webnovel

ORAZIO

Malam itu menjadi malam terakhir bagi Lesya, dimana hidupnya berjalan dengan normal. Sejak gadis berusia 18 tahun itu membuka mata, semuanya telah berubah. Mulai dari kamar yang terlihat seperti kamar dari kerajaan mewah, sampai dirinya mendapat perlakuan istimewa dari seluruh penghuni istana. Sejak hari itu Lesya dipaksa untuk dipukul oleh nasibnya sendiri. Ia selalu berusaha memecahkan kehidupan apa yang sebenarnya tengah ia jalani. Transmigrasi? Tentunya bukan. Karena, dirinya masih ada dalam raga yang sama. Mereka menganggap Lesya sebagai seorang putri bangsawan kerajaan besar, dan yang lebih menariknya, rupanya gadis 18 tahun itu sedang berada di abad ke-22. Tidak berhenti disitu saja. Lesya semakin dibuat terkejut saat mengetahui jika Arsen, kekasihnya ada di sana, dengan sebuah fakta jika Arsen adalah Pangeran dari Kerajaan Prisam, atau Kerajaan berbentuk Monarki besar yang bisa menghancurkan Kerajaan lain kapanpun itu. Lantas, akankah Lesya berhasil menguak misteri yang sedang ia hadapi bersama kekasihnya?

Leni_Handayani_2611 · Fantasy
Not enough ratings
15 Chs

Rencana & Tuan Jimmy

Seolah mendapat tarikan dari udara, tubuh Lesya membusung diliputi oleh lapisan-lapisan hitam berbentuk bayang-bayang.

BRAK

Seperkian detik kemudian tubuh Lesya terasa terdorong, dan kesadarannya pun kembali.

Dengan gerakan yang masih mengumpulkan energi, Lesya mengusap matanya menyesuaikan cahaya yang masuk. Detik itu juga ia terkejut. Ia segera duduk dan mengamati keadaan sekitar.

Ia sedang berada di kamarnya!

"Ini sungguh aneh," gumam Lesya masih tidak bisa menerima semuanya.

Kejadian yang sulit ia artikan ini kembali terjadi. Bedanya, sekarang ia tidak berada diatas ranjang besar ataupun mendapati para pelayan dengan nampan besar di depannya.

Sekarang ia sedang berada di dunia normal, dan tunggu!

Apakah semua yang tadi ia alami hanya sebuah mimpi?

"Lesya!"

DEG

Suara teriakan itu membuat Lesya tersentak kaget. Itu adalah Ibu-nya, Elisa.

*ceklek

"Ah, kau sudah bangun rupanya."

"Cepat mandi dan gunakan pakaian terbaikmu. Kali ini aku mengizinkanmu menggunakan dres mini," sambung Elisa.

Lesya menghela napas malas. Jika sudah melontarkan kalimat manis seperti ini, pasti Elisa ada maunya. Salah satunya adalah karena pria dewasa itu telah memberi Elisa banyak uang. Pria tersebut adalah Jimmy yang begitu terobsesi pada kecantikan yang dimiliki oleh Lesya.

Ya, benar.

Bisa dibilang Elisa adalah seorang Ibu yang tidak baik untuk Lesya. Selain karena memanfaatkan sosok Lesya, anak kandungnya sendiri, terkadang Elisa juga menyiksanya dengan tidak memberi Lesya makan dan uang. Untung saja Lesya memiliki seorang kekasih yang baik hati seperti Arsen.

Mengingat Arsen membuat Lesya merindukan pria itu. Apalagi pada ciuman manis, yang selalu menuntut. Hanya Arsen yang bisa membuat dirinya menggila, dan lupa akan apa artinya hidup di dunia.

"Hei!"

Lagi dan lagi Elisa kembali membuat Lesya terkejut.

"Aku mendengarnya. Bisakah kau berbicara dengan baik sedikit? Kau tidak lupa bukan jika aku baru saja terbangun?" cibir Lesya, sama sekali tidak gentar atau pun merasa takut.

Elisa yang tengah memegang knop pintu, tiba-tiba mendorong pintu tersebut dengan sangat keras hingga menimbulkan suara bising.

"Jangan membantah ucapanku lagi!"

"Tuan Jimmy sedang menunggumu. Jangan buat Tuan Jimmy kecewa karena ulah burukmu itu, Queen Lesya!"

"Ulahku yang buruk karena kau yang memulainya!" bantah Lesya.

"Berhenti berbicara!" bentak Elisa.

Lesya memejamkan matanya erat. Ia sungguh muak jika harus berhadapan lagi dengan Jimmy. Pria dewasa dengan berkepala dua. Seharusnya Jimmy mencari seorang wanita yang lebih cantik, dan tentunya lebih bisa menerima pria itu.

Bukan malah mendesak Elisa dan memintanya untuk menjadikan Lesya sebagai miliknya. Sangat tidak sopan dan tidak ramah lingkungan.

Haruskah Lesya meminta Arsen untuk membawanya pergi jauh? Atau-- Oh, ya. Ternyata kehidupan sementaranya di Istana itu cukup lebih baik dan menyenangkan.

Gadis itu tidak menemukan Elisa si pemaksa, dan Jimmy si pria dewasa yang tidak pernah dewasa.

"Akhirnya kau menghubungiku. Aku kira kau marah padaku karena aku tidak jadi membelikanmu min--"

"Cukuplah, Arsen!" sela Lesya pada Arsen yang sedang berada di balik telepon.

"Maap, Sayang. Jadi, apa kau sudah memakan sarapanmu?"

"Tidak ada waktu untuk sarapan. Aku baru saja bangun, dan wanita tua itu memaksaku untuk pergi bersama Jimmy," tutur Lesya penuh gertakkan.

"Jadi, ayo pikirkan rencana burukmu itu sekarang. Kau tau, aku sangat muak melihat wajah pria dewasa itu!"

Arsen termenung sesaat. Bohong jika dirinya baik-baik saja. Setiap kali mendengar nama Jimmy, dirinya akan merasa bodoh dan tidak berguna.

Padahal jika mau, Arsen juga bisa memberikan banyak uang pada Elisa agar berhenti meminta Lesya berhubungan dengan Jimmy. Tapi sayangnya Elisa telah lebih dulu membencinya. Entah karena apa itu, sampai sekarang pun Arsen tidak tau.

"Oh, ayolah Arsen. Berhenti mengada-ngada jika kau pria yang bodoh," ujar Lesya seolah tau apa yang sedang Arsen pikirkan. Lagipula, Lesya sudah mengenal Arsen sangat dekat hingga dirinya bisa tau bagaimana tabiat lelaki itu.

"Kau itu pintar, hanya saja otakmu terlalu diliputi oleh rasa bersalah."

"Jadi cepat katakan, rencana apa yang sedang kau miliki?"

"..."

"Arsen!!"

Arsen tersentak, dan tersadar dari lamunannya.

"Em, aku tau apa yang harus aku lakukan."

"Apa?" tanya Lesya cepat.

"Kabur lewat balkon kamarmu saja. Aku akan meminjam mobil paman Syam untuk menjemputmu."

Lesya mengerutkan dahinya. "Kemana mobilmu pergi? Apa kau telah dibegal oleh seorang mafia?"

Arsen menggeleng kecil, walaupun Ia sendiri tau jika Lesya tidak akan pernah melihat hal itu. "Tidak. Tentu saja bukan. Hanya saja jika aku pergi ke rumahmu menggunakan mobilku, maka Nyonya Elisa bisa saja mengenalinya."

Lesya tersenyum cerah. "Kau benar. Aku sudah mengira jika kau itu tidak bodoh, Arsen."

Arsen tersenyum miring. "Okay, Sayang. Tapi semua itu tidak lah gratis. Aku akan meminta bayarannya jika kita telah sampai di kamarku."

Lesya berdecak kesal. "Aku akan memukul kepalamu jika dalam waktu 20 menit, kau belum sampai di bawah!"

***

Sudah hampir setengah jam lebih Elisa dan Jimmy menunggu kehadiran Lesya di lantai utama. Gadis itu tidak juga kunjung datang. Padahal mereka sudah tau jika Lesya tergolong gadis yang sat set dan tidak suka membuang waktu.

"Aku rasa putriku tengah kesulitan memilih dres yang cocok untuk pergi bersamamu," ungkap Elisa mencoba untuk tetap santay di hadapan Jimmy. Orang terpandang sekaligus salah satu perdana mentri muda yang cukup kaya raya.

Jimmy mengangguk kecil, seraya tersenyum lebar. "Nyonya Elisa, kau tenang saja. Aku akan tetap menunggu Lesya turun dan menghampiriku."

Elisa tersenyum kikuk. "Kau memang pria yang penyabar, Tuan."

Jimmy mengangguk kecil. "Apa Lesya masih memiliki stok buku pelajaran di sekolahnya?"

"Oh, aku rasa sudah tidak ada. Kenapa? Apa kau memiliki rencana untuk melakukan sesuatu?" tembak Elisa cepat. Jimmy pun mengangguk.

"Aku rasa iya. Aku akan membelikan Lesya beberapa buku dan kebutuhannya yang lain, tapi tunggu setelah aku bertemu dengannya."

Senyum Elisa lagi-lagi merekah. Merasa ada kesempatan berlian untuknya, Ia pun berkata, "Jika begitu biarkan nanti aku saja yang membelikannya. Lagipula kau tidak tau bukan apa yang menjadi kesukaan gadis kecilku?"

"Ya, tentu saja. Aku akan memberikan uang untuk membeli keperluan Lesya. Aku juga meminta izin padamu untuk membawa Lesya pulang larut malam."

"Oh, tidak masalah. Itu bukanlah masalah besar. Aku selalu mempercayakan putriku padamu."

Diam-diam Jimmy kembali melirik tangga, berharap Lesya segera turun. Entah mengapa perasaannya mulai cemas dan tidak teratur.

Elisa yang menyadari itu segera tertawa kecil, membuat Jimmy memgalihkan pandangan padanya.

"Kau seperti tidak tau anak gadis saja. Mereka selalu ingin tampil menarik di hadapan pasangannya."

"Begitupula dengan Lesya. Ia ingin dirinya terlihat lebih cantik untuk berada di dekatmu, Tuan."

Sedangkan dalam hatinya, Elisa memaki-maki Lesya. Elisa sudah menyiapkan banyak umpatan untuk Lesya, jika saja gadis kecil itu tidak datang dan menghampiri Tuan-nya.