Keadaan rumit

Di saat Aiden dan Juan tengah berbincang, tiba-tiba telepon di atas meja Juan berdering. Dokter muda dan tampan itu lantas langsung mengangkat dan menerima sambungan teleponya. Itu tak lain adalah telepon dari lantai tiga. Dimana Keyzia tengah di rawat di sana.

"Dok, keluarga atas pasein bernama Keyzia meminta untuk membawa pasein pulang." Ucap suster di dalam telepon.

"Bagaimana mungkin? Keadaan pasein masih sangat kritis."

"Tapi, Dok. Keluarga pasien bersikeras untuk membawanya pulang. Mereka bahkan bersedia menandatangani prosedur rumah sakit."

Juan menutup sambungan teleponya. Dia menatap ke arah Aiden kemudian menggelengkan kepalanya pelan. "Kita tidak bisa berbuat apa-apa. Keluarga pasein meminta untuk membawanya pulang." Lugas Juan, membuat Aiden membeliak tajam.

"Mungkin kau harus memikirkan cara agar dapat menemuinya kembali."

Setelah berhasil membawa Keyzia keluar dari rumah tersebut. Beberapa pengawal yang Malik tugaskan membawa Keyzia untuk di rawat pada rumah sakit milik keluarga Lui. Rumah sakit yang jaraknya tidak jauh dari markas besar.

Sementara di ruangan yang berbeda. Zeto tengah berhadapan dengan Malik karena misinya yang gagal, di tambah Keyzia harus mengalami kecelakaan yang begitu parah. Keyzia sendiri kini masih berada dalam kondisi yang sangat kritis. Tidak bisa di pastikan kapan putri semata wayang Malik itu akan tersadar kembali.

Sebelumnya, seberat apapun misi yang Keyzia dan Timo jalankan. Itu akan berjalan lancar dan baik-baik saja. Entah mengapa kali ini rasanya berbeda. Kelompok yang ingin merebut dinamond itu seakan mengetahui bentuk formasi yang sebelumnya telah di susun.

"Aku menyerahkan segalanya kepadamu, Zeto. Selesaikan ini, cari tahu siapa yang sudah berkhianat di belakang kita." Ucap Malik dengan suara beratnya.

Bahkan Malik menyadarinya. Sebenarnya siapa orang yang sudah menusuk dan mengkhianati kelompoknya dari belakang. Dasar bajingan!

***

Sudah dua minggu berlalu semenjak insiden yang menimpa Keyzia. Dan kini, gadis cantik kesayangannya itu mulai menyadari akan keberadaan Maminya. Sebelumnya, Maminya itu tidak pernah meninggalkan Zoi dalam waktu yang lama seperti ini.

Hari ini, Zoi tidak berhenti menangis. Gadis kecil itu terus saja memanggil maminya dan ingin bertemu. Zoi sendiri tidak mengetahui jika saat ini maminya tengah koma karena mengalami kecelakaan. Zoi terus meminta maminya kembali, karena sebelumnya Keyzia sudah berjanji jika dia tidak akan meninggalkan Zoi pergi lagi.

"Aku menginginkan mami, aku ingin mami!" rengeknya di iringi dengan isak tangis yang begitu lantang.

Tampak beberapa pengasuh sangat kewalahan akan tingkahnya. Mereka sudah tidak bisa berpikir lagi bagaimana caranya untuk menghentikan tangisan Zoi. Mereka sudah kehabisan akal. Sementara Zoi terus saja menangis dan tidak berhenti.

Jonathan yang baru saja pulang dan melihat itu lantas langsung menghampiri putri kecilnya. Dan Zoi yang melihat kehadiran papinya tentu saja langsung berlari kea rah Jonathan untuk mengadu.

"Papi, aku ingin bertemu dengan mami. Mami jahat, mami meninggalkanku."

Jonathan meraup tubuh mungil itu ke dalam gendongannya. Dia membawa Zoi masuk ke dalam kamar gadis kecil tersebut. Zoi seolah merasakan apa yang tengah Zoi rasakan untuk Keyzia. Gelisah, takut, dan sedih. Takut jika Keyzia tidak akan pernah membuka matanya lagi.

"Zoi, malam ini tidurlah bersama papi, oke? Besok kita akan pergi bertemu dengan mami." Ucapnya, dan seketika Zoi mengangguk dan menurut.

Karena hanya orang-orang yang menyayanginya yang dapat meluluhkan hati gadis kecil itu. Dan mala mini Jonathan telah berjanji, dia tahu jika besok dia harus menepatinya. Yaitu, membawa Zoi untuk menemui Keyzia.

**

"Kau memiliki akses keluar masuk dengan leluasa." ujar Aiden kepada pria di hadapanya.

Zeto terkekeh pelan. "Malik begitu mempercayaiku."

Kini Zeto tengah berada di dalam markas besarnya bersama Aiden. Mereka sedikit berbincang mengenai perkembangan di dalam kelompok Malik setelah beberapa tahun kemudian Zeto kembali pulang. Sementara tidak banyak yang berubah di sana, hanya saja sesuatu yang akan membuat Aiden sangat tertarik jika di ceritakan.

"Kau tahu jika Keyzia Lui di bawa pulang dan di rawat di rumah sakit milik Lui?" tanya Zeto, dan Aiden tentu mengetahui hal tersebut. Aiden mengangguk pelan kemudian menyesap redwine miliknya.

"Dari kabar yang aku dengar. Kerajaan mafia dan bisnis milik Malik akan di serahkan kepadanya. Beberapa tahun terakhir, Keyzia selalu unggul dalam sebuah misi." Lugas Zeto. Sementara Aiden dengan seksama mendengarkan.

"Siapkan dirimu, kau mungkin akan terkejut setelah mendengar ini."

Aiden terkekeh pelan. Zeto bertingkah sangat berlebihan.

"Keyzia telah menikah dan memiliki seorang putri."

Dan seketika raut wajah Aiden berubah drastis. Air yang mengalir dengan tenang itu mendadak berubah menjadi badai yang siap untuk menerjang. Tatapanya berubah menjadi tajam menusuk, ada kilatan kebencian di dalamnya.

"Siapa pria yang kini bersamanya?"

"Seorang pebisnis terkenal dan kaya raya. Jonathan Priceluis."

Aiden menegak redwinenya hingga tandas. Tidak peduli rasa panas yang menjalar di antara tenggorokan dan perutnya. Kini rasa panas di dalam hatinya mewakili semua rasa panas yang ada di dunia. Aiden kecewa, selama bertahun-tahun akhirnya dia menemukan kekecewaan yang sebenarnya.

Bertahun-tahun Aiden menyakinkan dirinya sendiri jika kabar tentang Keyzia yang mengkhianatinya hanyalah kabar burung belaka. Namun kali ini, Aiden mau tidak mau harus menerima kenyataan itu. Wanita yang sangat di cintainya sudah berkhianat.

"Tenangkan dirimu, Aiden."

"Jika saja aku mengetahuinya lebih awal."

Zeto akui jika semua ini memang sangat terlambat. Entah mengapa beberapa tahun yang lalu Malik malah mengirimnya ke luar negeri untuk mengurusi bisnis mafianya di sana. Dan semenjak itu Zeto tidak dapat menemukan informasi apapun mengenai Keyzia. Malik menutupinya dengan sangat rapat dari dunia.

Seandainya Aiden tahu ini sejak awal. Dia tidak akan mengulur waktu selama bertahun-tahun untuk membalaskan dendamnya. Dulu Aiden menahan hasrat dan ambisinya untuk Keyzia. Namun sekarang tidak lagi. Semuanya hancur. Sama hancurnya seperti beberapa tahun yang lalu.

"Adakan rapat besok pagi. Kita akan mulai menyusun rencana." Perintah Aiden pada Zeto.

Dan Zeto hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah Aiden. Sahabatnya itu memiliki sikap yang kuat dan tegar. Dia tidak mudah goyah begitu saja. Namun karena urusan wanita, dia mampu menahan dirinya selama bertahun-tahun lamanya.

**

Waktu sudah menunjukan pukul setengah tujuh pagi. Sinar mentari mulai menyeruak masuk ke dalam kamar melalui selah-selah gorden yang tidak tertutup dengan rapat. Di atas ranjang, Jonathan membuka matanya yang masih terasa berat. Seketika dia terperanjat karena tidak mendapati Zoi di sampingnya.

"Papi kau sudah bangun? Ayo kita pergi menemui mami." Ajak gadis kecil itu. Ternyata dia tengah duduk di atas kursi belajarnya dan tterus menatap kea rah Zeto.

Kemudian Zoi beranjak, menarik selimut Jonathan dan menepuk-nepuk pipinya pelan. "Papi cepatlah bersiap."

"Baik, tuan putri." Dengan gemas Jonathan mencubit pipi gembil Keyzoi.

Semalam Jonathan menjanjikan akan mempertemukan Zoi dengan Keyzia. Dan di sinilah mereka berada, di depan ruang rawat sebuah rumah sakit.