webnovel

Over–Reincarnation: Life In Another World

Hidupnya berubah 180 derajat setelah mengalami kejadian itu. Ia, Llên Auvrore Kiriya, mengalami kecelakaan yang membuatnya memiliki sesuatu yang melebihi akal sehat makhluk manapun. Kehidupannya telah berubah pesat. Yang semulanya tenang menjadi penuh bahaya. Dengan pengetahuan dan ingatan dari kehidupan sebelumnya, ia menikmati hidupnya yang tidak pernah tenang.  ••• Cover: Pinterest, Google Update? Random, paling cepat 1 chapter/1 minggu.  ––– [Cerita ini hanya ada di platform Webnovel.]

Skartha · Anime & Comics
Not enough ratings
6 Chs

Rumput, rumput, dan rumput - 1.2

Saat membuka mata, aku sudah berada di sebuah padang rumput yang sangat luas. Dimana sebenarnya aku berada?

Hanya ada rumput, rumput, dan rumput sejauh mata memandang, walaupun begitu, ada satu bunga yang tumbuh tidak jauh dari tempatku berada.

Bentuk bunga itu seperti bunga tulip. Mungkin itu memang tulip. Tulip berwarna hitam. Aku tidak tahu bagaimana tulip bisa memiliki warna seperti ini dan aku tidak terlalu peduli.

Aku berdiri dan melihat sekeliling, semoga saja aku menemukan sebuah karavan atau apapun itu di tengah padang rumput ini.

Sadar apa yang terjadi sebelum aku berada disini dan itu terasa sangat nyata. Sekarang, aku terbangun di tempat antah berantah yang jauh dari tempat tinggal manusia.

Aku masih mencari sesuatu seperti rumah penduduk atau apapun itu. Tetapi aku tidak menemukan apapun. Sama sekali.

Aku menjatuhkan diriku pada rumput yang terasa halus itu. Jika aku berada di rumahku, rumputnya akan terasa sangat gatal. Tapi disini, rumputnya sangat halus dan cocok digunakan sebagai alas tidur.

Menutup mata, menikmati hembusan angin yang tidak mungkin di dapatkan di daerah perkotaan. Aku hanya bisa bersyukur bisa menikmati ini.

Tapi aku tidak tahu sampai kapan aku bisa bertahan di tempat ini.

Entah sudah berapa lama waktu berlalu. Langit berubah menjadi oranye, matahari hampir terbenam. Ini adalah pemandangan surga yang dapat menghasut seseorang.

Tapi tidak untukku. Aku saat ini sedang berpikir tentang apa yang harus aku lakukan selanjutnya. Tidak memiliki makanan ataupun tempat tinggal, bahkan kehidupan seorang gembel lebih baik daripada diriku saat ini.

Aku berdiri dan memutuskan untuk mencari sesuatu untuk dimakan. Karena jika tidak, aku harus memakan rumput dan minum dari embun besok pagi, seperti orang aneh.

Walaupun aku merasa sudah berjam-jam di tempat ini, aku sama sekali tidak merasakan haus atau lapar, ini seperti aku sudah tidak memiliki hasrat seperti itu. Yah, itu mungkin hanya perasaanku saja.

Melihat kebelakang, aku sudah kehilangan pandangan pada tulip hitam yang aneh itu. Aku tidak tahu sudah berapa jauh aku berjalan di padang rumput yang sangat datar ini.

Jujur saja, sejak tadi aku hanya melihat hal yang sama. Rumput, rumput, dan rumput dimana-mana. Ini membuatku muak!

Mengeluh pun tidak akan mengubah apapun. Aku disini dan di manapun tempat ini berada, aku sudah terjebak disini. Tanpa makanan dan tanpa persediaan.

Bahkan jika ada padang rumput yang luas seperti ini, tidak mungkin padamg rumput itu akan sedatar tempat ini. Ini seperti bukan buatan alam.

Sudah beberapa waktu berlalu sejak aku melanjutkan langkahku. Rasa lapar... atau haus sama sekali tidak terasa... aku bahkan mulai mempertanyakan "apakah aku masih seorang manusia atau bukan" kepada diriku sendiri.

Dari kejauhan, aku melihat sedikit siluet cahaya berwarna oranye jingga seperti lampu pijar model lama. Itu... adalah sebuah rumah! Akhirnya, aku selamat dari kesepian!

Tunggu, jika begitu... aku tidak yakin apakah itu benar-benar rumah atau tidak. Bisa saja itu hanyalah ilusi optik yang tercipta karena diriku sendiri. Tidak, jika begitu. Aku tidak mungkin masih bisa berpikir jernih seperti ini.

Uh, sepertinya aku terlalu overthinking tentang semua ini. Yah, entah ilusi ataupun bukan—bahkan jiak ada bahaya—aku akan tetap menghampiri rumah misterius itu.

—Lagipula, tidak ada salahnya untuk mencoba mati sekali lagi dengan cara yang berbeda, 'kan.

Sepertinya beberapa sel otakku sudah mulai putus, bahkan jika sekilas memikirkan hal itu, akan tetap menyeramkan. Apakah aku menjadi masokis karena tabrakan itu? Tidak-tidak, tidak mungkin. Mana ada orang menjadi senang karena rasa sakit.

Baiklah, mari kita kembali ke topik. Aku yang sudah berada di depan rumah itu. Rumah ini cukup mirip dengan rumah-rumah di dunia fantasi. Ini sangat unik, aku suka gaya orang yang membuat modelnya.

Aku mengetuk pintu rumah itu—untuk menunjukkan kesopanan orang bertamu. Tapi tidak ada tanda-tanda orang membuka atau menanggapi ketukan itu.

Memberanikan diriku, aku mencoba memanggil pemilik rumah itu. "Permisi." ... masih tidak ada jawaban.

Ini cukup membingungkan bagiku. Lampu rumah ini menyala, tapi tidak ada orang yang merespon aku. Apakah mereka sudah tidur? Mungkin, karena hari sudah malam dan bulan sudah berada di atas kepala.

Yah, tidak dibukakan pintu pun tidak masalah, yang penting aku sudah menemukan tanda-tanda kehidupan di tempat antah berantah ini.

Aku duduk bersandar di tembok rumah itu. Memandang langit malam berbintang yang memperlihatkan galaksi, entah apa namanya. Tapi aku yakin itu bukan galaksi Bimasakti.

Menutup mataku, aku memutuskan untuk beristirahat sejenak hingga besok pagi atau seseorang membukakan pintu untukku.

Namun, sebelum aku memasuki alam mimpi. Aku mendengar suara seseorang membukakan pintu. Secara refleks tentu aku membuka mata dan melihat orang itu.

Disana aku menemukan seorang mil— wanita dewasa, ia memiliki mata berwarna hijau gelap dan rambut berwarna hijau muda yang mengalir hingga pinggulnya.

Pesona mil— dewasanya membuatku sedikit tidak fokus, tapi aku untungnya masih bisa menahan pesona mil— miliknya.

"Ara~ siapa kamu anak muda? Bagaimana kamu bisa ada disini?" wanita itu bertanya dengan nada khas yang selalu aku dengar dari anime.

"Nama saya Llen, nyonya. Aku berada disini karena... bisa dibilang..., terdampar."

Wanita itu menutup matanya seperti sedang mengingat-ingat suatu hal sembari menggumamkan namaku, "Llen..."

"Ah! Aku ingat siapa kamu! Kalau begitu masuklah terlebih dulu. Aku akan memanggil suamiku untuk segera kembali."

Suaminya? Aku sudah menduga dia sudah menikah, tapi...

"Tidak perlu repot-repot sampai memanggil suami anda yang sedang sibuk."

"Tidak, karena ini berhubungan dengan dirimu."

Jawabannya membuat aku kebingungan... aku bukan anak mereka, 'kan?

Dia mengangkat telepon kabel di mejanya dan mengetik sebuah nomor yang tidak aku ketahui. Tapi... entah perasaanku saja atau aku memang melihat bahwa disekeliling wanita itu memiliki aura tidak mengenakkan.

Dia sangat menyeramkan...

Dengan senyuman terpasang di wajahnya, dia berkata kepada orang di telepon dengan halus, "Sayang, sebaiknya kau segera kembali, karena kita memiliki hasil dari masalah yang kau lakukan." tapi, tidak dengan aura yang dia keluarkan yang mengatakan, "segera pulang atau mati ditusuk pasak seribu kali".

Tidak lama setelah itu, ia meletakkan kembali telepon itu dan berkata kepadaku, "Llen-kun, sebaiknya tunggu dulu. Aku akan membuatkan beberapa camilan. Kamu pasti kelelahan setelah berjalan sejauh itu."

Hmm, bagaimana dia mengetahuinya?

Aku mengalihkan pandanganku kembali kepadanya yang sedang tersenyum. Tidak ada yang aneh dengan senyuman itu, tapi berkesan misterius.

Yah, setidaknya sampai suami dari wanita baik ini kembali. Mungkin. Semoga semua hal yang membingungkan bagi manusia biasa sepertiku ini cepat berakhir...

1007 words

Skarthacreators' thoughts