webnovel

Perfect Husband (Dayton And Angelica)

Menjadi seseorang yang di anggap beban adalah hal yang tidak mudah. Sulit namun tak ada yang bisa di lakukan. Terluka namun tak bisa di ungkapkan. Sakit namun tak bisa di jelaskan.Selamat datang di kisahku. Bahagiakan dia jika kau tak mau sampai kehilangannya.

Irhen_Dirga · Teen
Not enough ratings
16 Chs

Bab 15 ~ Maaf

"Aku minta maaf," ujar Angelica membuat Dayton menatapnya.

"Untuk apa?"

"Karena kamu sudah mau membelaku di depan semua orang, artikel baru saja muncul," ujar Angelica.

"Artikel? Tentangku?" tanya Dayton di susul dengan anggukan Angelica.

"Apa yang mereka katakan tentangku?"

"Semuanya memujimu."

"Memujiku?"

"Hem, semua orang mengatakan bahwa kamu adalah pahlawan, karena menyelamatkanku, dan karir Rihana sudah berakhir, kontrak kerja dengan Romanov Agency telah di batalkan pihak Romanov," ujar Angelica.

"Jadi mereka mengatakan hal itu tentangku?"

"Semua majalah memuatnya."

"Jadi maksudmu sekarang aku sudah di kenal?"

"Iya, kamu adalah pria satu-satunya idaman mereka."

"Mereka?"

"Hem, mereka mengagumimu."

"Dan kamu?"

"Aku juga," jawab Angelica membuat Dayton tersenyum kecil.

Suara ribut dari luar sana terdengar samar-samar, Angelica menghampiri pintu begitu pun dengan Dayton, Angelica sangat tau siapa yang memiliki suara itu, Axen pria yang selama ini selalu mengejarnya.

"Axen? Aku akan keluar menemuinya." Ketika Angelica hendak keluar, Dayton mencegahnya dengan menggenggam tangan Angelica.

"Jangan, tetap saja di sini."

"Tapi dia akan mengganggu kakakku."

"Kamu masih mengkhawatirkannya setelah dia mengusirmu?" tanya Dayton.

"Aku bukan tipe wanita yang pendendam."

"Tapi tetaplah di sini." Dayton memperkuat genggamannya.

"Aku sudah muak sama kamu, Axen, kenapa terus menghubungiku? Aku sudah bilang aku telah menjaminkan Adik tiriku itu untuk kamu, jadi ambil saja dia, aku tak punya uang untuk membayarmu," ujar Arminda.

"Kalau begitu bawa adikmu itu ke hadapanku, jika kamu belum membawanya aku akan membuatmu menderita, Arminda, kamu tahu aku, 'kan? Aku bisa melakukan apa saja," ujar Axen menyeringai mengerikan.

***

Sepeninggalan Dayton bekerja, Angelica pun bersiap untuk menemui Alice di café biasa, Angelica memakai pakaian milik maid itu yang sudah ia tukar dengan dress yang di belikan Dayton untuknya. Suara ponselnya terdengar membuat Angelica meraih ponselnya di atas nakas dan menjawab telpon Alice.

"Halo?"

"Kamu di mana, Angel?"

"Aku baru akan berangkat. Ada apa?"

"Kamu langsung ke mansion saja ya, aku tidak bisa ke café karena ada sesuatu yang harus aku urus."

"Baiklah. Aku akan langsung ke sana."

"Hem, maaf ya, Bebs, karena membatalkan pertemuan kita di café."

"Tidak apa-apa, Alice, aku juga senggang kok."

Alice mengakhiri telpon, membuat Angelica bergegas pergi meninggalkan apartemen.

♥♥♥

Angelica sampai di depan pagar mansion, ketika beberapa pria berpakaian hitam membuka pagar, Angelica terkejut ketika mendengar suara klakson mobil, Angelica heran tapi mencoba tak memperdulikannya dan masih berjalan masuk menuju mansion.

"Angelica!" Panggil seseorang membuat Angelica berbalik.

"Arminda?"

"Kenapa kamu di sini?"

"Aku mengunjungi seorang teman, dan kamu?"

"Aku akan menjadi anggota keluarga ini sebentar lagi, siapa temanmu?"

"Alice," jawab Angelica, berusaha menahan rasa penasarannya agar tak sampai bertanya.

"Apa tak bisa ya membuatku sedikit tenang? Kenapa kamu selalu saja mengikuti kemana pun? Aku sudah menyuruhmu untuk menjauh dan kenapa kamu masih disini haa?", tanya Arminda geram.

"Aku tidak tahu jika kamu di sini, aku hanya mau menemui temanku."

"Jadi … Alice temanmu?"

"Iya."

"Kau—" Suara klakson mobil terdengar ketika Arminda akan mengatakan sesuatu. Arminda menggenggam kasar dagu Angelica.

"Aku peringatkan kamu untuk tidak mengatakan bahwa aku adalah saudaramu, aku tak akan sudi mengakuimu sebagai saudaraku. Jadi, ingat, jangan menyapaku di dalam sana," ujar Arminda melepas genggaman kasarnya di dagu Angelica.

Angelica menitikkan air mata, ia tak sanggup menerima perlakuan kasar Arminda yang tak pernah menyukainya. Angelica selalu sabar menghadapi bagaimana sikap Arminda tapi sekarang rasanya terlalu sakit jika ia memilih diam saja.

Angelica masuk ke mansion dan mendapati Arminda sedang di sambut hangat oleh Lucia, ibunda Dayton. Angelica penasaran siapa yang Arminda maksud yang akan membuatnya menjadi anggota keluarga ini.

"Angelica?" Sapa Lucia.

"Iya, Aunt."

"Apa kamu kemari mau menemui Alice?"

"Iya, Aunt, apa Alice ada di kamarnya?" tanya Angelica.

"Iya, Sayang. Masuklah. Alice masih di kamarnya," jawab Lucia membuat Angelica menundukkan kepala dan melanjutkan langkah kakinya menuju lantai atas.

"Siapa dia, Aunty?" tanya Arminda.

"Dia teman Alice, dia anaknya santun, jadi Aunty anggap dia seperti Alice," jawab Lucia. "Aunty lupa memperkenalkanmu padanya."

"Tidak apa-apa, Aunty, lain kali saja."

"Baiklah. Kamu duduk dulu. Dayton tak tinggal di sini jadi dia tak di mansion."

"Apa? Alvin tak tinggal di sini?"

"Apa Aunty belum mengatakannya? Alvin tinggal di sebuah apartemen, jadi Dayton tak di sini, ia akan kemari jika aunty memanggilnya," ujar Lucia.

"Aishh. Terus ngapain aku di sini kalau Dayton tak di sini? Apa yang aku lakukan sekarang? Aku 'kan kemari ingin menemui Dayton bukan menemui aunty Lucia," batin Arminda.

"Tapi Aunty apa saya bisa bertanya?" tanya Arminda.

"Ada apa, Nak?"

"Kalau boleh tahu Dayton tinggal di apartemen mana?" tanya Arminda.

"Dia tinggal di apartemen—"

"Aku pulang, Mom." Suara seseorang membuat Lucia berbalik dan menghentikan kalimatnya, Dayton terlihat cerah hari ini, tapi sesuatu mengejutkannya ketika melihat Arminda berada di mansion nya.

"Ada apa lagi kamu kemari?" tanya Dayton kasar.

"Sayang, jangan memperlakukan Arminda seperti itu, Nak," ujar Lucia.

"Mom mengundangnya?" tanya Dayton kesal.

"Mom tidak mengundang Arminda, hanya Arminda berkunjug saja, Nak. Bagus donk jika Arminda mau berkunjung," ujar Lucia.

"Iya, Alvin, aku kemari hanya berkunjung kok," sambung Arminda.

"Ada apa sih dengan pria ini? Kenapa dia terlihat membenciku? Aku sangat yakin jika aku tak pernah bertemu dengannya sebelumnya," batin Arminda.

"Apa kamu tidak ada pekerjaan lain? Kenapa sudah di mansion orang di pagi hari?" tanya Dayton kesal.

"Sayang, ada apa denganmu? Arminda hanya berkunjung," ujar Lucia mencoba menghentikan sikap putranya yang terlihat dan terdengar sangat kasar.

"Baiklah, Aunty, saya akan kembali lagi nanti," ujar Arminda beranjak dari duduknya.

"Tapi, Nak, Aunt sudah menyuruh maid menyiapkan jamuan untuk kamu," ujar Lucia.

"Tidak perlu, Aunty, saya harus bekerja. Lain kali saya akan berkunjung lagi," ujar Arminda menundukkan kepala tanda hormatnya kepada sang empunya.

Sepeninggalan Arminda, Lucia menatap sang putra yang terlihat kesal ketika melihat Arminda di sini, belum lama ia melihat senyum putranya mengambang, tapi ketika melihat Arminda senyum itu lalu sirna.

"Ada apa denganmu, Nak? Kenapa kamu terlihat membenci Arminda?" tanya Lucia, penasaran.

"Mom, aku tak suka pada wanita itu."

"Apa kamu mengenalnya?"

"Tidak, Mom," jawab Dayton.

"Jujur sama Mommy, Nak, apa kamu mengenalnya?"

"Aku—"

"Katakan saja, Nak, Mommy janji tak akan mengatakannya pada ayahmu," ujar Lucia meyakinkan sang putra.

"Arminda itu jahat, Mom, dia adalah saudara perempuan Angelica."

"Apa? Tapi tadi mereka bertemu dan mereka tak terlihat saling mengenal."

"Mom, Arminda sangat membenci adiknya, karena menurutnya Angelica telah merebut segalanya dari dia, Angelica adalah anak istri kedua dari ayah Arminda, karena itu Arminda membenci Angelica, baru saja beberapa hari yang lalu Arminda mengusir Angelica dari apartemennya, Arminda tinggal di sebelah unitku, Mom," ujar Dayton menjelaskan.

"Angelica ada di kamar adikmu, dia baru saja datang dan bertemu Arminda di sini, mereka tak saling menyapa, jadi Mom pikir mereka tak saling mengenal, Nak."

"Begitu lah Arminda, Mom, dia bisa menyembunyikan segalanya jika dia menginginkannya, aku memang tak mengenalnya, tapi aku mendengar semuanya dari Angelica bahwa Arminda itu tak suka padanya," ujar Dayton, menggebu-gebu.

"Sejak kapan kamu perduli akan urusan orang lain, Nak? Bukankah kamu mengatakan bahwa akan lebih tenang jika kamu tak ikut campur urusan orang lain? Tapi melihatmu sekarang kayaknya berbeda saja," tanya Lucia, penasaran. Meski ia juga terkejut mendengarkan penjelasan putranya.

"Karena yang ingin aku nikahi adalah Angelica, Mom," jawab Dayton membuat sang Mommy membulatkan matanya penuh.

"Kamu akan menikahi Angelica?" tanya Lucia dan di susul dengan anggukan Alvin yang mengatakan iya. Dayton yakin bahwa Angelica adalah yang terbaik, daripada harus Arminda, jadi ia tak melawan perkataan ayahnya.

"Semoga Mom merestuiku untuk menikah dengan Angelica, dan aku harap, Mom juga membantuku untuk bicara pada Dad agar Daddy tak kecewa dengan keputusanku," ujar Dayton membuat sang Mommy tersenyum bahagia karena melihat putranya akhirnya peka terhadap urusan orang lain. Lucia memeluk putranya begitu dalam karena begitu bahagia melihat perubahan sikap Dayton. Dayton dulu tak pernah perduli, namun melihat ia mengenal Angelica, ia jadi tahu bahwa putranya gini sudah berubah.