webnovel

Mysteri Book

Keyla yang sudah tiga kali pindah sekolah akhirnya terpaksa harus pergi ke tempat ayahnya yang merupakan kepala sekolah. Dia sombong dan malas. Akhirnya mendapat godaan dari hantu yang sudah lama menunggu Keyla untuk membalas kematiannya. Keyla yang tidak sengaja menemukan diary tanpa nama, membuat dirinya perlahan berubah. Apa yang sebenarnya terjadi? Buku harian siapa itu? Dan mengapa Keyla dipilih oleh hantu?

Anna_Secil · Urban
Not enough ratings
5 Chs

Buku tak Berjudul

Yoga pun langsung masuk begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun kepada Keyla.

"Ih freak, dasar!" Keyla mengumpat melihat kelakuan Yoga yang tidak menganggapnya sama sekali. Padahal dia adalah murid paling cantik di sekolah ini.

Yoga seperti biasa menyapa Pak Mulyo karena dia adalah penghuni tetap dari perpustakaan ini dia pun duduk di paling pojok dengan beberapa tumpukan buku di depan mejanya.

Keyla memandang remeh Yoga, lalu duduk di tempatnya dan mulai mengerjakan soal-soal yang diberikan Bu Sasa.

Seketika soal itu terasa sulit dan membuatnya buntu lalu dia melirik ke arah yoga yang kutu buku itu dan sedikit mempunyai ide untuk meminta bantuannya.

Keyla membawa lembar soal menghampiri Yoga.

"Hmm, Hei, bantuin aku dong, aku kesulitan. Nih nomor 32 apaan ya, caranya kayak gimana? Nanti gue traktir makan sepuas lo deh! Lagi pula kita kan teman sekelas." Keyla menyerahkan lembar soal ke hadapan Yoga.

Yoga pun melirik ke arah Keyla dengan tampang yang tidak suka, sinis.

"Ini soal kamu dan kamu harus mengerjakannya sendiri. Kenapa minta bantuan orang lain?"

"Gue hanya kesulitan dan ingin tahu caranya. Bisakan ngajarin gue? Please!"

"Bisa sih. Tapi kalau namanya ulangan itu ya harus sudah siap dong dengan cara-caranya. Jadi diharuskan belajar."

Keyla lalu duduk di samping Yoga, dia ingin membujuk Yoga dengan rayuannya.

"Please, bantuin gue, gue beneran nggak tahu caranya. Lo cukup kasih tau caranya doang kok, nanti gue ngerjain sendiri." Keyla memakai jurus memohonnya dengan sedikit nada menggoda.

"Maaf, tapi kamu nggak lihat tuh di depan meja aku ada buku-buku yang harus dibaca!"

Keyla geram dengan Yoga.

"Eh. Gue dari tadi udah mohon-mohon lho ya, minta kasih tahu caranya doang bukan jawabannya!"

Keyla mulai naik darah mendengar pernyataan Yoga kepada dirinya.

"Tapi saya tidak punya waktu. Apakah kamu memaksa?"

"Ternyata murid kayak lo itu sombong juga ya, pantas saja teman-teman di kelas nggak ada yang mau temenan sama lo!"

Yoga hanya diam sedikit  membetulkan kacamatanya lalu melirik lagi ke arah buku, membiarkan Keyla yang terus saja mengomeli dirinya.

Keyla tidak menyerah, dia pun tetap duduk di bangku Yoga sambil berpikir untuk mengerjakan soal-soal yang ada.

Tampaknya hal ini pun berhasil untuk membuat Yoga luluh dan mau mengajarkan dirinya.

Akhirnya Yoga mau membantu Keyla untuk menyelesaikan soal-soalnya. Mereka pun tampak lebih akrab dengan sangat cepat.

"Wah akhirnya beres. Makasih ya, lo udah ngajarin gue. Gue traktir lo makan, mau di mana?"

"Nggak usah kok, nggak apa-apa. Lagipula itu tidak membuat aku pusing, kamu pintar kok hanya saja tidak tahu caranya."

"Tapi gue mau maksa traktir lo, ya meskipun lo nggak mau!" Keyla tersenyum.

"Ternyata kamu itu orangnya asik ya, nggak sombong. Tapi kenapa semua orang di sekolahan ini bilang kamu sombong?"

"Karena gue males akrab sama mereka yang alay. Kalo gue mau aja gue deketin, kalau nggak mau ya udah mau dia seperti apa juga gue bodo amat!"

"Haha, lucu sih."

"Ya udah gue pamit. Sekali lagi makasih ya."

Keyla lalu tersenyum sebagai tanda terima kasih ke Yoga dan pergi menuju ruang guru untuk memberikan semua soal yang baru saja dikerjakan kepada Bu Sasa.

"Ini Pak Mulyo. Tolong taruh ya buku matematikanya lagi, saya ingin pergi ketemu Bu Sasa."

"Eh apa-apaan kamu. Dasar anak kurang ajar nyuruh orang tua. Taruh sendiri sana. Memangnya saya siapa kamu!"

"Ih Bapak kan penjaga perpus, taruh dong!"

"Saya emang jagain cuma buat khusus kalau murid pengen minjem buku terus balikinnya lagi. Kalau untuk menaruhnya kayak gitu urusan kamu lah. Taruh lagi sana atau saya telepon Bu Sasa biar kamu ditambah hukumannya."

"Huh!"

Keyla yang sudah amat sebal sekali terpaksa membawa buku tersebut ke tempat tadi dia menemukannya.

Di saat Keyla sedang menaruhnya ternyata pandangannya tertuju kepada sebuah buku kusam yang tampak seperti berbeda dari yang lainnya.

"Buku apa ini?"

Keyla lalu mengambil buku tersebut dan melihat-lihat.

Sampul buku yang sudah terkena air membuat buku itu sedikit berkerut dan tampak ada beberapa bagian yang sudah sobek, membuat Keyla penasaran. Dia lalu mengambilnya.

"Nggak ada namanya, buku apa ya ini?" Keyla lalu mulai membuka lembaran-lembaran yang ada di buku tersebut.

Jumat 12 Desember 1999

"Wow, sudah lama sekali ini buku. Tampaknya menarik. Aku bawa ah, buat baca-baca di rumah."

Keyla lalu membuka bajunya dan menyembunyikan buku tersebut diantara roknya lalu menutup baju sekolahnya lagi seakan-akan dia tidak membawa apa-apa. Dia pun lalu pamit pada Pak Mulyo dan juga Yoga yang sedang sibuk baca. Mengambil tasnya di meja Pak Mulyo.

"Pak. Aku pergi dulu ya makasih lho."

Keyla berjalan dengan cepat keluar lalu mengeluarkan buku tersebut dari dalam bajunya dia pun langsung memasukkan buku tersebut ke dalam tas.

Seperti biasa tanpa basa-basi lagi dengan keahlian dirinya melobi penjaga sekolah. Keyla bisa lolos dari sekolah. Dia pun berhasil bolos pelajaran selanjutnya. Dengan senang langsung membawa Simon-motor favoritnya melipir ke warnet tempat biasa dia singgah.

Keyla lalu meluapkan segala emosinya dalam permainan gamenya. Dia memang sangat apik sekali dalam bermain game, tepatnya semenjak dia tahu papanya punya istri muda dan ibunya juga punya selingkuhan.

Keyla hanya mau menghabiskan waktunya di dalam warnet karena kesedihan yang sangat mendalam. Dia pun juga tidak percaya dengan laki-laki lebih tepatnya tidak percaya dengan apa yang namanya cinta.

Namun, pada saat Keyla baru saja ingin memulai permainannya, tiba-tiba monitor pc yang di depannya, mati dan ini sedikit membuatnya kesal. Keyla langsung melapor kepada penjaga warnet.

"Bang, itu kenapa ya monitor 18 mati, gue pengen main nggak kuat bayar listriknya apa rusak tuh!" ucap Keyla menghampiri Bulbul penjaga warnet.

"Mati? Masa sih, sebelumnya nggak ngapa-ngapa. Coba gue lihat dulu."

Bulbul dan Keyla lalu menghampiri monitor 18 tempat di mana ia duduk dan ternyata komputernya tidak ada kendala apapun bahkan gamenya Keyla sudah berjalan seperti biasanya.

"Itu bisa. Kaga ngapa-ngapa. Salah lihat kali lu tadi, itu buruan tuh lu udah pengen mati di pojokan."

Keyla lalu cepat-cepat duduk dan mulai memainkan permainannya itu tetapi saat Bulbul pergi dari sana tiba-tiba komputernya mati lagi dan kali ini Keyla tidak mau beranjak dari komputernya untuk membuktikan semuanya itu.

"Bang. Lihat nih mati lagi sini cepetan!" Bulbul pun menghembuskan nafas lalu menghampiri Keyla. Tetapi pada saat Bulbul ingin sampai ke tempatnya tiba-tiba monitor itu menyala lagi.

"Apaan sih, lu liat tuh nyala ah!" Keyla menoleh ke arah monitor. Benar saja monitornya masih menyala dan gamenya pun masih berlangsung. Keyla sudah sebal dan kesal. Akhirnya dia memutuskan untuk mengakhiri permainan dan pergi dari sana.

"Sial! Hari apaan sih nih, kayaknya gue apes banget. Udah pagi disuruh ngerjain tugas, sekarang pengen main monitornya rese, pengen pulang juga bete! Kemana ya enaknya!" gumam Keyla yang kesal hari ini karena dia mendapatkan sial yang  bertubi-tubi.

Keyla lalu mulai mengendarai motornya lagi. Pada saat dia mulai memutar pedal motor. Tiba-tiba Keyla melihat seseorang lewat. Otomatis dia menekan rem dan membuat kepalanya yang memakai helm mengenai spidometernya.

Dugh!!!

"Aw… Sakit! Kalau jalan lihat-lihat dong!"

Keyla lalu menengok ke kanan dan ke kiri. Namun, di sana tidak ada orang.

Bersambung ….