webnovel

Permen kapas

Sakit gigi dan sakit hati itu diawali dari hal yang sama, yaitu dari sesuatu yang manis.

-Anonim-

****

Di mana lagi Gean bisa menemukan sekretaris serbaguna seperti Tria? Tria harus rela akhir pekannya terusik, bukan untuk bekerja menyiapkan keperluan kerja Gean.

Tapi menjadi Baby Sitter, Baby Sitter gaaeessss!

"Ateu..." Kafka merengek, Tria mengajak Kafka untuk makan di salah satu Fastfood yang ada di Sarinah. Gean mendropnya di Mcdonald, sementara Pria itu pamit sebentar karena ada urusan.

"Nggak boleh!" Tria menarik gelas penuh soda miliknya, sejak tadi Kafka merengek meminta soda milik Tria. "Kafka minum ice tea aja ya, nanti kalau Kafka minum soda. Perut Kafka bunyi bluk, bluk, bluk..."

"Kayak ikan kembung gitu. Ya Ateu Yaya?" Kafka mencomot kentang goreng miliknya, Tria sengaja memesan kentang goreng dengan ayam dan scrumble egg. Sementara Tria sendiri lebih menikmati Big Burger dengan soda ukuran Big juga.

"Iya, nanti Kafka kayak begini." Tria mengembungkan pipinya, "Jadi Kafka mending minum Ice Tea aja."

Meski tak lagi merengek meminta minum soda untuk diminumnya, Kafka masih tetap kesal. Ia memasang wajah kecewa karena tak diijinkan meneguk soda.

"Sedikit nggak boleh ya cobain, Ateu?" mata berbinar penuh harap milik Kafka hampir menggoyahkan hati Tria.

"Nggak."

"Basahin mulut aja nggak boleh?"

"Nggak boleh, Kafka sayang. Anak kecil nggak baik minum soda." Kalau tahu begini, Tria lebih baik tak usah memesan soda tadi.

"Setetes aja? Boleh nggak?" Ya Tuhan, anak kecil memang pandai sekali memohon.

"Nggak, ya udah biar adil. Tante Yaya juga nggak akan minum soda. Tante minum air mineral aja," Bye-bye soda favorit Tria. Ia harus merelakan soda miliknya.

Hibernasi akhir peka Tria minggu ini terganggu, telpon dari Gean membuat Tria berakhir di sini. Dengan Kafka dan Gean yang entah ada urusan apa.

Kafka adalah keponakan Gean. anak dari Prily. Kakak Gean yang sibuk dengan bisnis kecantikannya.

"Ka, encus kamu mudik ya?" biasanya jika Kafka main ke kantor Gean dengan Prily, selalu ada suster yang menjaga Kafka. Entah kemana susternya sampai bocah lima tahun ini harus menghabiskan waktu bersama Tria.

"Mudik itu apa? Nama superhero ya?" tanya Kafka polos. Ia sepertinya belum mengerti apa arti dari kata mudik.

"Bukan, mudik itu pulang ke rumah."

"Berarti kalau Kafka pulang ke rumah namanya mudik? Kafka pulang ke rumah setiap hari dari sekolah, Kafka mudik tiap hari ya?"

"No... No... Mudik itu pulang ke kampung halaman," jelas Tria. Tangan kanannya meraih remahan scrumble egg yang menempeli dagu Kafka.

"Di rumah Kafka juga ada halaman, luas lagi banyak bunga punya Mom. Kalau pulang ke rumah halaman namanya apa?" anak kecil dan saintist itu beda tipis.

"Namanya pulang ke rumah," Tria memasang cengiran lebarnya, bisa tambah panjang jika membahas mudik. Sampai lupa esensi dari percakapannya adalah dimana Suster Kafka?

"Kafka mau es krim boleh?" tak terasa kentang goreng milik Kafka sudah ludes, bahkan remahan-remahan kecil dari kentangnya pun tak Kafka sisakan.

Hubungan Tria dan Kafka sangat dekat, mengingat sejak usia Kafka dua tahun Tria sudah sering bertemu dengannya. Bahkan tak jarang Tria diberi tugas oleh Gean untuk menjaga keponakan sematawayangnya.

"Om Gege kemana ya?" sudah lebih dari dua jam Kafka dan Tria menghabiskan waktunya menunggu Gean. Namun yang ditunggu tak kunjung datang.

"Om Ge mungkin nyari uang. Kata Mom, Om Ge suka uang."

"Om Ge suka uang kayak Mr Krab," potong Tria. Ia merasa bosan jika harus menunggu Gean lebih lama.

Baru saja Tria mengetik pesan untuk meminta izin pada Gean ia akan pergi ke Grand Indonesia bersama Kafka, tapi Gean sudah menampilkan batang hidungnya.

"Om Gege!" Seru Kafka senang. Gean mengacak rambut Kafka pelan.

"Momy kamu masih belum pulang, dia pulang malem. Kamu pulang ke rumah Om yah?" Gean mengambil ruang di samping Kafka, ia duduk dengan nyaman tanpa peduli delikan tajam Tria.

"Nginep di rumah Om Ge aja sama Ateu Yaya, boleh?"

"Nggak," tolak Gean tegas.

Tria mendengkus, memangnya siapa yang mau menginap di rumah Gean. Meski bukan kali pertama untuk Tria menginap di rumah Gean, tetap saja Tria juga tak mau.

"Atteu Yaya," Kafka mengedipkan kedua matanya seraya menyatukan kedua tangannya sebagai bentuk permohonan. "Nginep di rumah Om Gege yuk?"

"Nggak ah, Om Gege itu kalau malam suka berubah jadi Serigala sama Atteu Yaya. Atteu Yaya takut." Tria bedgidik ngeri.

Kafka memanyunkan bibirnya memasang ekspresi marahnya pada Gean, "Om Ge. Boleh ya, nginep sama Atteu Yaya... "

"Tante Yaya nggak mau, Kafka. Dia mau cari pacar, ini malem minggu."

Tria mencebikan bibirnya, bisa-bisanya Gean berbicara hal yang seperti itu di depan Kafka.

"Boro-boro cari pacar, cari ujung selotip aja sering nggak ketemu."

"Saya mau cari sepatu dulu, kamu ikut temenin saya." Gean menggendong Kafka di lengannya. Ia sama sekali tak menghiraukan ucapan Tria. "Cuman satu jam."

Tria hanya mengangguk, sebelum melangkah mengikuti Gean ke mobilnya. Ia membeli permen kapas yang mencuri perhatian matanya.

"Atteu Yaya, aku mau." Tria duduk di depan bersama Kafka di pangkuannya.

Kafka sibuk dengan permen kapas yang diberikan Tria, seolah cuman permen kapas yang berarti untuknya.

"Pak Gean dari mana?"

"Ketemu Davin, dia ngajak liburan bareng ke Vietnam."

Saat Gean pergi liburan adalah saat yang dinanti-nanti Tria, karena Tria bisa terbebas dari hal-hal rumit yang diciptakan Gean.

"Beneran Pak?" Tria tak bisa menyembunyikan rasa senangnya, "Liburan berapa minggu?"

Gean menyipitkan matanya melihat senyuman lebar Tria, "Kok kamu seneng sih saya pergi liburan?"

"Ya bagus lah, kalau pak Gean pergi liburan saya bisa dapet oleh-oleh." Bohong Tria, karena hari-hari tanpa Bos lebih menyenangkan dari sekedar oleh-oleh.

"Saya tau kamu punya rencana lain dibalik liburan saya," Gean mencubit permen kapas dari Kafka. Gean dan Kafka memiliki kesamaan menyukai makanan manis.

"Oh iya Pak," Tria ingat dengan pengajuan cutinya. "Saya mau ambil cuti satu minggu."

"Mau kemana kamu? Cuti nikah?" tebak Gean.

"Kalau saya nikah. Saya lebih milih ngajuin resign Pak, bukan cuti."

*

Pukul delapan malam Tria masih harus menemani Gean, katanya tadi hanya satu jam saja. Tapi kenyataannya Tria harus ikhlas lebih lama menghabiskan waktunya dengan Gean.

Kafka sejak tadi tidak mau diam, anak kecil itu berlari kesana-kemari seperti di taman bermain. Tidak boleh melihat sesuatu yang menarik perhatiannya sedikit saja.

"Kafka nggak capek lari-lari terus?" Tria berjongkok menyamakan tingginya dengan tubuh Kafka.

"Nggak," Kafka menggeleng dengan es krim di tangannya. "Ini enak. Atteu mau?"

Hanya tarikan napas dan gelengan lemah, Kafka sepertinya mengerti jika Tria kelelahan. Tria mengambil tisu basah dari dalam tasnya. membersihkan mulut dan tangan Kafka.

"Ayo kita pulang," Gean sudah selesai dengan sepatunya.

"Saya pulang sendiri aja, nggak usah Pak Gean anterin!" kata Tria.

"Yang mau nganterin kamu siapa, ya udah pesen ojek online langganan kamu."

Karena jika Gean mengantarkannya Tria tak yakin ia akan tiba di kostannya tepat waktu. Bisa saja Gean berubah pikiran dan mampir entah kemana.

"Atteu Yaya nggak ikut sama Om Ge?" tanya Kafka sedikit bingung saat Gean menggendongnya. Ia membiarkan Tria mengikuti langkahnya dari belakang dibanding berjalan beriringan.

"Om Ge, ajak Atteu Yaya pulang ke rumah Om Ge dong." kafka masih berusaha merajuk.

"Nggak. Tante Yaya nya juga nggak mau."

"Kalau Om Ge yang ngajak Atteu Yaya pasti mau," bujuk Kafka lagi. Tria yang mendengar percakapan itu hanya bisa menghela napas, ia hanya ingin berbaring di atas kasurnya.

"Nggak. Kamu sama Om Gege aja udah," tegas Gean.

Saat denting lift berbunyi Tria menepuk bahu Gean agar segera masuk lift. Kafka merajuk, ia meminta turun dari gendongan Gean dan tetap dengan pendiriannya yang ingin mengajak Tria pergi ke rumah Gean.

"Jangan kesel gitu dong, Ka. Lagian apa asyiknya main sama Tante Yaya."

Ya mending main sama gue lah, dari pada sama Om-om yang taunya duit doang.

"Kafka bisa main sama Tante besok-besok lagi, sekarang Kafka pulang terus bobo sama Om Ge." nasehat Tria hanya dihadiahi bibir yang cemberut. Kafka masih tidak mau.

"Nanti Om Gean kasih es krim lagi sampai rumah nanti."

"Jangan es krim lagi," tolak Tria. Sudah berapa banyak gula yang dikonsumsi Kafka hari ini.

"Ya terus dikasih apa?" Gean tak terima dengan delikan tajam Tria. "Dia sukanya es krim."

"Kasih biskuit sama susu anget aja sebelum tidur, terus bacain cerita. Jangan lupa sikat gigi, cuci kaki sama tangannya Kafka." Tria menjelaskan dengan detail.

Gean mengerutkan keningnya, "Hmm."

"Belajar jadi Ayah yang bener, nanti kalau jadi Ayah sungguhan nggak bingung." Tria menepuk punggung Gean kemudian berbisik, "Bye Ayah, Bunda pulang dulu."

****

27-Jan-2019

Weekend itu waktunya tidur dan bermalas-malasan buat para cungpret, semangat bermalas-malasan 😌

K.