webnovel

Perfect Husband (Dayton And Angelica)

Menjadi seseorang yang di anggap beban adalah hal yang tidak mudah. Sulit namun tak ada yang bisa di lakukan. Terluka namun tak bisa di ungkapkan. Sakit namun tak bisa di jelaskan.Selamat datang di kisahku. Bahagiakan dia jika kau tak mau sampai kehilangannya.

Irhen_Dirga · Teen
Not enough ratings
16 Chs

Bab 14 ~ Minta Maaf

"Kenapa pria ini terlihat tak menyukaiku. Aish ... benar-benar tak akan mudah untuk menggaetnya, tapi tidak apalah, anggap saja ini sebuah perjuangan untuk menjadi orang kaya," batin Arminda.

"Aku dan Damian sedang membicarakan bisnis dan mom memanggilku kemari untuk menjodohkanku dengan wanita ini? Aku tak suka Mom, Dad ... aku bisa mencari jodoh sendiri selagi Mom dan Dad tak ikut campur, aku tau mana wanita yang baik dan tidak baik," ujar Dayton penuh penekanan.

"Sejak kapan kamu terlihat membangkang, Dayton? Dad tak memberikan segalanya untuk membuatmu melawan kata dad dan Mommy mu," ujar Rayoen. Sedangkan Alice tersenyum.

"Aku tidak suka Dad dan Mom ikut campur dengan siapa jodohku," ujar Dayton.

"Sadarlah, Dayton, kamu tidak pernah membangkang tentang apa yang ayahmu putuskan?" tanya Lucia heran.

"Mom, Dad .. Kak Dayton memiliki hak untuk memilih dengan siapa dia akan bersama, Kak Dayton bisa mengurusnya, dia akan membawa wanita itu jika dia sudah siap," sambung Alice.

"Siapa wanita itu?" tanya Rayoen.

"Mom sama Dad akan tau siapa yang aku maksud, jadi tak perlu memaksa kak Dayton untuk menerima perjodohan ini, jika Mom dan Dad memaksanya, bisa saja kak Dayton tak akan bahagia," ujar Alice membela sang kakak.

"Aku harus pergi, Mom, Dad dan buat kamu tak usah terus kemari," ujar Dayton hendak berjalan meninggalkan keluarganya, Rayoen berteriak tak sadar jika ternyata disini ada orang lain.

"BERHENTI!" teriak Rayoen.

"Dayton, siapa yang mengajarimu melawan kata Daddy?" tanya Rayoen.

"Dad, aku bisa mencari istri dan jodoh untukku sendiri, Dad tenang saja, aku akan membawanya kemari jika memang sudah waktunya," ujar Dayton menundukkan kepala.

***

Sepeninggalan Arminda, Rayoen dan Lucia duduk diam di ruang keluarga, mereka tak menyangka dengan sikap Dayton yang sudah mulai membangkang bagaimana kata orang tuanya.

"Sayang, benar kata Dayton. Kita tak perlu ikut campur dengan urusan siapa jodohnya nanti, cukup doa yang mencari dan aku yakin dia bisa tau mana yang terbaik untuknya," ujar Lucia mencoba membuat sang suami sadar. Rayoen terlihat sangat marah.

"Bagaimana bisa dia mencari jodohnya sendiri? Selama ini dia tak pernah membawa wanita ke mansion ini, adiknya akan menikah sebentar lagi dan lihat putra kita, dia anak tertua kita, tapi memikirkannya saja sudah salah, dia hanya sibuk bekerja dan tak pernah memikirkan tentang hidupnya," ujar Rayoen.

Alice masuk ke kamarnya dan mendapati sang kakak sedang duduk di sofa, Alice menggeleng lalu menghampiri sang kakak dan duduk di sebelahnya.

"Kenapa kamu masih di sini, Kak? Bukannya kamu mau pulang?" tanya Alice.

"Ada yang ingin aku katakan."

"Apa itu? Kita bisa membicarakannya besok, aku mengantuk," ujar Alice.

"Ini tentang wanita yang tadi."

"Wanita yang tadi? Siapa dia? Kamu kenal, Kak?" tanya Alice penasaran.

"Dia kakak Angelica."

"Apa? Kakak Angelica? Jadi, tadi yang di tanyakan Mommy dan Daddy itu Angelica?"

"Hem, karena itu aku tak menerima perjodohan yang Mom dan Dad rencanakan untukku, apalagi dengan wanita jahat seperti Arminda, dia tak mengenaliku, dan dia tak tau jika aku tinggal di sebelah unitnya," ujar Alvin mendesah tak percaya.

"Woah apa ini? Kenapa tak kamu katakan sama mom dan dad tadi? Jika mereka tau mereka tak akan memaksamu menikah dengannya," ujar Alice kesal.

"Apa kamu lupa jika Mommy dan Daddy tak tahu masalahnya, mereka akan heran jika aku ceritakan."

"Benar juga katamu, Kak, jadi bagaimana? Mommy menyuruh Arminda untuk kembali."

"Biarkan saja dulu, aku akan mencari cara agar Mommy dan Daddy stop berurusan dengan Arminda, adiknya saja tega dia usir apalagi kita ini yang tak mengenalinya, jangan sampai dia hanya akan menumpang hidup," ujar Dayton kesal lalu beranjak dari duduknya.

"Benar katamu, Kak, kita harus menghentikan niat Daddy dan Mommy untuk menjodohkanmu dengan orang itu," ujar Alice

"Ya sudah, aku pulang dulu, yang penting kamu sudah tahu."

"Aku juga memang tak suka sama wanita, sejak tadi dia selalu saja menyusuri seisi mansion dengan matanya," ujar Alice.

"Tapi tunggu, Alice, ada yang ingin aku tanyakan, apa yang kamu katakan pagi tadi? Kamu bertemu Zach?"

"Jangan mengatakan kepada daddy dan mommy tentang niatku membatalkan pernikahan, aku dan Zach akan tetap melanjutkan persiapan pernikahan, jadi kamu tak perlu khawatir lagi, aku tak akan memikirkan bagaimana Windra padaku," ujar Alice.

"Baiklah, aku pergi." Dayton melangkah keluar kamar.

♥♥♥

Angelica duduk di kursi depan meja makan, ia menunggu Dayton yang sejak tadi tak muncul, padahal dia sudah menyiapkan makan malam untuk pria yang sudah banyak menolongnya itu, sampai semua makanan ini begitu dingin, Angelica menahan rasa laparnya demi menunggu Dayton walaupun ia sendiri tak tau kenapa ia melakukan semua ini.

Angelica selalu mengecek jam tangannya, jam menunjukkan pukul 9 malam.

Suara ponselnya terdengar membuat Angelica menjawab telpon dari Alice.

"Halo, Alice? Ada apa Bebs malam-malam begini?" tanya Angelica yang sebenarnya mengharapkan telpon dari Dayton.

"Kita harus bertemu besok, ada yang ingin aku sampaikan sama kamu."

"Apa itu, Alice?"

"Kamu akan tahu jika besok kita bertemu, jadi jangan lupa untuk datang di café biasa."

"Baiklah, Bebs, aku akan menemuimu besok."

"Ya sudah, beristirahat-lah."

"Alice, aku—"

"Ada apa, Angel?"

"Dayton belum kembali sejak tadi, apa dia masih marah sama aku?" tanya Angelica.

"Dia sudah di jalan pulang, dia baru saja berkunjung."

"Oh syukurlah. Baiklah, Alice, sampai jumpa." Angelica mengakhiri telpon.

Angelica kembali memanasi makanan yang sudah ia buat sejak sore tadi, semua ia siapkan untuk Dayton sebagai permohonan maafnya yang sudah dengan berani menantangnya setelah semua yang Dayton lakukan untuknya.

Suara beep apartemen terdengar membuat Angelica tersenyum lalu menghampiri Dayton yang sedang berjalan masuk, Dayton memicingkan mata melihat perubahan sikap Angelica yang lebih manis dari sebelumnya.

"Kamu sudah pulang?" tanya Angelica basa-basi.

"Kamu menungguku?" tanya Dayton.

"Iya. Apa kamu sudah makan malam? Aku sudah masak sesuatu untuk kamu," ujar Angelica layaknya seperti seorang istri.

"Aku su-- maksudnya aku belum makan," jawab Dayton.

"Aku pikir kamu sudah makan malam di mansion."

"Oh, tadinya aku mau makan tapi—"

"Ya sudah, tak perlu menjawabnya. Ayo masuk," ajak Angelica.

"Aku sedang memanaskan makanan ini dan kamu ganti baju dulu," ujar Angelica lalu menghampiri makanan yang ia panaskan di atas kompor, Dayton tersenyum kecil melihatnya dan masuk ke kamarnya.

Di menit kemudian Angelica menata makanan yang sudah ia siapkan di atas meja, Dayton melihatnya dan hanya tersenyum kecil.

"Ayo makan, Dayton," ajak Angelica.

"Hem." Dayton lalu duduk di kursi kebesarannya.

Angelica membantu Dayton menyendokkan makanan di atas piringnya, Dayton tak kuasa menahan rasa senangnya dan sejak tadi tersenyum kecil, Angelica bersikap sangat manis tentu saja Dayton tahu apa maksud dari semua ini. Angelica ingin meminta maaf atas sikap kasarnya tadi pagi, jadi Dayton menerimanya dengan senang hati.

Mereka lalu menikmati makan malam bersama, Dayton sesekali mencuri-curi pandang melirik ke arah Angelica, Dayton sebenarnya sudah makan malam bersama Damian di resto, tapi menghargai niat tulus Angelica, Dayton lalu makan kembali walaupun sudah sangat kenyang.