Secara bersamaan tulisan {Invisible object} terus muncul disaat makoto terus menginjak rivane.

Tentu saja itu membuat orang-orang yang melihat tindakan makoto merasa ngeri.

"O-oi berhenti...aku bilang berhenti brengsek" salah satu player dari kelompok rivane mencoba menyerang makoto.

Tapi makoto kemudian menendang rivane menyebabkan rivane berguling dan menghalangi langkah temannya saat mencoba menyerang makoto.

Kaki player tersebut pun tersandung oleh rivane, lalu akhirnya player itu jatuh ke lantai.

Makoto tanpa banyak berpikir langsung menendang wajah player tersebut seperti menendang bola.

Player itu terpental lalu berakhir menindih tubuh rivane.

Rivane terbaring di lantai seperti kesakitan dan memegang wajahnya.

"Kamu tidak merasakan rasa sakit... Jadi berhentilah seolah itu terasa sakit" Ucap makoto dengan wajah stoicnya.

Rivane kemudian membuka tangannya yang menutup wajahnya, dan dia sadar tidak merasakan sakit.

Rivane lalu melihat makoto dengan sedikit shock.

"A-apa... Apa-apaan yang tadi itu... BRENGSEK!!! KAU AKAN MEMBAYARNYA" rivane bangkit berteriak dan mencoba menyerang balik, tapi kemudian langkahnya tiba-tiba berhenti.

Rivane terdiam ketika dia melihat mata makoto.

Bagi rivane, pria berambut biru di depannya terlihat biasa saja. Tapi seolah ia tiba-tiba di paksa untuk berhenti.

Di bawah alam sadar rivane seolah berkata ("menyerang balik hanya akan berakhir buruk untuknya").

Teman-teman rivane yang waspada dan takut hanya bingung melihat rivane tiba-tiba 'diam' di tempat.

"Pilihan bagus"makoto melihat ke rivane.

"Lebih dari ini... Aku berpikir untuk menyeret mu keluar dari kota dan menghabisi mu langsung... Atau mungkin... melempar mu dari kastil aincrad lebih terasa masuk akal" Ucap makoto.

Perkataan makoto menimbulkan bermacam reaksi dari banyak player yang menonton dan mendengarkan perkataannya.

Beberapa menganggap makoto gila dan sadis.

Beberapa merasa takut dan waspada.

Beberapa menganggap makoto berlebihan dan terlalu brutal.

Tentu saja makoto sendiri tidak pernah peduli bagaimana para player melihatnya, tapi bertindak mencolok dan membuat musuh hanya akan merugikan dirinya.

Makoto melihat ke arah kelompok rivane yang sebelumnya mengelilinginya, seketika membuat kelompok rivane sedikit mundur dan menjadi waspada.

"Tentu saja aku tidak berniat untuk sungguh-sungguh... Jadi maafkan aku" Ucap makoto

"Aturan di aincrad masih terasa ambigu dan tidak jelas oleh orang-orang yang masih belum mengerti bagaimana dunia ini bekerja" makoto

"Kebanyakan player bertindak terlalu ceroboh dan acuh menyebabkan mereka berakhir dengan bodoh" makoto

"Aku yakin beberapa player disini masih punya 'otak' untuk berpikir dan sadar bahwa hukum di dunia nyata tidak akan bekerja di aincrad, jadi..." Ucap makoto sambil mengamati player di sekitarnya

"Ini peringatan dan tolong jadikan ini sebagai pelajaran" Setelah mengatakan hal itu, makoto memutuskan pergi.

Para player yang masih di lokasi kejadian, ramai membicarakan yang terjadi pada kelompok rivane. Mereka saling berbicara satu sama lain untuk tidak melakukan tindakan bodoh seperti yang di lakukan oleh rivane.

Rivane yang merasa malu memutuskan segera pergi bersama kelompoknya.

"Oh~ betapa kerennya, sepertinya aku menemukan player menarik selain kiribo~" Ucap player yang tersenyum dibalik kerudung yang menutupi wajahnya.

"Aku sekarang bisa merasakan sumber uang potential darinya" Ucap player berkerudung

Player itu tersenyum dan kemudian pergi dari kerumunan.

Part 5

Makoto memijat kepalanya dengan satu tangan, itu di sebabkan masalah nya dengan rivane.

Dia sudah menyelesaikan semua urusannya di kota, sehingga sekarang adalah waktunya berburu di luar.

Makoto kemudian melihat waktu menunjukan jam 4 sore (16:00 pm).

Sudah 3 jam berlalu sejak dia mulai berburu dan melakukan eksplorasi.

Dia sudah berjanji dengan yuna untuk segera kembali, tapi sepertinya dia akan berakhir kembali besok pagi.

Itu karena makoto berniat menuju area yang lebih dalam seperti zona merah yang belum pernah dia eksplorasi.

Dan saat ini dia berada di salah satu zona merah yang ada di petanya.

("Aku emang gila ... ") ucap makoto

("Mungkin akan bagus jika aku mengambil quest sambil melakukan eksplorasi") Ucap makoto yang menelusuri hutan.

Makoto akhir nya memutuskan jika dia mencapai desa nanti, dia akan mengambil quest tipe berburu untuk mendapat kan reward dan exp tambahan.

("Semoga ada npc yang akan memberikan quest") pikir makoto

("Tch! Tapi serius nih... Kenapa bisa repot gini coba?") Pikir makoto merasa jengkel

"Ah~ aku ingin dengar musik, aku ingin main game analog, aku ingin baca manga dan light novel...dan aku rindu makanan kesukaanku" Makoto mengeluh

"Baiklah... Mengeluh tidak akan membawaku kemana-mana, entah kenapa aku merasa ini akan sangat mudah... Setidaknya aku yakin aku bisa menyelesaikan game ini" Ucap makoto percaya diri

<Little Nepenthes lv 3-7>

"Mungkin..." Ucap makoto seketika berubah menjadi ragu

Musuh muncul mengelilingi makoto tanpa dia duga.

Musuh nya berjenis tanaman yang muncul dari dalam tanah dengan tiba-tiba.

Sekali lagi makoto di tembak balik oleh omongannya sendiri, membuatnya menjadi lengah.

Makoto melihat level musuh yang tidak terlalu tinggi. Tapi yang jadi masalah adalah jumlahnya... Jumlahnya sangat banyak.

("Ngomong-ngomong berapa levelku? Aku tidak ingat... Ah~ bodohnya...") Pikir makoto

Tanpa ragu ledakan cahaya dari sword skill menghantam monster di hadapan makoto.

Dari pada mengayunkan pedang, sensasi ketika makoto menebas musuh, lebih terasa seperti mengayunkan tongkat pemukul baseball.

Itu memicu monster yang lain mencoba menyerang makoto.

Adrenalin terpicu pada diri makoto membuatnya tersenyum ketika monster lain datang.

<Dire wolf  lv 10-15>

<Little Nepenthes's Ovule lv ?>

Perasaan asing bisa di rasakan oleh raka, tapi secara bersamaan ini adalah perasaan yang sangat dekat.

Perasaan yang tidak asing...

Yaitu rasa senang dalam medan tempur dan selamat dari bahaya yang tipis.

Itu ...Membuat makoto bersemangat

"Ugh!" makoto lengah dan terkena hantaman kuat, membuat nya terpental dan menabrak pohon.

Dire wolf tanpa ragu menerjangnya dan mengigit bahunya menyebabkan poin hp makoto menurun drastis.

Makoto memutar genggaman pedangnya, dan menusuk leher dire wolf.

Dia kemudian melompat ke samping menghindari terkaman dire wolf yang lain.

Makoto terlalu gegabah... Dia kehilangan kendali pada dirinya.

Dia berpikir bahwa dia tidak bisa seperti ini.

Makoto pun mengatur nafas dan emosinya, dia menjadi agak tenang sekarang.

"Baiklah..." Ucap makoto menjadi fokus dan mengambil posisi

*Sliiirt* akar dari monster tumbuhan melayang ke arah makoto.

Tapi Makoto maju dengan cepat, dia lalu melakukan sedikit gerakan menyamping yang membuatnya menghindar dengan sempurna.

2 dire wolf segera melayang ke arah nya, makoto memastikan untuk menebas leher dire wolf dengan 1 tebasan menyebab kan critical hit pada kedua dire wolf.

("Lucky") makoto

Dire wolf langsung mati menjadi serpihan dan menghilang, tapi itu tidak menghentikan langkah makoto.

Makoto terus berlari dan menebas.

Menebas

Menusuk

Menebas

Menebas

Menebas

Menusuk

Menebas

Dan menusuk monster Little Nepenthes's Ovule.

Pedang nya yang masih menusuk monster tersebut, lalu didorong ke samping oleh makoto, menyebabkan efek membelah pada tubuh monster.

Monster lalu meledak menjadi serpihan poligon bercahaya lalu menghilang.

Level up+

Level up+

Level up++

Makoto *menghela nafas*

"Tadi itu hampir saja..." Ucap makoto menggaruk kepalanya

Dia tidak menyadarinya ketika bertarung, tapi hp poin nya telah menurun ke warna merah dan tersisa sekitar 20%.

"Ini bahaya... Tidak merasakan sakit benar-benar buruk dalam pertarungan di mana hp poin menjadi  penentu nasip hidupmu..." Ucap makoto.

("Mungkin beberapa tidak setuju... Tapi bagiku ini salah satu cacat pada dunia ini") pikir makoto

Jika ini game itu dapat di mengerti, tapi ketika membahas kenyataan, maka rasa sakit itu penting...

Rasa sakit walau sering di pandang dalam konsep negatif, tapi sakit memberi rasa waspada dan pelajaran pada manusia. Membuat manusia belajar menghargai dan mengenal batasan.

Dan lagi... tidak seperti player akan bermain seperti dirinya,

("Maksudku tidak akan ada player gila yang bermain dan menerobos zona merah sepertiku...kecuali mereka ingin bunuh diri") pikir makoto.

Dalam SAO ada istilah 'terkena satu serangan sama dengan kematian', ini merupakan aturan yang akan di buat para player SAO nanti.

Dan setiap player ketika bertarung selalu memastikan untuk melihat Hp bar poin mereka.

"Jadi ... Sepertinya memang harus aku yang beradaptasi ya..." Makoto berpikir.

("Dan lagi apa yang terjadi jika aku mati?... Apa aku benar-benar player?  Apa aku punya tubuh di luar SAO?... Atau ... Aku jangan-jangan hanya AI? Tapi aku yakin makoto yuki ... Bukan-, tidak! ingatan yang kudapat bukan palsu... Aku raka dan aku juga makoto. Aku benar-benar ada dan hidup") makoto menggenggam tangannya dengan erat.

Ada alasan kenapa makoto yuki sangat ceroboh dalam tindakan nya dalam berburu, itu bukan tanpa sebab. Seolah dia sendiri memang sengaja mencari bahaya dan menerobos ke zona berbahaya.

Itu karena dia merasa memerlukannya... Bukan exp untuk menaikkan level, bukan item, juga bukan uang.

Dia merasa jika dia dalam kondisi berbahaya dia bisa membangkitkan sesuatu.

Terhubung...ke Jiwanya?

Ya, makoto ingin terhubung dengan mereka... Ke sisi yang lain, dirinya yang lain.

Persona

("Cih...") Makoto merasa kesal.

Jika bisa mengakses persona nya, dia yakin ingatan nya bisa kembali...

Tapi belum cukup, bahaya yang di alaminya terasa sepele... Aincrad terasa sangat kecil di bandingkan menara itu...menara Tartarus

Bukan berarti dia merasa superior dan menyepelekan teror dari aincrad...

Tapi apa yang di lakukan oleh kayaba sendiri tidak lebih dari trik murahan.

Dengan menyandra dan mengancam orang-orang menggunakan mesin sengat otomatis, mesin itu akan mengirim player langsung melewati gerbang kematian.

Yang artinya... Selama Hp poin tidak mencapai zero, player tidak akan mati.

Makoto *menghela nafas*

Makoto memerlukan ancaman nyata

Sebuah ancaman yang bisa membuatnya merasakan kematian.

Part 6

Makoto mendapatkan anneal blade entah bagaimana caranya tapi dia mendapatkannya.

Senjata ini adalah salah satu senjata terbaik yang bisa di dapatkan di lantai 1 oleh player. Dimana player di haruskan menyelesaikan quest {Secret Medicine of the Forest}.

Syarat menyelesai kan quest ini, player harus mengalahkan Little Nepenthes's Ovule dan mengambil item drop ovule dari monster yang mempunyai bunga yang mekar di mulutnya.

Meski bersikap acuh dan tidak peduli, makoto tidak sebodoh itu untuk tidak menguping dan mengumpulkan informasi dari player-player di kota awal.

Ini adalah informasi yang tidak tersedia di anime SAO, dan sejujurnya makoto sendiri merasa tidak senang tentang kurangnya informasi yang dia miliki.

Masalah dari quest ini adalah... Tidak bisa di picu selama 24 jam ketika player menyelesaikan quest ini.

Mengharuskan makoto untuk menunggu dengan sabar, dan menyebabkan dirinya pergi dan kembali untuk mengaktifkan quest nya.

Makoto yakin bahwa kirito pasti sudah mendapatkan senjata ini...entah bagaimana nasib anak itu sekarang.

Jadi 'mungkin' dia adalah orang kedua yang mendapatkan anneal blade sebagai senjatanya sejak game di mulai.

Ini juga menyebabkan dia tidak tidur selama 1 hari penuh sejak kemarin. Anehnya dia sama sekali tidak mengalami lelah atau sakit kepala.

Secara teori, Player tidak bisa bermain sepenuhnya tanpa merasa kelelahan. Karena pada akhirnya tubuh player di game dan di dunia nyata itu sama-sama terhubung.

Jika mereka sadar di dalam game, maka di dunia nyata mereka juga sadar, walau mereka dalam keadaan coma atau tertidur. Dan jika mereka tertidur, tubuh mereka di dunia nyata juga akan tidur.

Dari yang dia tau Nerve Gear bekerja dengan menghalau system syaraf dari otak ke tubuh manusia, lalu mesin buatan kayaba akan menggantikannya dengan sinyal-sinyal buatan dan mensimulasikan 5 indra manusia ke otak.

Pada dasarnya proyeksi data dan mentransfer indra manusia menjadi data.

Itu pun jika dia tidak salah...

Tapi mau bagaimanapun, semua itu hanyalah omong kosong... Mari berpikir sejenak.

Ilmu yang membahas otak merupakan suatu hal yang special dalam sains. Otak merupakan sebuah teritori istimewa yang masih penuh misteri.

Tidak hanya sulit dan rumit untuk di teliti. Tetapi mengakses otak manusia yang hidup dengan bebas juga hampir tidak mungkin di lakukan, kecuali itu semua adalah tindakan ilegal.

Karena otak merupakan organ yang sensitif, maka salah sedikit bisa menyebabkan hal fatal seperti kerusakan dan gangguan otak.

("Dan lagi apa ini semua penting untuk di pikirkan...") Pikir makoto

Makoto ingat dia pernah berdiskusi tentang asal muasal jiwa dengan lucifer. Dan kebanyakan hasil dari diskusi itu membahas psyche, sea of soul, dan otak manusia.

Dimana semua kesadaran berasal dari otak sebagai pusat dan inti dari makhluk hidup.

("Tunggu, tunggu, tunggu!!!.... LUCIFER... Hah? Bagaimana?!") makoto kaget dengan nama yang muncul tiba-tiba di ingatannya.

("Hmm... Tidak salah lagi, persona... Adalah kuncinya, aku tidak sedang berhalusinasi... Maksudku aku yang berakhir di sini saja sudah di luar akal") pikir makoto

Pada intinya yang di pikirkan makoto... Keberadaan Nerve Gear adalah sesuatu yang tidak mungkin, setidaknya di dunia asal itu masih sulit diterima... Entahlah jika itu adalah masa depan yang jauh?

Tapi yang jelas, mengakses otak dan memanipulasi indra manusia menjadi data adalah mustahil.

Setidaknya di dunianya hal seperti Nerve Gear masih dianggap fantasy.

Yang artinya SAO tidak lebih dari science fiction, dan fiksi itu adalah sesuatu yang tidak nyata dan ada.

Tapi mungkin saja dunia ini mempunyai aturan yang berbeda. Membuat semuanya menjadi jauh lebih sederhana ...

Makoto menghela nafas karena lelah secara mental dan emosional.

Dia sudah kembali ke kota awal, dan sedang menuju penginapan.

Makoto akhirnya sampai dan langsung menuju kamar.

"Aku kemba-" Ucap makoto tapi langsung di peluk oleh yuna

"Kau kembali!" Ucap yuna yang memeluk makoto

"Aku sudah bilang aku akan kembali kan? Kenapa malah terdengar seperti kamu akan menangis" tanya makoto dengan wajah datar.

Makoto dapat merasakan yuna memeluk nya menjadi lebih erat.

"Jika kamu memelukku lebih erat lagi hp poin ku bakal turun lo..." Ucap makoto

"Bodoh... Aku benar-benar khawatir... Aku kira kamu tidak akan kembali", Ucap yuna membenamkan wajahnya saat memeluk makoto.

Satu-satunya yang bisa di lakukan makoto hanya bisa memasang senyum pasrah.

("Kurasa tidak buruk mempunyai seseorang yang menunggumu dan khawatir dengan mu...") Makoto

Makoto lalu mengelus punggung yuna dengan perlahan, dia mencoba menenangkannya.

("Aku tau dia karakter dari SAO, tapi itu tidak cukup untuk membuatku peduli dengannya... Entah sejak kapan aku menjadi peduli dengan yuna. Tapi aku sama sekali tidak merasa buruk dengan perasaan ini") makoto

("... Jika aku tidak bertemu yuna... Aku akan seperti apa ya?") Makoto bertanya-tanya pada dirinya.

"Hei yuna aku kembali" ucap makoto

"Selamat datang" ucap yuna mengangguk dan masih dalam keadaan membenamkan wajahnya.

"Mau sampai kapan kau seperti ini?" Tanya makoto

Yuna akhirnya melepas pelukannya, lalu memberikan pukulan lemah ke tubuh makoto.

"Bodoh" Ucap yuna

"Lihat dirimu bertindak sok keren dan melakukan hal berbahaya... Tapi masih memasang wajah robot mu itu" Ucap yuna

"Jadi... Apa saja yang terjadi ketika kamu keluar" tanya yuna

Makoto mengeluarkan anneal blade dari inventory nya.

"Pedang?" Ucap yuna mengamati

"Anneal blade, kata para player merupakan salah satu senjata terbaik yang bisa di dapatkan di lantai 1" Ucap makoto

"T-terbaik? H-he-hebat..." Yuna menaikan suaranya

"Jangan pedulikan detailnya, aku masih perlu meningkatkan stat dan mengupgrade pedang ini. Pada akhirnya pedang ini di masa depan juga akan berakhir menjadi sampah" Ucap makoto

Yuna lalu menyentuh pedang anneal blade, tapi ekspresi wajahnya terlihat buruk.

"Jadi... A-apakah ini alasan kamu hampir mati?" Tanya yuna membuat makoto sedikit terkejut.

Makoto lalu melihat Hp bar poin dan sadar dia masih dalam satu party dengan yuna.

("Aah...sial") pikir makoto

"Nyx kun aku-..." Yuna ingin mengatakan sesuatu, tapi kemudian kedua pipi yuna di cubit oleh makoto.

"Oh mengejutkan, pipi mu masih melar walau di dalam game" Ucap makoto

"Nyx kun b-berhenti" yuna memegang tangan makoto.

"Tidak, kamu akan kembali menangis dan akan memberiku sakit kepala" Ucap makoto.

"Ta-tapi" ucap yuna

Makoto lalu berhenti mencubit pipi yuna, tapi kemudian menekan pipi yuna dengan telapak tangan nya, membuat bibir yuna seperti ikan.

"Dengar, menangis adalah hal yang manusiawi, bersedih dan merasa sakit juga merupakan hal alami bagi setiap orang... Tapi ada banyak hal yang perlu kamu lakukan selain bersedih yuna" Ucap makoto

Walau ekspresinya datar, tapi dia berkata dengan serius.

"Kamu perlu belajar dan perlu beradaptasi dengan situasi saat ini. Itu semua jauh lebih penting, tidak perlu khawatir aku akan membantumu" Makoto

"Aku mengerti kamu khawatir denganku, tapi aku masih baik-baik saja. Sekarang yang penting adalah dirimu mengerti?" Ucap makoto

"M-mengerti" yuna mengangguk

"Bagus" makoto melepas tangan nya dari pipi yuna

Makoto mencoba percaya dengan yuna, lagipula di Anime Movie ordinal scale, eiji menjelaskan bahwa yuna adalah gadis yang kuat dan terus membantu player melangkah maju ke depan.

("Ngomong-ngomong tuh anak kemana ya? Jika yuna dengan ku... Seharusnya aku bisa ketemu dengan nya") Pikir Makoto

"Yuna, tidakkah kamu punya seseorang atau kenalan yang juga terjebak di SAO" tanya makoto.

Seketika mata yuna melebar ketika mendengar pertanyaan makoto.

"E-e... Eiji!!!" Ucap yuna dengan suara keras.

Makoto dengan refleks menutup telinganya.

"Hei tidak perlu berteriak" Ucap makoto

"M-maaf nyx-kun... Aku baru ingat bahwa aku punya janji dengan temanku, tapi karena terbawa suasana dan hanya memikirkan diriku sendiri aku malah..." Ucap yuna

Yuna menjelaskan situasinya pada makoto.

("Jadi yuna berencana bertemu eiji di SAO saat siang hari... Yuna yang login lebih awal, memutuskan untuk berkeliling dan melihat-lihat pemandangan di dalam SAO. Dia dan eiji sudah janji untuk bertemu di alun-alun kemarin. Tapi, karena yuna terbawa suasana dan malah sibuk sendiri, yuna malah menjadi 'lupa'") makoto menelaah cerita.

("Eh tunggu? Jadi salahku? Apa aku mengubah plot tanpa kusadari? Tapi ni anak juga ngapain di zona merah? Bagaimana yuna bisa selamat jika tidak ada aku? Apa jangan-jangan dia memang tidak pernah ke zona merah sejak awal") Makoto seolah sadar

("Yah bodo amat, seolah aku peduli... Lagipula, sekarang yuna dan seluruh orang yang hidup disini adalah orang yang nyata, mereka bukan sekedar fiksi yang aku lihat di balik layar... Semua orang yang hidup di dunia ini berjuang dengan sungguh-sungguh untuk hidup... Aku tidak boleh menolak keberadaan mereka") makoto

"Bagaimana ini ..." Yuna khawatir dengan eiji

"Temanmu... Eiji maksudku, dia pasti bisa menjaga dirinya sendiri" sebut makoto

"Tapi...b- benarkah?" Yuna merasa ragu

"Kita bisa mencarinya nanti... Aku yakin dia akan menghindari bahaya, mengingat dia punya seseorang untuk di khawatirkan" Ucap makoto melirik yuna dan menekan kata khawatir.

"Hmm... Baiklah jika kamu berkata begitu, jika nyx-kun mengatakan seperti itu... kurasa aku bisa percaya" Ucap yuna yang akhirnya setuju

"Maaf... Kurasa aku mengandalkan mu terlalu banyak, tanpa merasa malu terus merepotkan mu" Ucap yuna dengan tulus meminta maaf

"Kurasa sudah terlambat untuk mengatakan hal itu? Disaat seperti ini, orang akan lebih senang menerima terima kasih dari pada minta maaf" Ucap makoto

Yuna lalu mengintropeksi dirinya sendiri. Dan yuna memang setuju dengan apa yang di ucapkan makoto.

Dia seharusnya berterima kasih daripada mengatakan maaf, yuna pun tersenyum.

"Kamu benar, terima kasih nyx kun... Itu menjadi pelajaran untuk ku" Ucap yuna

Makoto merespon yuna dengan mengangguk dan tersenyum.

"Baiklah mari makan, lihat apa yang kudapat" Ucap makoto menunjukan sebuah botol kecil dan meletakan di atas meja kecil yang terletak di samping kasur.

Makoto lalu mengeluarkan roti dan menaruh jari nya di atas botol kecil.

Ujung jari makoto kemudian bercahaya, lalu dia mengoleskannya ke roti di tangannya.

"Krim?" Yuna melihat roti ditangan makoto.

"Aku bukan tipe orang yang suka menghina makanan, tapi harus aku akui perbedaan makan dengan krim dan tanpa krim sangat jauh berbeda" Ucap makoto mengunyah roti dengan puas, makoto lalu duduk di atas kasur dan kembali menikmati rotinya

"Bagaimana rasanya?" Tanya yuna

"Jika harus aku deskripsikan... Itu seperti membandingkan masakan gagal dari tipe heroine yang ceroboh dengan masakan Ibumu" Ucap makoto

("Itu... Perumpamaan yang cukup aneh, tapi entah kenapa memang cocok dengan karakter nyx kun") yuna memberi makoto tatapan heran.

"Kau harus mencobanya" makoto lalu mengeluarkan banyak roti seperti hari sebelumnya.

"Nyx kun, Sangat suka makan ya...mengejutkan" Ucap yuna berkeringat melihat makoto.

"Hm? Aah iya... Aku suka" Ucap makoto masih sibuk mengunyah.

Yuna hanya bisa menghela nafas melihat tingkah santai makoto.

Dia pun juga ikut mencoba memakan roti dengan menggunakan krim seperti makoto.

"!!!" Yuna mengunyah rotinya.

Yuna lalu memakan rotinya dengan lahab, tanpa disadari yuna. Makoto melirik ke arah nya dan tersenyum senang melihat kondisinya membaik.

Yuna akhirnya menghabiskan rotinya dan terlihat puas.

"Enak?" Tanya makoto.

"E-eh...umm itu enak, aku tidak menyangka aku kehilangan kendali hanya untuk roti dan krim susu. Rasanya sudah sangat lama aku tidak makan-makanan yang terasa layak" Ucap yuna.

"He-hey nyx kun, boleh aku minta lagi" Ucap yuna merasa malu.

"Say No More" Ucap makoto langsung membuka ruang inventory.

Makoto kemudian mengeluarkan botol krim lainnya, dan itu sangat banyak.

("Seberapa sukanya dia dengan roti dan krim susu!") Pikir yuna terkejut.

"Nyx kun memang lucu ya" Ucap yuna tertawa kecil

"Maksudmu?" Tanya makoto wajah stoic nya.

"Kamu seperti comedy berjalan dan tingkahmu penuh dengan hal lucu. Penampilanmu dan sikapmu seperti karakter pada anime atau game" Ucap yuna tersenyum

("Lihat siapa yang bicara...") Pikir makoto

"Hah? Apa itu pujian, maka cobalah dengan sesuatu yang jauh lebih baik", Ucap makoto.

"Eh? Aku pikir orang-orang dengan usiamu pasti akan merasa senang ketika...maksudku kamu chuuni kan?" Ucap yuna

"Apa itu sudah menjadi title permanen untuk ku? Aku ini 22 tahun yuna" Ucap makoto

"22 tahun!!!" Yuna terkejut

"Hmm... Entah, mungkin, aku bisa lebih tua dari pada itu tapi seharusnya..." Makoto seolah berpikir

"Kenapa kamu merasa ragu dengan umurmu sendiri? Tapi penampilanmu... Penampilan mu tidak berubah!" Yuna baru sadar

"Kamu Baru sadar?" Tanya makoto

"Jadi penampilanmu asli... Dan lagi... Dari penampilanmu aku pikir seharusnya kita tidak jauh berbeda, maksudku kamu seperti berusia 17 tahun" ucap yuna

"Bicara penampilan, kamu terlihat berbeda" Ucap makoto

"A-apa aku terlihat buruk?" Yuna merasa canggung.

"Hmm... Aku suka penampilanmu, terlihat natural jauh lebih baik" Ucap makoto

"Terima k-kasih..." Entah kenapa yuna merasa malu

"Gampangnya~... Kamu tipe lemah dengan pujian ya" Ucap makoto menyindir yuna, dan yuna menggembungkan pipinya.

"Kau mengatakan banyak hal tentang aku yang menggunakan nama asli, padahal kamu sendiri menggunakan penampilan asli" Yuna menembak makoto dengan tatapannya, tapi makoto bersikap seolah tidak tau.

Makoto dan yuna terus berbincang dan bercanda sambil memakan roti mereka.

Mereka bercanda dan saling bercerita tentang hal-hal yang menurut mereka menarik, terkadang topik pembicaraan nya sendiri merupakan masalah sepele dan tidak penting.

"Ngomong-ngomong aku sepertinya akan pergi lagi" Ucap makoto membuat yuna menjadi pucat

"Eh? Kamu akan pergi... B-berburu lagi? Tapi bukan kah kamu baru saja kembali?..." Tanya yuna khawatir.

"Tidak, aku memang ingin keluar, tapi hanya akan pergi di sekitar kota. Ada urusan yang harus aku urus" Ucap makoto

"K-kalau begitu..." Yuna

"Kamu bisa ikut kalau kamu mau" Tanya makoto

"Tapi aku..." Yuna merasa ragu

"Aku mengerti kamu takut, dan aku tidak akan memaksamu" Ucap makoto

"Tapi mungkin saja kamu bisa menemukan eiji, aku bisa membantumu mencari nya" makoto mencoba menyakinkan yuna

"K-kalau begitu aku akan ikut... Aku harap aku tidak merepotkan mu nyx kun" ucap yuna menundukkan kepalanya ke arah makoto.

Part 7

[Unknown Dark Place]

"Jadi Nox... Aku tanya kamu ini apa?" tanya makoto

"Hm? Apa maksud dari pertanyaan kakak" Nox

"Sekali lagi aku tanya kau ini apa?" Makoto

"Hmm... Aku ini apa ya~, baiklah aku..." Nox

"..." Makoto

"Aku tidak tau" Ucap Nox

Makoto hanya terdiam mendengar jawaban dari Nox.

"Hah? Apa?" Makoto masih tidak percaya

"Serius aku tidak tau aku ini apa. Jika kakak tanya aku ini makhluk apa, ras apa, atau jenis apa... Maka aku dengan serius menjawab bahwa aku tidak tau" Nox seolah melempar fakta ke makoto

Nox bisa melihat makoto memberinya tatapan berbahaya, dan makoto sendiri merasa dirinya tidak di anggap serius

"Tunggu-tunggu berhenti melihatku seperti itu, kakak matamu sangat berbahaya... Apa yang aku perbuat sampai mendapat perlakuan seperti ini" Nox mencoba menenangkan makoto

"Kau tidak menganggap ku dengan serius" Ucap makoto

"Mata mu seolah kamu siap menerjang ke arahku. Itu mengerikan kau tau itu... Apa kakak tidak malu ingin memukul anak kecil" Nox

"Aku berencana melakukan yang lebih buruk dari itu" Ucap makoto

"Pada titik ini aku bahkan sudah tidak peduli bagaimana sikap kakak padaku" Nox seolah memijat kepalanya

"Seandainya jika kakak di tanya bahwa kakak ini apa? Bagaimana kakak akan menjawab?" Nox bertanya balik ke makoto

"...Tentu saja aku akan menjawab aku adalah manusia" Ucap makoto menghela nafas dan memutar matanya.

"Manusia? Kenapa manusia? Di tempat pertama, apa kakak bisa menyebut diri kakak manusia?" Nox

"Apa maksudmu?"

"Hmm... Begitu ya, kakak tidak tau~ hehe~ kakak benar-benar tidak tau" Nox seolah menahan tawanya

"Berhenti bermain-main dan cepat beri tahu aku" makoto mendesak jawaban dari Nox

"Hmph! Benar-benar tidak seru, kakak bersikap seperti itu hanya membuat dirimu membosankan... Para wanita akan membencimu lo~" Nox menunjuk ke makoto

"Aku tidak peduli, aku sudah bilang untuk berhenti bermain-main kan? aku ini sudah lelah mendengar ocehan mu" Ucap makoto

"Baik-baik, cih! dasar tidak sabaran" Nox kesal menendang lantai

"..." Makoto menatap Nox dengan datar

"Baiklah apa kakak tidak tau apa yang mampu kakak lakukan?" Nox

"Apa yang mampu aku lakukan?" Ucap makoto bingung

"Hanya itu bisa aku katakan... Maaf kan aku, tapi lebih dari ini akan buruk untuk ku" Ucap Nox menepuk tangan nya dengan buku tebal.

"Ap-apa? Apa kau bercanda! itu sama sekali tidak membantu!" Makoto mendesak nox

"Aku memang bercanda~ pffft" Nox

"Baiklah lupakan! aku akan mencari tau sendiri, dasar tidak berguna... Ngomong-ngomong aku masih bertanya kau ini apa?" Ucap makoto

"Haaa~" Nox *menghela nafas*

"Kakak masih belum melepaskan ku? Baik lah aku sudah tidak peduli... Pada titik ini kenapa tidak anggap aku apa saja... Entah mungkin itu roh, khayalanmu, dewa, atau... Hantu?" Nox

"Baiklah..." Ucap makoto yang juga sudah tidak peduli

Makoto lalu berdiri dari sofa, lalu sofa tersebut kemudian pecah menjadi serpihan dan menghilang.

"Eh? sudah mau pergi?" Tanya Nox

"Aku akan pergi...sebelum itu, apa kamu tau Raka?" Ucap makoto

"Siapa?" Ucap nox

"Tidak bukan apa-apa" ucap makoto

Makoto kemudian melihat buku tebal yang di pegang oleh Nox.

"Jadi... Kau ya, alasan aku tidak ingat apa-apa" ucap makoto

Nox hanya diam setelah mendengar ucapan makoto.

Makoto dan Nox tidak berbicara dalam waktu yang cukup lama.

Di dunia yang gelap dan sunyi, makoto hanya melihat ke arah Nox yang terus diam.

Sebalik Nox hanya berdiri diam dan menunduk kan kepalanya di hadapan makoto.

"Kenapa kau diam" makoto memecah kesunyian.

"Heee~ jadi kau berbohong dan mempermainkan ku ya?" Ucap Nox dan aura benar-benar berubah.

Makoto bisa merasakan dingin di lehernya, dan dia merasakan bahaya tinggi dari Nox.

Tapi makoto pada akhirnya tidak peduli, dia sama sekali tidak takut dan anehnya malah merasa jijik.

"CIH! DASAR BRENGSEK!!! BUKANNYA SEHARUSNYA KAU LUPA! DASAR PEMBOHONG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG!" Nox mengeluarkan kekesalannya.

"BERSIKAP SEOLAH KAU LUPA! PADAHAL KAU HANYA MEMPERMAINKAN KU! BRENGSEK!!!" Nox menginjak lantai

"Aku... Tidak berakting, aku benar-benar lupa" ucap makoto

"Hah?" Nox melihat ke arah makoto

"Semua kebingungan ku ketika bicara dengan mu itu murni tanpa kebohongan" Ucap makoto dengan nada stoicnya.

"Tapi buku itu... Buku yang kau pegang. Itu bukan buku biasa, itu adalah Persona Compendium" Ucap makoto

"Ah... Begitu ya, kurasa menunjukan persona compendium di depan mu adalah tindakan bodoh dan angkuh. Aku berencana untuk mengejek mu dan mempermainkan mu, tapi malah aku yang terlihat seperti orang bodoh" Ucap Nox

"Aku bisa melihat ingatan-ingatan aneh di dalam dirimu... Itu termasuk tentang informasi kastil aincrad dimana kamu berada. Tapi semuanya terlihat tidak jelas, dan sulit memasukan campur tangan ku di dalam ingatan tersebut" Ucap Nox yang kehilangan kepribadian anak kecilnya

"..." Makoto

"Jadi sekarang apa? Apa kau berpikir bisa merebut compendium ini dari tangan ku?" Ucap Nox dengan nada remeh dan menantang.

"Tidak... Jangan bercanda aku bahkan tidak tau kau ini apa, dan kau juga menolak memberitahuku... Di tempat pertama aku bahkan tidak punya peluang menang disini" Ucap makoto

Makoto tidak tau ekspresi apa di balik topeng Nox. Tapi jika harus menebak, Nox saat ini tersenyum.

("Mungkin dia berpikir bahwa dia menang?") pikir makoto,

("Seolah aku membiarkanmu") makoto

"Tapi... Aku akan pergi" Ucap makoto

"A-apa?!" Ucap Nox

"Tidak usah terkejut, aku tau persona compendium itu tidak akan berguna untukmu... Lagipula tidak seperti kamu mampu menggunakannya" makoto kemudian berjalan pergi ke arah gelap tanpa ujung yang berlawanan dengan Nox berada.

"Bagaimana jika aku membunuhmu?" Ucap nox

"Jika itu menghentikan rencana dari makhluk tidak jelas sepertimu... Kurasa itu lebih baik" Ucap makoto terus melangkah.

"Bagaimana dengan gadis itu? Namanya 'yuna' kan? Tidakkah kamu khawatir dengan gadis lucu itu? Bagaimana dengan nasib seluruh manusia di kastil melayang itu, Bagaimana dengan dunia mereka?... Hehe~ mereka tidak tau bahwa kastil itu bukan satu-satunya yang mengancam nyawa mereka" Ucap Nox

"Dan tidak seperti game yang dibuat manusia itu. Di tangan ku mereka akan merasakan keputusasaan dan teror! Aku adalah ancaman nyata!" Ucap Nox

Makoto yang berjalan tiba-tiba langkahnya berhenti.

'Seketika' Nox merasakan tekanan dari pemuda berambut biru di depannya.

Makoto berbalik dan melotot ke arah Nox. Cahaya biru dapat terlihat dari salah satu mata yang tidak ditutupi oleh rambut pemuda berambut biru.

Seolah sesuatu akan meledak keluar dari pemuda itu... Sesuatu itu akan menelan dunia yang gelap dan tak berujung dimana pemuda itu berada.

"Coba saja" Ucap makoto ke arah Nox

Nox hanya diam, dan terlihat tidak mundur, tapi dia bisa merasakan bahwa makoto benar-benar serius.

"Baiklah aku mengerti... Bagaimana seperti ini" Ucap nox yang mengangkat jari telunjuknya.

"Aku ingin membuat kesepakatan" Ucap Nox

Part 8

2 minggu telah berlalu sejak akihiko merubah SAO menjadi death game.

Player SAO tidak mengalami progress apapun dan masih terjebak di lantai 1 sejak hari pertama, dan dapat terlihat player SAO sama sekali tidak ada perkembangan.

Player terlalu takut untuk naik ke lantai berikutnya, dan munculnya keraguan di antara player karena rumor tentang eksploitasi dari beta tester. Sama sekali tidak membantu situasi player di aincrad.

Sebaliknya angka kematian malah meningkat karena player merasa depresi, dan banyak player malah memutuskan mengakhiri hidup mereka.

Bagaimana tentang makoto yuki?

Aktivitas yang di lakukan makoto tidak banyak yang berubah, dia hanya mencoba mengasah kemampuan dan terus meningkatkan kemampuannya sepeti biasa.

Makoto melakukan apa yang bisa dia lakukan. Entah itu mempelajari skill, mengerjakan quest, atau mengumpulkan item.

Dengan berlalunya waktu, jaringan dan kenalan makoto juga terus bertambah. Mungkin itu karena popularitas yuna sebagai pemusik dan sifatnya yang ramah, sehingga mampu menarik orang lain untuk terhubung dengan mereka.

Sebaliknya untuk makoto sendiri, karena berita konfliknya dengan kelompok rivane tersebar luas. Dia malah di takuti dan di waspadai banyak player.

Yuna yang mendengar cerita perselisihan makoto dengan kelompok rivane.

Kemudian menutup mulut nya dengan kedua tangan nya, wajahnya menjadi pucat dan menatap ke arah makoto dengan tidak percaya.

Dia seperi seorang ibu yang mendapat kan kabar bahwa anak nya ternyata adalah seorang berandalan di sekolah.

Terlepas dari itu, popularitas yuna sangat membantu dirinya dan yuna dalam mencari eiji. Dan ya mereka memang menemukan eiji tapi sayangnya yang bertemu hanya yuna, dan makoto sama sekali tidak bertemu dengan eiji.

Itu terjadi ketika makoto pulang ke penginapan dan yuna tiba-tiba bercerita bahwa eiji datang menemuinya.

Makoto lalu menanyakan keberadaan eiji, tapi yuna memberitahu makoto bahwa eiji memutuskan untuk tetap sendiri sementara waktu dan tidak bisa ikut bersamanya.

Tentu saja makoto yakin jika menyangkut tentang 'yuna', eiji tidak akan semudah itu meninggalkan atau melepaskan yuna.

Jadi pasti ada hal lain yang tidak di ceritakan oleh yuna ke makoto, tapi makoto pada akhirnya memutuskan tidak peduli dan merasa tidak baik untuk ikut campur.

Bicara tentang musik...

Karena makoto tau yuna mempunyai bakat dan ketertarikan dengan musik, jadi makoto menyarankan yuna untuk mempelajari Non combat skill.

Itu berawal dari percakapan sederhana antara makoto dan yuna tentang hobby mereka.

Kebetulan karena mereka mempunyai hobby di bidang yang sama yaitu musik.

Entah kenapa ide klise seperti...

"Aku ingin membantu orang-orang melalui musik" muncul di kepala yuna begitu saja.

Tidak seperti makoto menentang hal itu. Tapi ide yuna... Tentang mereka harus melakukan duet bernyanyi di depan semua orang... Itu membuat wajah makoto menjadi pucat.

Bukan seperti makoto sama sekali tidak percaya diri dalam hal bernyanyi, tapi memikirkan dia harus bernyanyi di depan semua orang... Itu membuatnya merasa geli.

Tapi yuna terus mengganggunya dan mendesak makoto untuk bergabung dengannya.

Pada akhirnya makoto kalah, dan makoto pun setuju tetapi dengan syarat dia hanya akan bermain alat musik, dan tidak akan bernyanyi di depan semua orang.

Yuna keberatan dan masih mencoba mendesak. Makoto menghela nafas lalu mengatakan bahwa dia akan bernyanyi, tapi harus karena keputusan nya sendiri.

Mereka pun memutuskan lokasi debut pertama mereka akan berlokasi di alun-alun.

Dan siapa sangka ketika hari debut tiba, ternyata ide yuna untuk memulai karir bermusiknya di aincrad, benar-benar di terima dengan positif oleh player.

("Mungkin mereka kurang hiburan") Itu yang di pikirkan makoto dengan reaksi datar.

Dan begitulah nama Uta chan lahir di Aincrad.

Part 9

*Klang!*

*Slash!*

*Ssrrrt!*

*Kling*

Di dalam labirin yang terletak di lantai 1, pria berambut biru sedang bertarung sendirian dengan banyak musuh, dengan fokus dan ketenangan yang tinggi dia terus melawan musuh dengan efektif.

<Ruin Kobold Trooper lv 6-15>

Ruin kobold trooper, merupakan musuh yang hanya bisa di temukan di dalam labirin.

Ruin kobold trooper merupakan makhluk humanoid bertubuh besar, dengan ekor dan telinga seperti kelinci. Tidak seperti ruin kobold sentinels, mereka tidak menggunakan armour ataupun pakaian atasan, tapi mereka masih menggunakan celana dengan kapak sebagai senjata.

"Tidak ada habisnya" Ucap makoto membuat jarak

Kobold trooper lalu menyerang dan mengayunkan kapaknya ke makoto.

Makoto menangkis serangan kapak dari kobold, ayunan kapak itu kemudian melayang ke atas akibat benturan dengan pedang makoto.

Melihat celah yang terbuka, makoto mencoba menciptakan counter dengan langsung mengincar leher kobold di depannya.

"Krang!"

("Cih! Lepas ya ...") Makoto

Pedang makoto gagal meraih leher kobold trooper, dan berakhir di tahan dengan gigitan.

("Siapa sangka mereka secerdas ini") makoto

Makoto lalu melihat kobold di belakangnya mengayunkan kapak ke arahnya.

Makoto menunduk menghindari ayunan kapak tersebut, dia kemudian menendang kobold trooper yang menahan pedangnya.

Setelah pedangnya terlepas dari gigitan, makoto langsung mengaktifkan serangan sword skill dan menebas kobold yang menggigit pedangnya.

Dan meski makoto berhasil mengeliminasi musuh di depannya.

Itu masih belum mengakhiri pertempurannya saat ini.

Makoto melihat musuh di sekitar nya dan menghela nafas.

"Majulah" Ucap makoto tersenyum percaya diri.

Beberapa waktu berlalu setelah makoto mengalahkan musuhnya, dia melanjutkan eksplorasi nya di dalam labirin.

Kemudian dia sampai pada pintu besar yang terlihat mencolok, makoto berjalan mendekat dan berhenti tepat di depan pintu.

"Jadi ini ya, ruang boss..." Ucap makoto melihat pintu di depannya

***

[Aincrad Lantai 1]

Desember - 3 - 2022

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama player terjebak di aincrad tanpa mengalami progress apapun.

Terdengar kabar tentang seorang player bernama 'Diavel'.

Diavel sedang mengumpulkan banyak player yang percaya diri dengan kemampuan bertarung mereka.

Pertemuan itu di laksanakan di kota tolbana yang dekat dengan labirin di lantai 1.

Dan saat itulah banyak player yang datang ke tolbana untuk melihat pertemuan yang dilaksanakan oleh diavel.

Nasib yang menentukan apakah player mampu menembus lantai aincrad akan di tentukan oleh kelompok yang berkumpul saat itu.

Takdir yang berhenti, telah bergerak kembali.

***

Kelompok raid boss sudah berkumpul tepat di depan pintu ruang boss di dalam labirin.

Diavel kemudian mengamati semua group yang telah dia bagi, dan dia juga memastikan setiap kelompok untuk bergerak sesuai dengan rencana yang sudah di diskusikan.

"Baiklah semuanya tolong bergerak sesuai rencana dan pastikan untuk tidak ceroboh" Ucap diavel dengan wajah serius

"Pastikan semua equipment kalian terpasang semua, dan jangan sampai lupa dengan item potion kalian agar tidak ketinggalan" Ucap diavel.

"Dan terakhir... Jika kalian ingin mundur sekarang adalah saatnya" Ucap diavel melihat ke semua player di dalam grup

Semua player melihat ke arah diavel dengan tatapan serius dan mereka tidak berencana kembali.

"Bagus, setelah kita menang kita akan melanjutkan pesta!" Ucap diavel mengangkat tangannya.

"Oke!!!" Player di dalam grup raid ikut bersorak

Diavel berbalik dan membuka pintu perlahan.

*Duuuurrrgggh...* Suara gerbang terbuka perlahan

Semua party bersiap, semua kelompok sudah di masing-masing formasi.

Kirito memegang erat pedangnya, lalu dia melihat ke arah rekan bertudung di dalam party nya.

Asuna merasa takut dan ragu, tapi kemudian dia melihat rapier nya.

("Jika sebegitu nya ingin mati... kenapa tidak melompat keluar dari aincrad saja") Kata-kata dari pria yang muncul dalam ingatan asuna

Membuat Asuna menggigit bibirnya, lalu dia kembali menguatkan tekadnya.

*Ziiingg DUM!*

"SERA- Hah?!" Diavel hendak menyerang namun berhenti seketika.

Player yang berlari dan menerjang masuk mengikuti diavel seketika berhenti.

"A-apa!" kirito berhenti dan melihat ke depan

"Kamu!" Ucap asuna terkejut tidak percaya dengan yang dia lihat.

Diavel menduga bahwa boss lantai sudah menunggu di dalam ruangan boss, dia bersama dengan player lainnya sudah berencana untuk melawan dan mengalahkan boss di lantai 1 tidak peduli apapun yang akan terjadi.

Tetapi dari segala kemungkinan yang terjadi, dia tidak pernah menduga apa yang dia lihat...

Ost : Persona 3

(Light in starless sky)

Congratulation terlihat mengambang dan dapat di lihat setiap player yang disana.

Di tengah-tengah area boss terlihat pemuda berambut biru menggunakan kemeja putih, jas hitam, dengan pita hitam longgar di kerah bajunya.

Menggunakan celana hitam dan sepatu pantofel hitam, pria itu berbalik dan melihat player yang tiba di ruangan boss.

"Hm?" Makoto berbalik melihat ke arah grup raid boss yang di pimpin diavel.

Pada hari itu, berita tentang player aneh berambut biru yang mengalahkan boss secara solo mencapai seluruh player di Aincrad.

The wild card sudah bergerak.

Takdir yang bergerak, sekarang menuju ke akhir yang berbeda...

Chapter 2 Selesai

Author : hai!!! ini author!!!...uhuk! Uhuk! (Batuk)  Ughh...

*menghela nafas*~

Mari bicara tentang cerita yang aku tulis.

Sebelum itu

Pertama persona dan SAO sudah jelas bukan milik dan hak ku... Ini murni fanfiction tanpa di uangkan

Baiklah ... Langsung saja

Terlepas dari aku menulis dengan tujuan bersenang-senang, aku berusaha sebisa mungkin untuk membuat cerita yang menarik dengan kemampuan menulis ku yang bisa di bilang rendah... Jadi apabila banyak kata yang terasa ambigu, salah dan berulang tolong maaf kan aku! (menunduk)

Tentang 'makoto yuki'

Makoto yuki merupakan karakter dari seri persona 3, dia melakukan debut pertama kali pada konsol ps2 dan sampai saat ini sosoknya masih sangat populer di kalangan fans SMT atau persona...

Tidak hanya itu... Persona 3 juga mendapat seri adaptasi movie... Sehingga kalian yang tidak mengenal persona 3 atau bahkan sama sekali tidak tau apa itu persona... Aku sarankan untuk mengenal seri epic bernama persona ini.

Jika kalian baru memulai... Mungkin dengan Persona 5 royal dengan grafis terbaik diantara semua seri yang lain, sehingga dapat menjadi start yang bagus untuk fans pendatang.

Jika kalian ingin tau persona 3 tanpa harus memainkannya, maka kalian bisa menonton movienya...

Tentang SAO

Tidak banyak yang bisa aku katakan tentang SAO... Maksudku, ayolah setiap yang membaca ini pasti sudah tau apa itu SAO...

Itu menjelaskan betapa populernya seri ini.

Tentang Plot/bahan/ level

Aku menggunakan konsep original dari SAO sendiri... Seperti bagaimana cara mendapatkan anneal blade yang tidak di ceritakan di anime

Musuh-musuh yang muncul di lantai 1 pada cerita ini juga berdasarkan bahan asli yang di gunakan di dalam SAO...

Tentang level ... Sebenarnya aku tidak terlalu peduli..  di lantai 1 hampir semua musuh berada di bawah lv 10...

Tapi di cerita ku monster-monster aku buat mencapai level belasan meski hanya di Lantai 1... ~ maksudku pada akhirnya tidak banyak yang akan peduli dengan angka-angka ini kan?

Tentang yuna

Kalian yang tau bagaimana nasip karakter ini, pasti tau apa yang terjadi... Aku akan terus terang.

Aku terinspirasi dari fanfic SAO crossover berjudul diva... Yah walau aku berusaha se original mungkin...

Maksudku kita bicara Yuna disini, dia Idol ... Walau yang kita lihat hanya versi AI nya...

Tapi siapa yang tidak suka idol? Yah aku memang tidak terlalu suka *ehem* idol... Tapi aku tidak terlalu membenci penampilan yuna sebagai diva di SAO...

Dan juga tidak kah akan menarik melihat nasib nya mungkin akan berbeda di seri ini... ~ yah itupun jika aku tidak berhenti menulis dengan tiba-tiba.

Tentang NOX

Yah ... Jika kayaba adalah villain atau antagonis dari SAO

Maka nox terlepas dia adalah original karakter... Dia akan mewakili sebagai antagonis atau mungkin menjadi villain dari seri SMT/Persona... Jadi

Fanfic ini akan mempunyai bumbu supernatural.

Tapi nox akan menjadi plot di masa depan.

Apapun itu aku berterima kasih siapa pun yang membaca cerita ini...

Jika ada banyak peminatnya... Dan ternyata ceritaku dapat di terima oleh  dengan positif mungkin aku update lebih cepat ...

Bye ~ sampai jumpa next chapter (jika aku gk Mager/turu~)