webnovel

Latihan Bersama Teman Baru

Sudah hampir sepuluh bulan sejak Rise memulai latihannya dengan Master Hiro di kuil terpencil di luar Prosperam Urben. Latihan itu keras dan tanpa henti, tetapi Rise tahu bahwa untuk melindungi kerajaan dan orang-orang yang dicintainya, dia harus menjadi lebih kuat.

Suatu pagi, saat matahari baru saja terbit, Rise sedang mempersiapkan diri untuk latihan ketika tiba-tiba dia mendengar suara langkah kaki mendekat. Dia menoleh dan melihat Katze dan Lina berjalan mendekat.

"Selamat pagi, Rise!" sapa Katze dengan ceria. Lina, yang berdiri di sampingnya, mengangguk sambil tersenyum.

"Selamat pagi," balas Rise dengan senyuman. "Apa yang membawa kalian ke sini?"

Katze melangkah maju. "Aku dan Lina telah memutuskan untuk bergabung dengan pelatihanmu. Kami ingin menjadi lebih kuat dan mampu membantu melindungi kota dan kerajaan ini. Selain itu, aku juga memiliki sebuah kutukan yang mungkin bisa membantu."

Rise mengerutkan kening, merasa perlu untuk mengetahui lebih banyak. "Lalu, bagaimana dengan kedai teh kalian? Dan juga pekerjaanmu, Katze? Kamu akan meninggalkannya?"

Katze tersenyum meyakinkan. "Jangan khawatir, Rise. Lina adalah anak pemilik kedai teh itu. Mereka mendukung niat kami untuk bergabung dengan pelatihan ini sepenuhnya dan telah menemukan orang lain untuk membantu mengurus kedai selama kami tidak ada."

Lina menambahkan, "Ya, kami sudah memikirkan semuanya. Kami merasa ini adalah kesempatan yang terlalu penting untuk dilewatkan."

Rise mengangguk, merasa lega. "Baiklah, jika kalian sudah yakin, mari kita bicarakan dengan Master Hiro."

Mereka bertiga berjalan menuju tempat di mana Master Hiro biasanya memulai latihannya. Hiro, seorang pria tua yang tampak bijaksana dengan rambut putih dan janggut panjang, sedang menunggu di depan kuil.

"Selamat pagi, Master Hiro," sapa Rise dengan hormat. "Teman-temanku ingin bergabung dengan pelatihan kita."

Tiba-tiba, Master Hiro melihat Rise yang berdiri di samping, dan dia terlihat terkejut. "Kau punya teman?" tanyanya dengan nada sedikit terkejut. Biasanya, Rise dikenal sebagai sosok yang sangat suram dan sendirian, dan Master Hiro mulai bertanya-tanya apakah libur dua hari itu telah memberikan dampak positif padanya.

Rise tersenyum kecil. "Ya, Master Hiro. Mereka adalah teman-teman baru yang kukenal selama liburan ku. Mereka ingin belajar menjadi lebih kuat dan membantu melindungi kota ini," jawab Rise dengan nada tenang.

Master Hiro mengamati mereka dengan tatapan penuh perhatian sebelum akhirnya mengangguk. "Baiklah, jika kalian ingin berlatih, aku akan menerima kalian. Tapi jangan harap pelatihan ini akan mudah," ujarnya sambil melirik sekilas ke arah Rise.

Master Hiro kembali menatap Katze dan Lina dengan mata tajam namun penuh kebijaksanaan. "Apa yang membuat kalian ingin bergabung dengan pelatihan ini?"

Katze melangkah maju dan menjelaskan tentang Kutukan Nightshade miliknya dan keinginannya untuk menjadi lebih kuat. Lina juga menjelaskan tentang kekuatan sihirnya dan bagaimana dia bisa mendukung tim.

Rise terkejut mendengar penjelasan itu. "Jadi itu kutukan yang kamu sebutkan sebelumnya?" tanyanya, ingin tahu lebih lanjut.

Katze mengangguk. "Ya, kutukan Nightshade. Kutukan ini memberikan aku kemampuan untuk mengendalikan racun. Aku bisa menghasilkan efek paralisis sementara pada musuh-musuhku dan juga meningkatkan kecepatan serta kelincahan tubuhku. Namun, aku harus berhati-hati karena penggunaan yang berlebihan bisa membahayakan diriku sendiri."

Rise menundukkan kepala dan memegang dadanya, memikirkan kutukan Aconite yang ada di jantungnya. "Ini agak mirip dengan kutukan yang ada di jantungku," pikirnya, meskipun dia tahu kutukan Nightshade pasti sangat berbeda.

Master Hiro mengangguk, memahami penjelasan Katze. "Kutukan yang menarik dan berbahaya jika tidak digunakan dengan bijaksana. Bagaimana denganmu, Lina?"

Lina melanjutkan, "Aku memiliki kemampuan sihir penyembuhan dan buff. Sihirku dapat mempercepat penyembuhan luka, meningkatkan kekuatan dan ketahanan tim, serta memberikan perlindungan sementara dari serangan musuh. Aku percaya kemampuan ini akan sangat berguna dalam latihan dan pertempuran."

Master Hiro mengangguk perlahan. "Baiklah. Pelatihan ini tidak mudah dan akan menuntut banyak dari kalian. Jika kalian siap untuk berkomitmen, aku akan menerima kalian sebagai murid."

Katze dan Lina mengangguk dengan semangat. "Kami siap, Master Hiro," kata mereka serempak.

Hari itu, pelatihan dimulai dengan intensitas yang lebih tinggi. Master Hiro memperkenalkan berbagai latihan yang dirancang untuk menguji kekuatan, ketahanan, dan kemampuan mereka untuk bekerja sama sebagai tim.

Sementara Rise melanjutkan latihannya dengan memfokuskan diri pada keterampilan pedang, Katze menguji kemampuan kutukan Nightshade-nya. Dia mengendalikan energi kutukannya untuk menciptakan semacam pelindung atau penghalang sementara, menguji sejauh mana dia bisa mempertahankan pengaruhnya tanpa membebani dirinya sendiri. Melalui latihan ini, dia mencoba untuk memahami lebih baik cara memanipulasi energi kutukan dengan lebih presisi dan terampil.

Lina, di sisi lain, memfokuskan dirinya pada penguasaan sihir penyembuhan dan buff. Dia berlatih untuk memberikan energi positif yang dapat membantu mendukung dan memperkuat rekan timnya. Dengan memadukan sihir penyembuhan dengan kekuatan mendukung, Lina berusaha meningkatkan efisiensi dan daya tahan tim secara keseluruhan.

Setelah latihan masing-masing selesai, Katze dan Lina diizinkan untuk beristirahat. Sedangkan Rise tetap bersama Master Hiro untuk melanjutkan pelatihan. Namun, kali ini Rise sudah terbiasa dengan rutinitas pelatihan yang ketat. Staminanya semakin kuat dan tahan lama, memungkinkan dia untuk menghadapi tantangan baru yang diberikan oleh Master Hiro.

Master Hiro memutuskan untuk menguji keterampilan Rise dengan latihan yang lebih kompleks dan intens. Dia memberikan berbagai latihan bertubi-tubi yang menguji refleks, kecepatan, dan ketepatan serangan Rise. Rise mampu merespons dengan cepat dan menghadapi setiap serangan dengan ketepatan yang lebih baik dibanding sebelumnya. Setiap latihan memberikan tekanan tambahan, namun Rise menunjukkan perkembangan yang menggembirakan.

Master Hiro mengamati dengan seksama dan memberikan arahan berkelanjutan, membimbing Rise untuk memperbaiki tekniknya dan mengasah insting perangnya. Rise bekerja keras, merasa lebih percaya diri dengan kemampuan barunya, dan merasa bahwa dia semakin dekat untuk mengalahkan boneka pedang yang telah menjadi simbol dari perjuangannya.

Sementara itu, Katze dan Lina menggunakan waktu istirahat mereka untuk berbicara dan berbagi pengalaman pelatihan mereka sendiri. Mereka bertukar pandangan tentang bagaimana mereka dapat mendukung Rise dan belajar bersama untuk menjadi lebih kuat sebagai tim.

Tak lama kemudian, Master Hiro dan Rise menyelesaikan latihan mereka. Sekarang, saatnya latihan yang lebih menantang. Master Hiro memberi instruksi kepada mereka bertiga untuk menuju tempat selanjutnya, di mana boneka pedang telah menunggu. Dalam latihan ini, mereka akan diuji dengan berhadapan langsung dengan boneka pedang sebagai tim.

Katze dan Lina mengikuti Rise, merasa sedikit gugup namun juga bersemangat untuk menghadapi tantangan ini. Mereka memasuki arena pelatihan yang luas, di mana boneka pedang sudah bersiap dengan pedangnya yang terbuat dari bahan yang kuat dan tajam. Master Hiro menginstruksikan mereka untuk bekerja sama dan memanfaatkan kekuatan unik masing-masing dalam melawan boneka pedang.

Rise menyiapkan pedangnya dan mengambil posisi bertarung. Katze bersiap dengan kutukan Nightshade-nya, sementara Lina fokus pada sihir penyembuhan dan buff yang dapat meningkatkan kekuatan dan daya tahan tim. Mereka menunggu aba-aba dari Master Hiro dan segera berhadapan dengan boneka pedang.

Salah satu latihan paling menantang adalah latihan bertarung melawan boneka pedang yang memiliki kemampuan seperti manusia nyata. Rise, yang telah berbulan-bulan berjuang melawan boneka ini, kini memiliki dukungan dari teman-temannya.

"Katze, gunakan kekuatan Nightshade-mu untuk melemahkan boneka itu," perintah Rise saat mereka menghadapi boneka pedang. "Lina, berikan buff kekuatan pada kita!"

Katze mengangguk dan segera memfokuskan kekuatannya, membuat boneka pedang itu bergerak lebih lambat dan rentan. Lina mengangkat tangannya dan menyenandungkan mantra, memberikan aura kekuatan tambahan pada mereka bertiga.

Namun, saat aura kekuatan itu mulai menyelimuti tubuh mereka, Rise merasakan perbedaan. Aura kekuatan yang diberikan Lina hanya masuk kepada Katze. Rise mencoba merasakan dampak dari aura kekuatan itu, namun tidak ada perubahan yang signifikan. Dia merasa tubuhnya menolak pengaruh dari aura yang diberikan Lina.

"Sepertinya karena aku memiliki kutukan Aconite dan Mawar Hitam, sebab itu buff yang diberikan Lina tidak berfungsi kepadaku," gumam Rise dengan nada sedikit kesal selama pertarungan.

Katze dan Lina mencoba mengabaikan komentar Rise dan terus fokus pada pertempuran. Mereka berdua menggunakan kemampuan mereka sebaik mungkin untuk membantu Rise mengatasi boneka pedang dengan strategi yang terkoordinasi.

Rise terus maju dan maju, menghindari serangan boneka pedang dengan penuh keterampilan dan ketepatan. Katze membantu dengan mengendalikan gerakan boneka pedang, sementara Lina memberikan buff tambahan untuk meningkatkan kemampuan serangan dan pertahanan mereka. Namun, meski begitu, upaya Lina untuk memberikan aura kekuatan kepada Rise tak kunjung berhasil.

Lina merasa cemas saat menyadari bahwa buff yang dia berikan tidak memberi dampak pada Rise. Dia terus mencoba, namun setiap kali energinya mencapai Rise, ia merasa seakan-akan terhalang oleh sesuatu. Mencoba tidak memperlihatkan kegelisahannya, Lina terus berusaha dan memberikan dukungan sekuat mungkin dari sisi mereka.

Namun, pada akhirnya, boneka pedang itu berhasil melancarkan serangan yang mengejutkan dan cepat. Katze dan Lina pun tersingkir terlebih dahulu dari pertempuran. Rise menjadi satu-satunya yang tersisa di medan pertempuran. Dia berjuang untuk tetap bertahan, tapi boneka pedang itu terus menekan dan menyerangnya dengan intensitas yang meningkat.

Kekhawatiran Lina semakin dalam saat melihat Rise menghadapi boneka pedang sendirian. Dia terus memerhatikan dari sisi, merasa kecewa karena upaya buff yang dia berikan tidak berguna. Dalam hatinya, dia terus meminta maaf kepada Rise, merasa bersalah atas kegagalan mendukungnya.

Lina duduk dengan air mata berlinang di pipinya, suara lirih terdengar dari mulutnya. "Aku minta maaf, Rise. Aku tidak bisa membantu seperti yang seharusnya," katanya dengan suara penuh penyesalan.

Rise memandang Lina dengan tatapan tajam dan sinis. "Berisik," katanya dengan suara kasar. "Aku tidak butuh penyesalanmu. Aku butuh kalian berdua untuk menjadi lebih kuat! Jangan terus-terusan merasa bersalah! Mulai dari sekarang, berhenti jadi beban!"

Perkataan kasar dan tajam dari Rise mengena di hati Lina, yang sudah merasa cukup terpuruk dengan kegagalannya. Namun, tanpa diduga, sesuatu yang berbeda terjadi. Tiba-tiba, tubuh Rise memancarkan cahaya gelap dan kedua pedangnya, Kaze dan Hikari, tampak melapisi diri mereka dengan aura hitam dan api berwarna hitam di bilah mereka.

Lina dan Katze terkejut dengan perubahan yang tiba-tiba ini. Mereka memperhatikan dengan cemas saat Rise memegang pedangnya dan siap untuk menghadapi boneka pedang itu lagi. Lina merasakan sensasi aneh di udara, seolah ada energi kuat yang terhubung dengan Rise dan memampukan dia untuk melawan dengan lebih sengit.

Katze menatap Rise dengan kekaguman dan sedikit ketakutan. "Apa yang... bagaimana ini bisa terjadi?" bisiknya kepada Lina, yang hanya bisa menggelengkan kepala dengan perasaan campur aduk antara takut dan heran.

Master Hiro yang sedang duduk di dekat Katze dan Lina mendengar bisikan itu dan ikut berbicara. "Ini adalah Rise yang sesungguhnya. Tenang saja, jika dia mengamuk, aku akan hentikan."

Katze dan Lina mendengarkan kata-kata Master Hiro dengan perasaan lega. Mereka tahu bahwa meskipun Rise telah berubah dan menunjukkan kekuatan yang luar biasa, ada perasaan lega dalam ketenangan dan ketegasan Master Hiro yang selalu ada di samping mereka.

Master Hiro, Katze, dan Lina merasakan pengaruh dari kabut yang menciptakan visibilitas terbatas dan kebingungan. Mereka semua merasa bingung dan mencoba mencari arah dengan tangan mereka sendiri. Namun, Master Hiro cepat menyadari bahwa ini adalah kemampuan yang baru Rise tunjukkan, dan dia terus menggunakan instingnya untuk mengamati pergerakan Rise di dalam kabut.

Dengan tenang, Rise memanfaatkan kekuatan baru yang baru aktif, mengucapkan Shadow Veil untuk menciptakan kabut bayangan di sekitar mereka. Master Hiro segera mengenali kekuatan ini dan memperkirakan bahwa ini adalah kemampuan Rise yang telah menguasai pedang Kage-nya dengan kuat.

Saat kabut terbentuk, Rise bergerak cepat, menggunakan Nightmare Slash. Dia berpindah tempat dengan gesit dari dalam kabut, berdiri tepat di belakang Boneka Pedang, dan menebasnya dengan kekuatan bayangan yang begitu kuat sehingga memecah Boneka Pedang menjadi puing-puing. Tak hanya itu, sebagian bangunan kuil ikut hancur terkena serangan ini.

Rise merasa kelelahan, tubuhnya terasa lemas setelah mengeluarkan kekuatan yang begitu besar. Dia jatuh pingsan di tempat.

Katze dan Lina tercengang dengan kekuatan yang baru saja ditunjukkan Rise. Mereka berdua bergegas menuju Rise dan membantu membawanya keluar dari sisa-sisa kuil yang hancur. Master Hiro, meskipun terkejut dengan kerusakan yang ditimbulkan, tetap tenang dan membantu mendampingi Rise menuju tempat yang aman.

Pada sore hari saat matahari mulai terbenam, Rise bangun dari pingsannya. Ia merasakan kelelahan di seluruh tubuhnya, tetapi yang paling menarik perhatiannya adalah aroma makanan yang datang dari luar kuil. Dengan perlahan, Rise bangkit dan berjalan menuju arah bau itu.

Di luar kuil, dia melihat Katze, Lina, dan Master Hiro sedang memasak bersama. Mereka tampak ceria, berbicara satu sama lain dengan ramah. Namun, ketika Rise menoleh ke arah kuil, dia melihat kerusakan yang telah dia sebabkan. Sebagian besar bangunan kuil itu hancur, dan pemandangan itu membuatnya tersentak.

"APA YANG TERJADI DI SINI?!" teriak Rise, terkejut dan merasa bersalah.

Katze, Lina, dan Master Hiro berhenti sejenak dan menoleh ke arah Rise. Ekspresi terkejut di wajah Rise membuat mereka sadar betapa dia terpengaruh oleh apa yang telah terjadi.

Master Hiro tersenyum tipis dan berjalan mendekati Rise. "Tenang, Rise. Itu hanya hasil dari latihanmu. Kamu menunjukkan kekuatan yang luar biasa hari ini."

Rise masih terguncang dan melihat ke arah kuil yang hancur. "Tapi... aku merusak kuilnya..."

Master Hiro menepuk bahu Rise dengan lembut. "Kuil ini bisa diperbaiki. Yang penting adalah kamu sudah menunjukkan kemajuan yang signifikan. Kamu harus belajar mengendalikan kekuatanmu, dan itu membutuhkan waktu."

Setelah hening sejenak, Master Hiro melanjutkan dengan suara serius namun lembut, "Rise, ada satu hal lagi yang perlu kamu lakukan. Kamu harus meminta maaf kepada Lina."

Rise mengangkat alisnya, bingung. "Meminta maaf? Kenapa?"

Master Hiro menghela napas. "Kata-katamu tadi menyakiti hati Lina. Meskipun dia terlihat senang dan ceria di luar, hatinya pasti hancur karena kamu. Dia hanya mencoba yang terbaik untuk membantu, dan kamu malah marah padanya. Sebagai seorang pejuang, kamu harus belajar menghargai dan menjaga perasaan teman-temanmu."

Rise terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Master Hiro. Dia menoleh melihat Lina yang sedang tersenyum dan berbicara dengan Katze, meskipun matanya terlihat sedikit lelah dan sedih.

Dengan langkah pelan, Rise mendekati Lina. "Lina, aku... Aku minta maaf atas kata-kataku tadi. Aku tidak seharusnya marah padamu. Kamu hanya berusaha membantu, dan aku sangat berterima kasih untuk itu."

Lina menoleh, terkejut namun tersenyum lembut. "Tidak apa-apa, Rise. Aku tahu kamu sedang dalam tekanan. Tapi terima kasih karena sudah mau meminta maaf. Itu berarti banyak bagiku."

Katze yang berada di dekat mereka tersenyum lebar, merasa lega melihat rekonsiliasi antara teman-temannya. Master Hiro mengangguk puas, melihat bahwa pelajaran penting tentang persahabatan dan kerja sama telah dipahami oleh murid-muridnya.

Lina, dengan senyum lembut di wajahnya, melangkah lebih dekat kepada Rise. "Rise, ada satu hal lagi yang ingin aku lakukan," katanya dengan suara tenang.

Rise merasakan aura yang berbeda dari Lina—sesuatu yang lebih dalam dan lebih serius. Ada kilatan di mata Lina yang membuatnya merasa sedikit gentar. Meskipun senyuman Lina tetap lembut, ada sesuatu yang menakutkan di baliknya. Rise mulai gemetar, tidak bisa menghilangkan perasaan takut yang tiba-tiba menyerangnya.

Lina mendekat, menempatkan tangannya di bahu Rise. "Aku tahu kamu menyesal," kata Lina dengan lembut, "dan aku menghargai permintaan maafmu. Tapi kamu juga harus mengerti bahwa kata-kata memiliki kekuatan, sama seperti pedang. Kamu harus belajar untuk mengendalikan tidak hanya kekuatan fisikmu, tapi juga emosimu."

Rise hanya bisa mengangguk, merasa terintimidasi oleh ketegasan Lina yang lembut namun menakutkan. "Iya, aku mengerti. Terima kasih, Lina," jawabnya dengan suara gemetar.

Lina tersenyum lagi, kali ini dengan lebih hangat. "Bagus. Kita semua di sini untuk belajar dan menjadi lebih kuat bersama. Mari kita lanjutkan dengan semangat baru."

Rise menghela napas lega saat aura menakutkan itu menghilang, menyadari bahwa dia masih banyak belajar tentang tidak hanya kekuatan dan keterampilan, tapi juga tentang hubungan dan emosi.

Katze tersenyum melihat momen tersebut, lalu berkata, "Ayo, kalian berdua. Makanannya sudah matang. Kita sebaiknya kembali ke api unggun dan makan bersama."

Master Hiro mengangguk setuju. "Benar, tidak baik membiarkan makanan dingin. Katze, kamu juga bergabunglah dengan mereka."

Mereka semua kembali ke api unggun, tempat makanan yang telah matang menunggu. Suasana yang sebelumnya tegang mulai mencair, digantikan oleh tawa dan obrolan hangat. Mereka duduk melingkari api, menikmati makanan sederhana namun lezat yang telah mereka siapkan bersama.

Katze, dengan senyum lebar, mengangkat mangkuknya. "Untuk kita semua, semoga kita semakin kuat dan selalu bersama!"

Mereka semua mengangkat mangkuk mereka, tertawa, dan mulai menikmati makanan. Suasana menjadi santai, penuh dengan canda dan tawa. Master Hiro menceritakan beberapa kisah lucu dari masa mudanya, sementara Katze dan Lina berbagi cerita tentang pengalaman mereka di kedai teh.

Setelah beberapa saat, Katze memandang Rise dengan penasaran. "Rise, boleh aku bertanya sesuatu yang sudah lama aku penasaran?" katanya, suaranya sedikit lebih serius.

Rise mengangguk, mengunyah potongan dagingnya. "Tentu, Katze. Apa yang ingin kau tanyakan?"

Katze menatapnya dengan mata penuh keingintahuan. "Aku ingin tahu, bagaimana bisa kau mendapatkan dua kutukan sekaligus, Mawar Hitam dan Aconite? Kasus ini sangat langka, hampir tidak pernah terjadi."

Rise terdiam sejenak, menelan makanannya sebelum menjawab dengan tenang. "Sebenarnya, itu adalah hasil dari serangkaian kejadian yang tidak terduga. Kedua kutukan tersebut sebenarnya berasal dari Raja Iblis Kegelapan, Florian."

Katze dan Lina terkejut mendengar hal itu, sementara Master Hiro mengangguk pelan, mengetahui sebagian besar cerita tersebut.

Rise melanjutkan dengan santai, "Kutukan Mawar Hitam aku dapatkan saat Florian menangkapku, memasukkanku ke penangkaran, dan langsung memberiku kutukan itu. Sedangkan kutukan Aconite, terjadi ketika aku pingsan di bawah pohon beringin, di Kerajaan Gothern Varka. Dalam alam bawah sadarku, Florian menusukkan pedangnya yang bersinar merah ke jantungku, menciptakan segel agar tidak bisa lepas. Pedang itu telah menyatu sepenuhnya dengan tubuhku, menciptakan kutukan Aconite."

Lina mengerutkan kening. "Bukankah itu sangat berbahaya? Bagaimana kau bisa menanggungnya?"

Rise tersenyum tipis. "Itu tidak mudah. Ada banyak rasa sakit dan perjuangan. Tapi, aku menemukan cara untuk mengendalikan mereka, sedikit demi sedikit. Aku juga mendapatkan bantuan dari orang-orang di sekitarku, seperti Wildes, Lili, Master Hiro. Dan, sekarang aku memiliki kalian."

Lina, yang masih penasaran, bertanya, "Rise, siapa itu Lili? Dan kenapa namanya sangat berarti bagimu?"

Rise menghela napas dan menjawab dengan suara santai namun dingin, "Lili adalah seorang Putri Kerajaan di Gothern Varka. Dia menemukanku saat aku pingsan di bawah pohon beringin. Meskipun aku adalah orang asing, dia membawaku ke istana, merawat lukaku, dan memberiku tempat tinggal. Dia juga menganggapku sebagai keluarga dan sahabat. Tanpanya, mungkin aku tidak akan bisa sampai sejauh ini."

Lina mengangguk pelan, merenung sejenak sebelum melanjutkan, "Rise, ketika latihanmu selesai di sini, bolehkah aku ikut denganmu ke Gothern Varka? Aku ingin bertemu dengan Lili dan belajar lebih banyak tentang sihir serta cara untuk mendukungmu dan tim kita."

Rise melihat Lina dengan sedikit rasa bersalah, mengingat betapa kasarnya dia tadi. Dengan nada yang lebih lembut, dia menjawab, "Tentu, Lina. Aku akan senang jika kau ikut. Kita bisa belajar bersama dan menjadi lebih kuat."

Setelah selesai berbicara, Rise melihat ke langit, bergumam pelan, "Sedang apa Lili di sana sekarang? Aku merindukannya." Dia tersenyum tipis, mengingat momen-momen indah bersama Lili. "Dan Wildes," tambahnya, "selalu memanggilku cebol. Aneh, tapi entah bagaimana, aku merindukan panggilan itu."

Lina yang mendengar gumaman Rise, merasa semakin terhubung dengan sahabat barunya. "Pasti berat bagimu, Rise, berada jauh dari mereka," katanya dengan nada lembut.

Rise hanya mengangguk. "Ya, tapi aku tahu ini adalah bagian dari perjalanan kita. Kita semua memiliki orang-orang yang kita rindukan dan kenangan yang kita bawa. Itu yang membuat kita lebih kuat."

Katze, mendengar percakapan itu, tersenyum dan berkata, "Benar, dan suatu hari nanti, kita semua akan berkumpul kembali dengan mereka. Sementara itu, mari kita jadikan setiap hari sebagai langkah menuju tujuan itu."

Mereka semua terdiam sejenak, membiarkan malam yang tenang melingkupi mereka dengan kedamaian. Perjalanan mereka mungkin masih panjang, tapi dengan semangat persahabatan dan tekad yang kuat, mereka tahu mereka bisa menghadapinya bersama.

Malam itu, setelah mereka selesai makan, mereka memutuskan untuk tidur di luar kuil, di bawah bintang-bintang yang berkelap-kelip. Udara malam yang sejuk membawa kedamaian, dan suara alam sekitar membuat mereka merasa tenang.

Rise berbaring, menatap langit dengan pikiran yang bercampur aduk. Meskipun dia masih merasa bersalah atas sikapnya tadi, dia juga merasa beruntung memiliki teman-teman seperti Katze dan Lina.

Lina berbaring di sebelahnya, melihat bintang-bintang. "Ini indah, bukan? Aku tidak sabar untuk melihat apa yang akan kita capai bersama."

Rise mengangguk pelan. "Ya, ini indah. Kita akan menghadapi semua tantangan bersama."

Dengan itu, mereka semua terlelap, membiarkan malam yang tenang dan bintang-bintang yang berkilauan menjadi saksi perjalanan mereka yang baru saja dimulai. Mereka siap menghadapi hari-hari yang akan datang, lebih kuat dan lebih bersatu dari sebelumnya.