webnovel

LELAKI INI

Chealse tidak tahu entah ini adalah hari sialnya atau tidak, namun yang pasti dia ingin mengumpat sekarang.

Rambutnya yang sudah sedari tadi dia rapikan, ternyata sia-sia karena sekarang ini dia di tabrak oleh seseorang yang rasanya punggung lelaki.

Chealse memarahi habis-habisan lelaki itu dia belum tahu siapa yang dia lawan sekarang, dia juga tidak tahu mengapa pandangan dari setiap mahasiswi dan juga mahasiswa yang lain menatapnya seolah mengatakan 'jangan lawan.'

Chealse tidak peduli terhadap semua pandangan itu, dia masih memaki-maki lelaki yang terlihat tenang di depannya, bahkan dia terlihat tampan juga, tetapi Arg .... Chealse tidak memikirkan ketampanan lagi kalau harga dirinya sudah di injak seperti ini.

"Apakah anda tidak memiliki pandangan?"

"Sudah jelas-jelas saya berada di depan ini, dan anda masih tetap tidak melihat saya?"

"Apakah anda tidak mengenal saya?"

Chealse mengatakan kalimat pertanyaaan terahkir dengan sangat percaya diri, bahkan mahasiswi yang berada di sana sudah takut kalau nanti permasalahan ini tambah rumit lagi.

Chealse mencoba merapikan rambutnya, dia terdiam dan menarik napas sembari menunggu jawaban dari lelaki yang masih diam seribu bahasa dengan tatapan mata yang selalu saja ke depan.

Chealse mengumpat sekali lagi di dalam hatinya, dia tidak terima kalau di perlakukan seperti ini, dia bahkan lebih memberitahukan siapa dirinya yang sebenarnya kepada lelaki dingin itu.

Lelaki itu hanya bisa menarik napas panjang, dia sudah mengetahui bahwa gadis ini hanya mencari perhatian kepada dirinya, maka dari itu dia hanya mencoba menganggap gadis ini hanya sebagai angin yang sudah berlalu.

Dia memutuskan untuk pergi, namun Chealse yang tidak terima, dia bahkan ingin lelaki itu meminta maaf dan mengakui bahwa ini adalah salahnya sendiri.

"Apa?" tawa Chealse seakan dia tidak terima melihat lelaki itu melangkah dari sampingnya.

Chealse segera meletakkan tangannya pada punggung lelaki yang sudah membelakangi dirinya, dia mencoba membalikkan badan lelaki itu  dan ingin menamparnya.

Chealse tertegun baru sekali ini dia mendapatkan perlakukan yang berbeda dari setiap lelaki yang dia temui, dia bahkan tidak percaya siapa lelaki ini sehingga berani menatap dia tajam.

Yah, lelaki tadi geram melihat sikap dari Chealse yang selalu saja ribut, lelaki itu menatap tajam dengan membuang tangan Chealse dari punggungan, dia sama sekali tidak ingin di sentuh oleh wanita yang kotor.

"Apa?" Chealse tertawa lagi, lelaki ini sudah keterlaluan.

"Kenapa?" satu kata keluar dari mulut lelaki itu, membuat semuanya terdiam.

Yah, ada begitu tatapan yang di berikan oleh wanita  yang berada di sana, bukan hanya wanita lelaki juga tidak percaya, bahwa dosen itu membuka mulut untuk

gadis tengkik dikampus mereka.

Beberapa orang teringat akan beberapa tahun silam perkataan dari dosen mereka, yang mengatakan bahwa siapa wanita yang dia jawab pertanyaan baik itu secara langsung dan tidak langsung, itu yang akan menjadi pasangan hidupnya.

Mereka semua berbisik-bisik, suasana semakin gaduh, semakin tidak terarah lagi. Lelaki tang di sebut dengan dosen itu mencoba menenangkan situasi, dia juga melihat kelopak mata dari tadi itu mulai berlinang pertanda dia akan menangis.

Chealse sedih, baru kali ini dia merasa bodoh, dia bahkan ingin menampar lelaki itu, namun karena mengingat wajah ayahnya ketika marah, membuatnya menahan segala guncangan yang akan dilakukannya.

Chealse berlari menghindari kerumunan itu, begitu juga dengan lelaki itu dia pergi dengan sendirinya dan dengan gaya yang selalu percaya diri.

Semua bubar saat itu, tidak ada yang bisa membuka mulut, mengingat dosen ini sungguh kejam dan tidak bisa di lawan, sifatnya yang dingin juga tidak bisa ditandingi.

***

Malam telah datar, kali ini untuk memuaskan segala perasaaan sedihnya, Chealse memutusakan untuk pergi ke tempat yang dia sukai, tempat yang dia punya agar segala mimpi buruk dan kejadian buruk yang dia alami bisa pergi dengan sendirinya.

"Kenapa udara di dalam ruangan ini lebih tenang?"

"Ini sangat segar," tuturnya sembari meletakkan gelas wine itu.

Dia bersama seseorang yang berada di sofa samping tempat duduknya, tergiur dengan keelokan tubuh gadis itu? Yah, dia tergiur sekali bahkan ingin mencicipi rasanya.

Hanya lelaki yang di jumpai oleh Chelsea tadi siang saja yang sangat bodoh, bagaimana tidak bodoh? dia bahkan sama sekali tidak tergiur dengan pesona tubuh serta dada yang  sedikit terbuka yang dimiliki oleh Chealse.

Lelaki itu menawarkan sekali lagi, wine kepada Chealse, dia menerima dengan sangat mudah, namun ketika ingin meminum dia meletakkan sekali lagi dan dengan sengaja membuang di depan wajah lelaki tadi.

"Kenapa?"

"Apakah saya bodoh?"

"Dapatkan saya dengan cara yang bersih, caramu sangat kotor," lanjut Chealse.

Lelaki itu mengumpat setelah Chealse pergi dari tempat itu, dia bahkan tidak tahu kalau Chealse sangat pintar, dia bisa merasakan aroma racun yang sudah di tuangkan nya tadi pada gelas wine Chealse.

Dia menendang pintu dengan kesal, mencoba untuk menahan emoai tetapi ini tidak bisa lagi, dia tidak bisa melakukan ini semua, dia harus mendapatkan Chealse cara kotor sekalipun harus dia lakukan.

Chealse yang berada di luar pintu, mencoba melihat  sekeliling ruangan  itu, dia tetap bernapas namun sedikit susah rasanya, untungnya dia masih belum sempat pusing dan meminum wine dari lelaki yang tidak tahu di untung utu.

Chealse menuruni anak tangga, karena kebetulan ruangan dia berada di atas, tidak ada yang bisa masuk ke atas kecuali dia minta lelaki untuk menemani dirinya, manajer sekalipun tidak bisa karena Chealse membayar mahal tempat itu.

Rambut Chealse yang dia letakkan di samping serta liptint merah merona membuat dia semakin bersinar di malam hari ini dengan lampu kelap-kelip, dia melihat ke arah lelaki yang melihatnya, lelaki itu salah tingkah, Chealse hanya berjalan saja sudah membuat para lelaki termanggut-manggut.

Dia berjalan ke arah kursi yang berada di meja bar, dengan wine yang dia minta kepada penjaga tempat minum itu, sekali lagi dia mencoba untuk melihat arah jarum jam itu, apakah ini salah atau dia yang salah melihat?

"Apakah sejagat sudah jam sepuluh malam?"

"Iya, nyonya." panggilan yang berbeda di lemparkan oleh penjaga minuman itu kepada Chealse.

Segera dia meninggalkan wine itu dan melemparkan uang dua ratus ribu rupiah, padahal minuman Chealse hanyalah satu botol wine saja, penjaga tokoh mengambil  dengan cepat dan melayani kembali lagi pasangan yang datang.

Tepatnya di jalan, kali ini Chealse turun dari mobilnya, karena mobilnya mogok, dia melihat bahwa ada mobil datang dari arah depan, Chealse mencoba melambaikan tangan dan memanggil mobil itu.

Sialnya Chealse malah di lewati, dengan kecepatan mobilnya  yang tidak bisa lewati, Chealse tertegun satu detik.