webnovel

DIJODOHKAN?

Wajah wanita itu geram sekali, ketika mengingat tadi mobil itu melintas dengan kecepatan yang sangat tinggi.

Mentang-mentang mobilnya bermerek, jadi mobil murahan itu tidak bisakah berhenti dan menolong mobil punya Chealse?

Chealse masih menatap kepergian mobil itu, dia seakan tidak lagi percaya untuk hal itu, dia tertawa, sekali lagi mengedipkan matanya, sebentar dia tersadar bahwa sekarang sudah jam sebelas malam.

Hawanya semakin dingin, angin sepoi-sepoi di malam hari ternyata lebih menggoda dari sebelumnya, dia mencoba untuk mencari jaket di dalam mobilnya tetapi tidak ada.

Sekali lagi dia kesal, ini mungkin adalah hari di mana dia harus mengabadikan rasa kesal yang berlipat ganda ini, dia melihat mobil lewat lagi, sepertinya mobil ini di kenal oleh dirinya, maka dari itu Chealse tidak perlu repot-repot mencari manusia lagi di muka bumi ini untuk memperbaiki mobilnya.

"Hanaya?" tanyanya dengan nada yang sedikit bingung.

Wajahnya sedikit termenung mengingat siapa gadis yang sekarang ini berada di depannya.

Mulutnya terbuka dan berucap "astaga, apakah itu kamu Chealse?"

Mereka tersenyum lalu membuka mulut masing-masing,"kamu?"

Mereka saling berpelukan, hingga akhirnya tidak terasa bahwa sekarang sudah setengah dua belas. Lagi pula sekarang ini tidak akan di marahi oleh ayah Chealse maka dari itu Chealse tertegun antara memilih pergi bersama sahabatnya atau pulang dulu ke rumah untuk pamit.

Namun tidak, Chealse bukan orang bodoh yang nantinya akan di tertawakan oleh Hanaya ketika mengetahui bahwa dirinya harus meminta izin kepada orang tuanya ketika ingin pergi, maka dari itu Chealse dengan pikiran yang gegaba pergi bersama wanita itu.

"Kita akan pergi ke mana?"

"Aku rasa kita akan ke restora___"

"Kenapa?"

"Lebih baik kita ke Bar, Chealse di Amerika sangat enak bar nya dan juga pelayanan mereka, aku ingin merasakan bagaimana pelayanan di bar Indonesia ini."

Yah, Hanaya adalah gadis yang bekerja di liat negeri, tepatnya dia kuliah, di biayai oleh orang tuanya yang sangat jaya raya, hanya saja bedanya bersama Chealse adalah, penikmat.

Chealse hanyalah penikmat wine saja, dan penikmat suasana malam. Namun untuk Hanaya dia bahkan adalah seorang pelaku, yah kalian pasti mengerti apa yang di maksud dengan pelaku.

Dan Hanaya baru saja pulang dari Amerika, dia tidak menyangka bahwa tadinya dia bisa bertemu dengan sahabat masa sekolah menengah atasnya, dia bahkan tidak sabar lagi untuk menikmati lelaki Indonesia yang sangat segar ini.

Beberapa jam kemudian, mereka telah menghabiskan beberapa botol wine di dalam bar itu, tadinya ketika Chealse pergi pelayan itu kita dia tidak akan pulang lagi, namun dia malah membawa gadis yang lebih cantik dari pelayan yang berada di sampingnya.

Mereka tertawa bersama merasakan kehangatan beberapa lelaki yang berada di sampingnya.

Sedangkan di seberang sana beberapa orang telah berkumpul, raut wajah mereka tampak sangat kesal sekali, terlebih kepada lelaki yang sudah mencoba untuk hadir sampai-sampai dia pergi dari kampus.

Ada ayah dari Chealse dengan tangan yang sudah dia kepal dan juga rahangnya yang tegas telah terbentuk, saat itu juga tidak ada yang bisa mengatakan bahwa ayah Chealse tidak lagi marah, melainkan ibunya saja sudah sangat marah sekarang.

Karena ini sudah terlalu larut sekali, lelaki itu berdiri dari kursinya dia mencoba untuk pergi dan pamit secara sopan kepada calon mertuanya.

Yah sebelumya dia sudah tahu kalau dia akan dijodohkan, namun melihat kalau seperti ini sikap dari wanita yang akan menjadi pasangan hidupnya, mungkin dia akan memilih mundur dari perjodohan konyol ini.

"Saya pamit, ini sudah terlalu lama, bagaimana anak gadis bisa tidak pulang selarut ini?"

"Bukan begitu mungkin dia akan sampai sebentar lagi, kalian hanya perlu menunggu untuk satu jam kedepan," mohon ayah dari Chealse.

Benar-benar kesabaran mereka telah di uji, lelaki itu segera pergi meninggalkan tempat itu, jika dia dikatakan sangat egois biarkanlah karena dia memang egois.

Akhirnya mereka semua pergi, tidak ada hal dan keputusan yang mereka dapatkan, hanya ada kemarahan yang sudah membabi buta dan juga kesabaran yang belum terdapat kebahagiaannya.

Di seberang sana dia sudah akan pulang, karena kepala sudah terasa sakit, dia berjalan masuk ke arah mobil wanita yang masih terlihat segar itu, dia juga tidak tahu mengapa efek wine kali ini sangat keras, bahkan untuk berjalan saja rasanya sangat sulit bagi dirinya.

"Ayo, kamu kenapa?"

""Ayo" ucapnya sembari memakai sealbet.

Mobil berjalan dengan kecepatan yang sangat tinggi, sampai-sanpai rasanya sekarang ini Cheasle ingin muntah tetapi lagi-lagi dia harus menjaga sikap di depan wanita yang menjadi temannya ini.

Beberapa menit berlalu, mereka telah sampai dan sekarang Chealse benar ingin muntah, namun satu menit dia harus menahan karena Hanaya belum juga pergi dari hadapannya.

"Aku pergi, kiss," ucap Hanaya melemparkan kissnya dari dalam mobil itu.

Setelah mobil melaju lebih cepat, saat itu juga Chealse memuntahkan dan mengeluarkan segala cairan bening yang berada pada mulutnya sedari tadi, dia baru merasa lega dan bisa menghirup udara.

Beberapa menit berlalu dia sudah sampai di kamar, dia segera memastikan tidak ada ayahnya di dalam kamarnya, dia mencoba untuk tetap diam dan menutup matanya.

Keesokan harinya terasa udara lebih dingin dari sebelumnya, tidak ada sinar matahari dan juga tidak ada cahaya yang biasa dia dapat setiap pagi hari.

Dia terbangun, melihat jam beker imut di sampingnya telah menunjukkan pukul sembilan pagi, dia heran kenapa ibunya tidak membuka gorden untuknya.

"Apakah ibu bodoh?" kesalnya melemparkan bantal guling ke arah jam beker.

Sekali lagi dia mencoba untuk tetap tenang dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, dia membuka gorden tetapi tidak melipat selimutnya, terlihat dia adalah wanita yang sudah untuk di kendalikan.

Dia selesai mandi, memakai make-up dan turun ke bawah, dia sudah rapi, tetapi ketika dia turun dia melihat ayahnya yang tidak bersiap-siap untuk pergi ke kantor serta ibunya tag tidak seperti biasanya.

Ibunya tidak menyapa dirinya, bahkan dia juga terkejut melihat mereka berdua yang duduk diruang tengah, ketika Chealse ingin datang dan menghampiri mereka berdua, segera Ayah dan juga ibunya meninggalkan Chelsea.

Chealse terpaku dalam hati dia bertanya-tanya.

'kenapa mereka seperti ini?'

'Apakah mereka mengetahui bahwa aku pulang terlambat lagi malam ini?'

'Tidak! aku tidak tahu di mana letak kesalahan aku.'

Chealse tertegun sekali lagi, dia mencoba untuk berdiri meski dengan keraguan hati yang sudah besar, Chealse juga tidak bisa mengatakan bahwa ini kesalahan dia yang sepenuhnya.