webnovel

Training Camp

Pagi yang cerah, matahari bersinar kugendong tas merahku di pundak. Selamat pagi semua kunantikan dirimu. Didepan kelas ku nantikan kamu. Setelah sedikit bersenandung, Gany benar-benar berpikir kalau dia harus berhenti. Di sekolah dia melihat Lapis dan teman-teman lainnya yang sibuk. Bagi mereka saat ini adalah saat yang penting. Klub biasa mempersiapkan untuk pertunjukan mereka dan untuk badan Eksekutif maka saat ini adalah pertama kalinya mereka menerima tugas. Semuanya tidak ingin mengacaukan acara yang akan datang.

Gany berbaring di taman sekolah menunggu Lapis yang katanya akan pulang sangat larut. Saat itu Gany dihampiri oleh Io. Io masih merasa berhutang kepada Gany karena telah membasmi Shallow dan menyelamatkannya. Walau dia sangat sibuk, dia menyempatkan dirinya untuk menemui Gany. Tampaknya Shallow menjadi momok yang sangat menakutkan bagi Io. Padahal dia baru saja menyadari tentang keberadaannya dan sudah diselamatkan saat itu juga.

"Lapis lah yang sudah membasminya, jadi jangan berterimakasih padaku." Ujar Gany.

"Walau begitu kamu juga ada disana, jadi aku ingin berterimakasih sekali lagi." Io menundukkan kepala sebagai rasa terimakasihnya.

"Jangan kaku seperti itu, nanti para laki-laki susah untuk mendekatimu." Gany merasa Io terlalu berlebihan.

"Oh iya ngomong-ngomong soal laki-laki, kira-kira bekal apa yang disukai laki-laki?" Tanya Io.

"Bekal? Kamu ingin membuatnya? Aku tak menyangka ternyata kamu sudah punya pasangan." Gany terkejut dengan arah pembicaraan ini.

"Pasangan? Tentu saja aku tidak punya. Tadi aku lupa membawa bekal, lalu Leo memberiku bekal makanannya. Tapi aku menolaknya." Jawab Io.

Gany terkejut dan tidak bisa berkata apa-apa setelah mendengar bahwa telah terjadi suatu tragedi.

"Tidak hanya itu, belakangan ini dia sering membantu pekerjaanku. Aneh bukan? Harusnya aku yang memberinya bekal dan banyak membantunya karena akulah berhutang padanya…. Jadi aku menolaknya bekal miliknya." Ujar Io dengan polosnya.

"Leo aku hargai usahamu mencari wanita lain selain Lapis, tapi aku juga kasihan padamu. Semoga kamu tenang di alam sana." Gany turut berduka cita atas perasaan Leo.

"Calisto banyak membicarakanmu jadi kupikir kamu orang yang baik, karena itu aku bertanya padamu." Ujar Io.

"Oh benarkah? Yah… kupikir bekal yang sederhana saja sudah cukup bagiku." Gany menjelaskan bagaimana bekal sederhana itu.

"Baiklah terima kasih untuk sarannya." Jawab Io.

"Sama-sama." Ujar Gany.

Io kembali untuk melaksanakan tugasnya. Dalam rapat badan Eksekutif, sang ketua menjelaskan bahwa Training Camp akan diadakan selama beberapa hari di suatu desa yang agak jauh dari kota Tetra. Angkatan baru memiliki 120 murid dan walaupun ada yang termasuk dalam Badan eksekutif, tetapi mereka masih dianggap murid biasa. Mereka akan mendapatkan pekerjaan-pekerjaan ringan dan dalam sebagian besar acara, mereka akan menjadi peserta biasa. Tanpa memperhitungkan angkatan awal, anggota badan eksekutif terdiri dari 40. Belum juga memperhitungkan klub-klub yang membantu jadi sebagai perkiraan kasar, setiap panitia harus menangani sekitar 2 sampai 3 orang. Memang pada dasarnya acara itu milik badan eksekutif tapi saat pelaksanaan akan banyak dibantu oleh masing-masing pengurus klub.

Rapat dan persiapan yang melelahkan akhirnya sudah selesai setidaknya untuk hari pertama. Lapis menemui Gany untuk mengajaknya pulang bersama. Melihat Lapis yang tampak kelelahan, Gany menjadi penasaran dengan apa yang sebenarnya dia lakukan. Lapis bercerita kalau Training Camp itu akan juga dilihat oleh masyarakat sekitar. Jadi setiap klub harus mempersiapkan sebaik-baiknya apapun yang akan masing-masing dari mereka lakukan dan badan ekeskutif harus memastikan itu. Lapis bercerita panjang lebar tentang acaranya sembari berjalan pulang bersama Gany. Sebenarnya Gany tidak terlalu peduli dengan acara badan eksekutif karena baginya yang terpenting adalah apakah Lapis benar-benar menikmatinya.

"Iya aku menikmatinya." Jawab Lapis dengan tersenyum.

Hari menuju Training Camp semakin dekat, badan eksekutif menjadi semakin sibuk karenanya. Tapi tidak hanya mereka, namun para klub juga ikut menjadi semakin sibuk. Saat semuanya sedang sibuk, Gany tidak melakukan apa-apa. Dia hampir merasa bersalah karena hanya melihat teman-temannya yang kesana kemari. Bethony dan Leo sedang beristirahat dari tugasnya datang menghampiri Gany yang sedang tertidur. Mereka iri dengannya karena bisa tertidur pulas dan berniat mengganggunya. Mereka mencoret-coret wajahnya dan mengikatnya pada kursi tempatnya tidur. Saat Terbangun, Gany sangat kaget dengan keadaannya. Bethony dan Leo tertawa sangat puas setelah balas dendam terhadap Gany.

Sementara itu sejak pagi Lapis dan Io sudah berada di penginapan tempat acara akan dilaksanakan. Mereka sedang membersihkan Aula untuk digunakan nantinya. Io adalah panitia yang bertugas menyusun acara dan Lapis akan betrugas sebagai Master of Ceremonies, jadi yang paling banyak tugasnya adalah mereka. Sembari membersihkan, Io mengobrol dengan Lapis dan sekali lagi berterima kasih kepadanya karena telah membasmi Shallow.

"Jangan kaku seperti itu, nanti para laki-laki susah untuk mendekatimu." Jawab Lapis.

"Jawabanmu sama seperti Gany, apa itu karena kalian sudah lama bersama jadi kalian punya pikiran yang sama?" Io terkejut dengan jawaban Lapis.

"Iya, mungkin benar seperti itu." Lapis tersenyum mendengar tanggapan Io.

Io adalah anak yang polos, tidak punya banyak teman dan tidak banyak bicara. Tapi entah kenapa dengan Lapis dia banyak bicara. Sembari membersihkan Aula dia bertanya kepada Lapis tentang Leo. Sama seperti kekasihnya, Lapis terkejut dengan arah pembicaraan Io. Dia bingung kenapa tiba-tiba Io menyinggung soal Leo. Akhirnya dia menceritakan tentang bekal yang diberi oleh Leo dan kelakuan Leo belakangan ini terhadapnya. Lapis terkejut dan tidak bisa berkata apa-apa setelah mendengar bahwa telah terjadi suatu tragedi. Sekarang Lapis mengerti seberapa polosnya Io.

"Kapan-kapan datanglah ke rumahku. Kita akan membuat bekal bersama." Ajak Lapis.

"Iya aku akan datang." Dengan tersenyum lebar, kebahagian sangat tampak jelas di wajah Io ketika mengatakannya.

Setelah membersihkan Aula, mereka melanjutkan ke pekerjaan selanjutnya yaitu memeriksa kelayakan setiap kamar yang ada disana. Tiba-tiba Lapis teringat soal Io yang menjadi aktris teater dan menanyakannya. Lalu Io menceritakan tentang apa yang dia rasakan selama ini.

"Karena kehilangan ingatan, aku tidak tahu bagaimana jati diriku yang asli. Aku mencoba jadi aktris drama untuk mengetahui bermacam-macam karakter orang dan juga ikut menjadi badan eksekutif agar bisa bertemu banyak orang. Walau begitu aku masih belum bisa terlalu terbuka dengan orang." Ujar Io.

"Tapi kamu banyak bicara denganku." Sahut Lapis.

"Aku hanya bisa terbuka dengan Calisto, namun setelah Calisto banyak membicarakan Gany, kupikir aku bisa terbuka dengannya. Dan baru saja aku tahu kalau kamu mirip dengan Gany. Jadi aku berpikir kalau bisa terbuka denganmu juga." Jawab Io.

"Bagaimana dengan Leo?" Tanya Lapis.

"Ingatanku belum kembali sepenuhnya, jadi aku bingung bagaimana harus menghadapinya. Aku merasa bersalah karena telah melupakannya." Jawab Io.

"Jelaskan saja apa yang kamu rasakan, dia akan mengerti." Lapis memberi dorongan pada Io.

Pekerjaan hari itu sudah selesai. Mereka kembali ke sekolah dengan kereta kuda yang mereka naiki saat datang. Mereka datang sore hari pada saat-saat jam sekolah usai. Walau begitu sekolah tetap ramai karena murid-murid sedang menyiapkan segala sesuatu untuk Training Camp. Lapis dan Io berjalan ke ruang badan eksekutif untuk melapor pada Ketua badan eksekutif yaitu Rahul. Sementara itu Gany sedang membantu Yeonhong membuat kostum untuk Training Camp. Mereka duduk di suatu kelas kosong dan mengobrol sembari mengerjakan kostum itu

"Aku tidak percaya kalian melakukan ini dibelakangku." Tiba-tiba Lapis langsung merangkul Gany dari belakang.

"Maaf Yeonhong rencana kita ketahuan." Sahut Gany.

"Jadi kamu benar-benar berselingkuh?" Lapis tidak pernah berpikir gurauannya menjadi kenyataan.

"Itu tidak benar! aku hanya menyelamatkannya di kursi taman!" Yeonhong menjawab dengan cepat dan tegas. "Sebenarnya aku tidak ingin menolongnya tapi dia berjanji akan membantuku jika aku mau melepaskan ikatannya." Tambahnya.

"Terikat? Bagaimana bisa?" Tanya Lapis.

"Bethony dan Leo mengikat dan mencoret-coret wajahku saat aku tidur. Mereka dendam karena aku tidak punya kesibukan seperti mereka. Jadi aku mencoba membantu Yeonhong agar mereka tidak dendam." Jawab Gany.

"Kamu tidak benar-benar berpikir aku selingkuh dengan Gany kan?" Tanya Yeonhong yang cemas.

"Hahaha… tentu saja tidak." Lapis tetawa melihat reaksi Yeonhong.

"Syukurlah kalau begitu." Yeonhong merasa sangat lega.

"Baiklah kalau begitu, aku akan pergi ke ruang eksekutif dulu." Pamit Lapis.

"Semangat!" Ujar Yeonhong dan Gany.

Karena acara Training Camp diadakan besok jadi semua orang berusaha untuk menyelesaikan pekerjaannya secepat mungkin. Dan hari itu semua orang pulang sama larutnya seperti badan eksekutif. Matahari bersinar pertanda hari sudah berganti. Semua murid berangkat sangat pagi agar tidak terlambat pada acara itu. Mereka semua sangat gugup karena tidak sabar menantikan Training Camp itu. Acara itu adalah acara yang penting bagi setiap klub dan setiap murid untuk menunjukkan eksistensi mereka. Kecuali Gany.

Pagi hari mereka semua melakukan upacara untuk memulai Training Camp itu. Semua berjalan tertib dan lancar. Setelah usai memeriksa semua keperluan, mereka semua langsung berangkat dengan kereta karavan. Banyak kereta yang digunakan untuk mengantar mereka. Bukan hanya untuk mengantar murid tapi ada juga yang digunakan untuk membawa perlengkapan mereka. Perjalanan mereka memang cukup panjang tapi mereka semua menikmatinya. Berangkat di pagi di pagi hari, tak terasa saat sampai di penginapan matahari sudah sangat tinggi diatas. Mereka turun dari kereta dan menuju ke penginapan yang sudah diatur untuk mereka semua.

Sama seperti acara badan eksekutif sebelumnya, dalam Training Camp kali ini semua murid juga menanggalkan seluruh hal yang membuat mereka jadi bangsawan. Sekarang mereka semua hanya murid biasa yang harus bisa hidup mandiri. Sebagian besar murid adalah bangsawan dan sebagian yang lain adalah rakyat biasa. Banyak dari mereka yang sebenarnya tidak terlalu suka dengan sistem seperti itu karena kenyamanan yang biasa mereka dapatkan sekarang hilang. Namun mereka semua takluk oleh kepemimpinan Rahul sang ketua badan eksekutif.

Acara pertama yang mereka lakukan adalah menjelajah disekitar gunung dekat sana untuk mencari bahan makanan. Untuk acara ini Klub memasak akan menjadi pemimpin murid yang lain. Mereka semua dibagi berdasar kelas mereka sebagai kelompok untuk mencari bahan makanan. Dibantu dengan klub olahraga mereka memberi arahan apa saja bahan yang bisa dan layak dimakan. Jamur, Umbi-umbian, buah-buahan dan sayur-sayuran adalah makanan yang banyak mereka temukan.

Sebenarnya Klub memasak merencanakan agar mereka semua makan ikan dan jamur maka dari itu setiap kelompok diberi beberapa tombak, pancing dan pisau untuk mencari makanan. Tapi ada beberapa murid yang beruntung karena bisa mendapat kelinci dan madu untuk bahan makanan. Setelah 2 jam mencari makanan mereka semua kembali ke tempat penginapan dan memasak bersama. Mereka semua senang karena bisa mendapat makanan yang sangat beraneka ragam. Dan klub memasak menjadi bersemangat dalam menjalankan tugasnya. Dipandu klub memasak setiap kelas memasak makanan mereka sendiri.

Ada yang tidak terlalu banyak makan karena tidak sesuai selera, ada juga yang makan banyak karena bagi mereka makanan adalah makanan. Hal yang seperti itu adalah salah satu alasan mengapa badan eksekutif melaksanakan Training Camp yang seperti itu. Badan Eksekutif ingin mengeluarkan semua murid baru dari zona nyaman mereka. Beruntung tidak adak kendala di acara pertama itu dan mereka bisa melanjutkan acara. Selanjutnya karena hari sudah sore dan menjelang malam, mereka semua diberi waktu istirahat dan mandi.

Acara malam penuh cukup unik yaitu melihat bintang di langit. Acara kali ini dipimpin oleh klub astronomi. Semua murid menuju ke tempat yang lapang dan dibagi kelompok berdasar kelas mereka. Setiap kelompok diberi dua buah teleskop untuk melihat angkasa. Dipandu oleh klub Astronomi akhirnya mereka dapat mengoperasikan Teleskop dan melihat bintang-bintang. Awalnya semua lampu dan sumber cahaya dimatikan dan mereka dibiarkan diam beberapa saat dalam kegelapan. Hal itu dilakukan karena Lampu dan sumber cahaya membuat para murid menjadi tidak biasa dengan cahaya yang sudah tersedia di alam.

Malam itu langit sangat cerah tanpa awan. Mereka yang awalnya merasa tidak bisa melihat apa-apa, perlahan mampu melihat taburan bintang diangkasa. Dan juga dua satelit pelindung yaitu Shaina dan Sabrina terlihat sangat jelas keindahanya. Menyinari pandangan teleskop-teleskop mereka, Shaina sedang memancarkan cahaya penuhnya yang berwarna sedikit kemerahan. Disamping Shaina ada Sabrina yang memasuki fase bulan sabitnya. Cahaya Sabrina yang cekung dan sedikit berwarna biru mendampingi Shaina dengan sangat baik membuat malam yang sangat indah dipandang.

Walau malam itu sangat indah, beberapa murid laki-laki tidak bisa menikmatinya karena tertidur kelelahan setelah berburu. Setelah beberapa lama memperhatikan angkasa, mereka semua kembali ke kamar mereka masing-masing untuk beristirahat. Memang semua sudah kelelahan karena perjalanan panjang menuju ke tempat itu, berburu, dan acara-acara lainnya tapi beberapa anggota badan eksekutif tidak bisa tidur begitu saja. Lapis ditemani dengan Leo bekeliling untuk berjaga. Mereka berkeliling melewati lorong kamar dan memastikan semuanya sudah tertidur dan tidak ada yang mengacau.

Saat semuanya tampak terkendali, tiba-tiba mereka mendengar suara kaca pecah dari toilet. Mereka bergegas menuju sumber suara itu. saat berada di lorong menuju toilet tampak jejak kaki yang kotor dengan tanah. tidak hanya itu ada juga bercak tetesan darah di jejak tersebut. Mereka menjadi sedikit ragu untuk menuju ke toilet. Tapi mereka juga merasa bertanggung jawab jika ada hal buruk yang terjadi. Dengan memberanikan diri, mereka membuka pintu dan masuk ke toilet. Ruangan itu gelap karena hanya ada cahaya malam yang masuk dari jendela kecil diatas ruangan.

Tampak sesosok siluet hitam yang sedang menghadap cermin. Sosok itu bernafas dengan berat dan terengah-engah seperti sedang kesakitan. Lapis langsung menggunakan bola cahaya untuk menerangi ruangan. Tidak disangka ternyata sosok yang ada didepan cermin itu adalah Gany. Dari pantulan cermin, tampak hidung Gany yang mengeluarkan darah membuatnya harus bernafas dengan mulutnya. Itulah kenapa suara nafasnya terdengar dari kejauhan. Ketakutan seketika berubah menjadi kekhawatiran. Mereka berdua langsung menghampirinya dan memastikan keadaannya.

Untunglah tidak ada hal gawat yang terjadi seperti penyerangan atau semacamnya. Gany hanya mencoba berlatih dan memperdalam apa yang diajarkan oleh gurunya. Sepertinya dia sedikit melakukan kesalahan sehingga sedikit terluka. Merasa lega, Leo langsung menggendong Gany dan membawanya ke ruang perawatan. Kurang lebih patroli malam berjalan dengan baik, kini mereka semua beristirahat dan bersiap untuk hari esok.

Hari kedua Training Camp, semua murid dibangunkan saat matahari sudah terbit sempurna. Mereka semua melakukan upacara dan mempersiapkan untuk acara selanjutnya yaitu penjelajahan. Klub pecinta alam, Klub kepanduan, dan Klub terbesar di sekolah yaitu Klub olahraga akan bersama menjadi pemimpin di acara ini. Mulanya para murid akan berjalan sesuai kelas mereka dan membawa semacam hadiah untuk diberikan kepada penduduk desa yang ada disana. Setiap kelas memberikan beberapa hadiah untuk beberapa rumah. Tidak hanya itu, setiap klub juga melakukan hal yang sama. Semacam bakti sosial dari sekolah Tetra untuk desa. Selain memberi hadiah para murid-murid mengajak para penduduk desa agar datang malam nanti untuk memlihat drama yang akan murid-murid mainkan.

Setelah melewati desa, mereka melakukan penjelajahan melewati gunung. Perjalanan yang cukup panjang. Mereka diberi peta dan harus menemukan cara agar mendapatkan stempel dari berbagai pos yang tersebar di gunung. Suatu acara yang beresiko karena memiliki kemungkinan besar seseorang atau suatu kelompok bisa tersesat. Namun badan Eksekutif meminimalisir resiko itu dengan menempatkan navigator pada setiap kelompok. Dan sama seperti sebelumnya, kelompok dibagi berdasar kelas mereka. Banyak anggota kelas yang keluar masuk kelompok pada setiap acara karena mengikuti klub yang berbeda-beda. Seorang bisa jadi anggota biasa kali pada satu acara namun bisa jadi panitia pada acara lain. Sedikit rumit tapi tampaknya mereka semua sudah mulai terbiasa.

"Saat menggendongmu aku sadar kamu berdarah tapi tidak terluka sama sekali. Sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya Leo.

"Carbon Fiber, Aku mencoba berlatih hal itu. Saat aku merubah tangan dan kakiku, walau berat aku kuat untuk bergerak. Lalu saat aku merubah badanku, jantungku tidak bisa berdetak. Sama seperti dulu aku kesusahan bernafas dan batuk darah. Lalu aku berjalan mencari air di toilet." Jawab Gany.

"Sejak umur 2 tahun kamu seperti ini, apa kamu tidak merasa bahwa kamu terkutuk?" Leo bertanya dengan wajah yang sangat serius.

"Mungkin, tapi tidak apa. Seluruh penghuni hutan Dryad membantuku. Mereka merawatku seperti anak-anak mereka itu sudah cukup untukku." Gany tersenyum.

"Baguslah kalau kamu tidak punya pikiran buruk." Leo lega dengan jawaban Gany.

"Oh iya… ketua kalian.... Rahul, dia itu orang yang seperti apa?" Tanya Gany.

"Entahlah, katanya Orang itu tegas dan idealis. Kenapa kamu bertanya begitu?" Sahut Leo.

"Semalam saat aku sedang mencari tempat untuk berlatih dia menemuiku. Dia banyak menceramahiku." Ujar Gany.

"Ceramah?" Leo sedikit penasaran.

"Sungguh kamu menyianyiakan bakatmu. Seharusnya dengan kemampuanmu, kerajaan ini akan jadi lebih maju dan baik." Gany menirukan kata-kata Rahul. "Gany, ingatlah kata-kataku ini. Seiring dengan kekuatan yang besar, datang juga tanggung jawab yang besar " Tambahnya

"Lalu bagaimana tanggapanmu?" Tanya Leo.

"Baiklah, aku akan mengingatnya. Jika aku ingin" Jawab Gany dengan tersenyum menyindir.

"Dia memang seorang nasionalis, mungkin karena itu tidak ada yang bisa melawannya." Ujar Leo.

"Hei kalian berdua jangan mengobrol saja!" Seru Yeonhong. "Persiapkan diri kalian, Kita sudah hampir di pos berikutnya." Tambahnya.

"Jangan begitu Yeonhong, dia mungkin sedang merindukan Lapis karena tidak ikut penjelajahan bersama kita." Sahut Khan.

"Yahh… mau bagaimana lagi? Dia harus bersiap karena nanti malam dia akan menjadi Master of Ceremonies." Jawab Gany.

"Bukankah kalian dari klub drama? Kalian tidak bersiap? Sahut Bethony.

"Persiapan kami tidak rumit jadi para senior yang menyiapkannya." Jawab Khan.

Setelah seharian murid-murid biasa menjelajahi gunung, mereka akhirnya kembali saat sore hari. Mereka semua beristirahat dan makan. Tidak seperti hari pertama, kali ini makanan sudah disediakan oleh panitia acara. Sementara murid-murid istirahat, Badan Eksekutif dan Magic User (Magus) elemen Tanah dari klub drama membuat Panggung dan Kursi dengan menggunakan sihir. Kursi batu yang bertingkat mengelilingi panggung dihias dengan indah agar penggunanya nyaman. Selain itu mereka juga membuat banyak pencahayaan dengan api sihir para pengguna elemen api. Dengan bantuan Arche, danggung didesain sedemikian rupa agar suara yang dicapkan dari panggung mampu terdengar sampai ke kursi penonton paling jauh.

Akhirnya malam tiba, para penduduk berbondong-bondong menuju ke Lapangan di depan penginapan untuk menonton pertunjukan. Para orang tua mengajak anak-anak mereka, para remaja datang bersama dengan teman-temannya dan juga para tetua desa datang sebagai tamu kehormatan. Semuanya disambut dan dilayani dengan baik. Sebelum pertunjukan para murid-murid juga mempersiapkan lapak-lapak makanan yang dapat dinikmati dengan Cuma-Cuma. Banyak yang berebut karenanya namun semua masih terkendali.

Malam itu dianggap sebagai malam puncak acara, jadi para murid bebas untuk duduk dimanapun mereka inginkan. Acara malam itu pun dimulai, Lapis dan bukan Lapis (Entah siapa) mengenakan gaun kerajaan naik ke panggung. Pakaian yang gemerlap karena dihiasi pernak pernik seperti bunga dan perhiasan emas. Kedatangan mereka langsung membuat para penonton terkunci pandangannya. Mereka berdua disorot oleh banyak lampu. Para penduduk desa kebingungan sekaligus takjub dengan setting tempat itu. Lampu sorot dan pengeras suara bukanlah hal yang umum dijumpai oleh para penduduk desa.

Pertunjukan pertama adalah pertunjukan yang cukup megah yaitu Orchestra. Beberapa orang naik keatas panggung membawa beraneka-ragam alat musik milik mereka masing-masing. Dipimpin seorang composer mereka mulai memainkan lagu milik Bond yang berjudul Victory. Lagi-lagi pertunjukan itu membuat Gany terkejut karena ketua kelasnya yaitu Chow sedang berdiri disana sebagai pemain Biola. Pertunjukan seperti itu tidak biasa dilihat oleh orang-orang di desa itu jadi mereka terkesima karenanya.

Setelah membawakan beberapa lagu masuklah mereka semua ke acara utama yaitu drama yang berjudul "Seal". Cerita itu adalah sebuah legenda yang terjadi ribuan tahun yang lalu di kerajaan Praha. Cerita kepahlawanan seorang prajurit di tanah Praha kuno bernama Sohaya. Dikisahkan dahulu ada sebuah kerajaan manusia yang selalu berseteru dengan mahluk ras humanoid lainnya bernama Shubnean. Shubnean adalah mahluk penghuni rawa yang berkulit hitam. Mereka bungkuk tidak memiliki rambut namun mempunyai tentakel disekitar mulutnya. Tentakel itu ibarat kumis dan janggut bagi manusia biasa tapi bisa bergerak.

Tidak disangka, Khan menjadi tokoh utama yaitu Sohaya. Saat itu Sohaya sedang berlatih dengan sahabat sekaligus rivalnya yaitu Simon yang diperankan oleh August. Mereka adalah teman masa kecil dan sudah dilatih sejak dini untuk melawan Shubnean. Setelah berlatih mereka tiba-tiba dipanggil untuk segera berkumpul di kerajaan. Mereka diminta untuk melaksanakan suatu misi penting yaitu menyerang rawa Shubnean. Misi itu adalah misi yang berat namun Sohaya dan Simon sudah siap mengemban misi itu.

Sohaya pamit kepada istrinya Isolde yang diperankan oleh Yeonhong untuk pergi beperang. Satu batalyon pergi menyerang rawa itu. Walau dalam jumlah banyak tapi daerah yang mereka serang itu adalah daerah rawa, daerah kekuasaan Shubnean. Para Shubnean membantai habis para prajurit itu sampai tersisa setengahnya. Keadaan sangat tidak menguntungkan bagi Sohaya dan Simon. Tapi Sohaya tidak patah semangat, dia tetap maju tanpa gentar.

"Tunggu, kenapa mereka semua bisa jadi tokoh-tokoh yang penting?" Tanya Gany.

"Gany… tidak baik memiliki sifat dengki seperti itu. Kamu seharusnya bangga teman-temanmu bisa mendapatkan peran itu." Jawab Arche.

"Bukan itu, maksudku bukankah peran seperti itu dinginkan semua orang? Tadi Khan juga berkata kalau persiapannya tidak seberapa jadi Aku kaget karena bukan para senior yang lebih berpengalaman yang memerankannya." Gany mencoba menjelaskan kesalahpahaman.

"Hahaha… aku bercanda. Memang mendadak tapi dia menggantikan aktor aslinya karena terluka saat menyiapkan panggung." Jawab Arche.

"Tapi kenapa Khan?" Gany masih belum puas.

"Kamu tahu? Sohaya memiliki sihir elemen api dan sungguh kebetulan sekali hanya Khan kandidat yang bisa menggantikan si Aktor asli." Sahut Io.

"Ooohhh…." Gany baru menyadarinya.

"Tapi untuk peran lainnya sepertinya berdasar undian." Io melanjutkan penjelasannya.

"Maafkan kami leluhur Simon… leluhur Isolde…. Tidak ada yang memperdulikan kalian." Gany mengheningkan cipta.

Terjadi sebuah kejadian yang membuat keadaan disana berbalik. Banyak orang berkata itu kejaiban namun tidak sedikit yang berkata kalau itu kebetulan. Tangan Sohaya mulai menyala dan perlahan terbakar. Bagi penduduk Praha kuno memiliki sihir adalah hal yang sangat jarang. Jadi para prajurit menjadi bersemangat kembali. Dengan gagah, Khan yang memerankan Sohaya melemparkan bola api kepada sasaran yang sudah dipersiapkan. Dengan begitu api berhasil membakar panggung. Panggung batu tidak akan rusak karena terbakar namun aksesoris disanalah yang terbakar. Melihat hal itu, penonton seakan bisa merasakan sensasi dimana rawa Shubnean yang terbakar. Mungkin itulah yang dimaksud 3D lebih superior dari 2D atau dengan kata lain yang nyata lebih baik dari gambar belaka.

Tenang saja semuanya terkendali. Dengan sekejap para Magus elemen air memadamkannya dan Magus elemen angin menghembuskan asapnya. Hembusan Asap yang awalnya menutupi panggung hilang seketika dan pada saat yang sama, adegan berganti. Klub Drama benar-benar ahli dalam menjalankan pertunjukannya. Adegan berganti di kerajaan dengan banyak hiasan. Dengan terbakarnya rawa Shubnean perang bisa dikatakan berakhir. Sohaya dinobatkan sebagai pahlawan perang dan diangkat menjadi panglima kerajaan.

Penobatan itu dihadiri oleh seluruh kerajaan dan aliansi kerajaan yaitu penghuni hutan Dryad. Semua orang bergembira dengan kalahnya Shubnean. Sohaya berhasil membangkitkan sihir elemen api dan menjadi salah satu Magus di kerajaan. Dengan begitu saat penobatan, Sohaya dipercaya untuk memegang senjata kerajaan bernama Mega Eve. Tidak ada yang tahu asal usul pedang itu tapi yang pasti pedang itu mengakui namanya sebagai Mega Eve. Pedang itu memiliki kekuatan yang besar dan bisa membelah apa saja. Selama ini pedang itu disimpan karena tidak ada yang mampu mengendalikannya. Namun Sohaya sekarang dianggap mampu untuk membawa pedang itu.

Hari-hari kejayaan Sohaya menjadi lebih manis lagi karena istrinya Isolde sedang hamil. Dia sangat bahagia dan sering membicarakan tentang istrinya saat melatih prajurit kerajaan. Tapi tidak semuanya bahagia dengan hasil peperangan. Semenjak dinobatkan menjadi pahlawan, Simon sahabat sekaligus rival Sohaya menjadi iri. Dengan dalih berlatih di alam liar, Simon pergi dari kerajaan untuk melupakan Sohaya. Namun sayang kedengkiannya semakin bertambah setiap harinya.

Suatu hari saat sedang melatih prajurit kerajaan, Sohaya mencoba menggunakan Mega Eve. Tapi kekuatan pedang itu sangatlah dahsyat, Sohaya kesusahan mengendalikan kekuatan pedang itu. Dia mengayunkan pedang itu dan tak sengaja hembusan angin dari pedang itu memotong salah satu batu besar kerajaan. Terdapat Batu-batu besar yang mengelilingi kerajaan yang menjaga seperti dinding. Dulunya batu itu diletakkan untuk melindungi mereka saat perang melawan Shubnean. Sekarang Shubnean sudah kalah jadi Orang-orang kerajaan tidak begitu khawatir dengan hancurnya salah satu batu itu. Setidaknya itu yang mereka pikirkan.

Beberapa minggu setelah hancurnya batu itu para bangsa Shubnean melakukan pembalasan. Berbondong-bondong bangsa Shubnean masuk ke kerajaan melewati dinding yang rusak itu. Mereka membantai para penduduk dan membakar kerajaan. Sohaya sangat terkejut kedatangan bangsa Shubnean. Dia memimpin pasukan dan menghentikan bangsa Shubnean agar tidak sampai ke istana kerajaan. Tapi kejutan tidak hanya datang dari bangsa Shubnean. Ternyata dalang dari penyerangan itu adalah Simon. Dia secara terang-terangan menunjukan diri dihadapan Sohaya dan mengatakan tentang rencananya.

Sohaya menjadi emosi dan menyerang Simon dengan Mega Eve. Sohaya saat itu berpikir pendek dan berpikir bahwa pedang Mega Eve lah yang harus menghukum Simon. Pedang itu ibarat wakil dari seluruh kerajaan dalam menghadapi pengkhianatannya. Simon dan Sohaya sudah berteman dan berlatih bersama sejak kecil. Kemampuan mereka bisa dianggap setara dan membuat pertarungan terjadi sangat sengit. Sohaya yang kesusahan tidak sengaja mengayunkan pedang itu dan membuat istana kerajaan terpotong. Sohaya sangat shock melihat istana yang terpotong. Dia mengingat istrinya yang hamil ada disana dan sekarang istana sudah hancur.

Klub drama menggambarkan keadaan dengan baik, panggung sedikit dihancurkan demi menggambarkan keadaan. Selain itu Khan sedari awal menggunakan jubah khusus demi adegan itu. Istana yang hancur membuat hati Sohaya juga hancur. Khan yang memerankan Sohaya sekali lagi membakar panggung. Namun tidak hanya itu dia juga membakar dirinya sendiri demi menunjukkan kemarahannya. Dalam lautan api itu Khan melakukan monolog. Kecerobohannya membuat batu pelindung menjadi hancur, Sahabatnya sekarang menghianatinya dan sekarang Istrinya yang mati karena kecerobohannya. Sohaya sangat shock dan tidak bisa berpikir apa-apa. Perasaan marah, kecewa, menyesal bercampur dalam hatinya.

Akhirnya Sohaya membuang pedang Mega Eve dan memanggil senjatanya. Senjata yang selama ini menemaninya dalam bertempur. Sebuah pedang dan perisai meluncur dari istana dan menuju tepat di genggaman tangannya. Setelah perisainya sampai dia langsung menghantam Simon dengan itu. Seakan menjadi orang lain, Sohaya menjadi lebih kuat dan bengis. Simon yang selama ini berlatih bersamanya seakan tidak ada apa-apanya dibanding dengan Sohaya. Pukulan dari perisai dilancarkan bertubi-tubi dan tebasan pedang tanpa ragu diayunkan. Simon jatuh tak berdaya menghadapi Sohaya.

Namun Sohaya tetaplah Sohaya. Dia masih memiliki kendali penuh akan pikirannya. Setelah Simon tumbang, Sohaya menghabisi para Shubnean dengan pedangnya sendirian. Sohaya memanglah seorang panglima yang sangat kuat. Dengan semangat membara dia menerjang ke pasukan Shubnean yang menyerang. Bangsa Shubnean yang melihat kehadirannya menjadi gemetar seakan api penyucian sedang datang. Setelah bangsa Shubnean habis dibasmi, Sohaya kembali mendatangi Simon yang tumbang dan tidak bisa bergerak.

"Apa ada kata-kata terakhir?" Tanya Sohaya dengan wajah dingin tanpa ampun.

"Aku mengaku kalah. Bahkan setelah menghianati kerajaan dan dengan bantuan Shubnean kamu masih bisa mengalahkanku. Kamu memang lebih baik dariku." Setelah selesai mengucapkan kata-kata terakhirnya, Simon menutup mata dan tersenyum.

Sohaya menancapkan pedangnya pada jantung Simon dan membunuhnya. Sekali lagi Sohaya menjadi pahlawan kerajaan. Tapi setelah kejadian itu Sohaya sudah tidak punya apa-apa lagi. Dia pergi membawa Mega Eve dan menemui salah satu petinggi dari hutan Dryad. Sohaya bercerita tentang apa yang dialaminya dan saat itulah kisah tentang Sohaya ditulis. Sohaya datang meminta agar pedang itu disegel namun petinggi hutan Dryad tidak punya cukup kekuatan untuk melakukannya.

"Gunakan Tubuhku!" Ujar Sohaya.

Walau melakukan beberapa kesalahan, tetapi Sohaya adalah yang paling mampu mengendalikan pedang Mega Eve. Cerita diakhiri dengan Khan yang membakar dirinya bersama pedang itu di sebuah altar ritual. Api yang membara menyala dengan terang. Cahaya dan kehangatannya sampai pada semua penonton.

"Pertunjukan yang menajubkan." Ujar Io tepuk tangan karena kagum.

"Kalian tahu? Ada kenyataan yang mengejutkan dari cerita itu. Setidaknya ini cerita yang kudengar dari ayahku, tapi katanya para penghuni hutan Dryad berhasil menyelamatkan anak yang dikandung Isolde." Sahut Gany.

"Apa!? Benarkah itu!?" Io terkejut dengan ucapan Gany.

"Bohong!" Arche tidak terkejut dan sama sekali tidak percaya dengan ucapan Gany.

"Sebenarnya para Dryad juga terkejut bagaimana Anak itu masih bisa hidup bahkan setelah beberapa waktu berada dalam rahim ibunya meninggal." Jelas Gany.

"Syukurlah…. Jadi selama ini cerita ini adalah cerita yang happy ending." Io tersenyum dengan perasaan lega.

"Entalah, Simon memang jahat tapi dia merasa puas dan tersenyum pada saat kematiannya. Sebaliknya, Sohaya yang baik dan berjiwa pahlawan menderita saat akhir hidupnya. Bagaimana menurutmu Arche?" Tanya Gany.

"Yaahh… setelah kamu bilang begitu aku jadi bingung jenis akhir apakah ini." Jawab Arche.

"Tentu saja Happy ending! Anaknya selamat, berarti pengorbanan tidak Sohaya sia-sia." Io yakin akan pendapatnya.

"Aku dan Gany beruntung karena disini ada Gadis polos sepertimu." Jawab Arche dengan tersenyum.

Akhirnya pertunjukan malam itu selesai. Semuanya sangat puas dan menikmati pertunjukan itu. para penduduk pulang ke rumahnya masing-masing dan para murid beristirahat dengan perasaan lega di penginapan. Semua kesibukan mereka sudah terbayar. Semua orang beristirahat malam itu termasuk badan Eksekutif.

Semua orang beristirahat setelah acara itu kecuali Lapis dan Gany. Karena kesibukannya selama ini, Lapis ingin bersama dengan Gany dan mengajaknya untuk bertemu. Walau dengan malu-malu, Lapis ingin menunjukkan gaun yang sedang dipakainya dan meminta pendapat Gany tentang itu.

"Hmmm… menurutku terlalu berlebihan." Ujar Gany.

"Iya kamu benar aku memang tidak cocok menggunakan gaun mewah." Jawab Lapis.

"Bercanda…. kamu terlihat cantik." Jawab Gany dengan tersenyum.

Lapis mengalihkan pandangan karena malu.

"Yah sebenarnya kamu selalu terlihat cantik, jadi tidak ada bedanya." Tambah Gany dengan sedikit tetawa.

"Sebenarnya kamu ingin memujiku atau tidak?" Tanya Lapis yang sedikit jengkel karena dikerjai.

"Aku memujimu, maksudku kamu tidak perlu berhias untuk terlihat cantik dimataku." Jawab Gany sembari menatap dalam-dalam mata Lapis.

Lapis tersenyum dan tertawa mendengar jawaban Gany.

"Oh iya ayo kita melihat bintang! semalam kita sibuk jadi ayo kita melihatnya sekarang." Ajak Lapis.

"Ayo!" Jawab Gany.

Mereka berdua menyelinap dan mengambil sebuah teleskop untuk melihat bintang bersama. Malam itu juga cerah untuk melihat bintang.

"Ayo berlomba untuk menghitung bintang." Tiba-tiba kebiasaan Lapis untuk menantang Gany keluar.

"Itu tidak masuk akal! bagaimana aku tahu bintang mana yang sudah kamu hitung." Gany dengan sigap menolaknya

"Hahaha… kamu benar." Lapis tertawa dengan idenya sendiri.

Akhirnya mereka melihat bintang dengan normal. Setelah puas melihat bintang, mereka kembali ke penginapan untuk tidur dan bersiap untuk esok. Hari terakhir Training Camp, mereka semua berkumpul dan melakukan upacara penutupan. Rahul menyampaikan amanat yang sangat panjang tentang perjuangan badan eksekutif dibalik layar. Tentu tidak semuanya mendengarkan dan ingin cepat pulang. Setelah mengucapkan terima kasih, upacara selesai dan mereka semua menaiki kereta karavan untuk pulang ke Tetra. Acara itu mebuat kenangan yang indah untuk semua orang. Bagi Arche sebagai pengawas badan eksekutif acara yang seperti itulah acara yang sukses.