webnovel

My Shine

Aku menyayangi Anda dan Athanasia. Aku menyayangi kalian, prioritasku.

Cheristi · Teen
Not enough ratings
5 Chs

Merethyl Lydril

Merethyl bangun dari tidurnya, sarapan sudah tersedia di atas meja kamarnya. Ruangan yang luas yang mungkin cukup untuk ditiduri 15 anak panti, kini ia tiduri sendiri. Ia merindukan Lisa. Bagaimana kabar Lisa di sana?

Ia menyibak selimut sutra miliknya dan mulai memakan sarapannya. Keluarga Baron tidak ada acara makan bersama ya? Mungkin mereka sibuk... pikir Savannah.

Seseorang mengetuk pintu kamarnya, ia membukakan pintu dan terlihat pelayan cantik di depan matanya. Ia membungkuk memberi hormat.

"Nona Merethyl, saya diperintahkan Tuan Baron untuk menyiapkan kamar mandi Nona dan memakaikan anda pakaian terbaik. Nona akan ada kelas materi pagi ini."

Suaranya yang lembut terdengar mendayu - dayu, tidak seperti Suster Claire yang penuh penekanan. Merethyl mengangguk dan bingung saat pelayan itu masuk ke dalam kamarnya.

"Mulai hari ini saya akan menjadi pelayan pribadi Nona Merethyl, perkenalkan nama saya Lilieth. Air hangat sudah saya siapkan untuk Nona berendam."

Merethyl tampak kikuk. Mulai hari ini ia akan dijaga 24 jam oleh pelayannya?

"Apakah tidak apa apa aku memanggilmu Lily?"

Pelayan itu mendongak lalu tersenyum hangat. "Tentu saja tidak apa apa Nona. Saya tersanjung diberikan nama panggilan oleh Nona sendiri."

"Iyaa Lily."

"Mari saya antarkan Nona ke kamar mandi."

Risa, maksudku Merethyl terkejut. Apa ia harus dimandikan? Membayangkannya saja membuatnya merinding. Tapi Lily mulai melepaskan pita yang mengikat piyama milik Merethyl.

"A-aa... Lily aku bisa sendiri."

"Tidak Nona, ini perintah Tuan Baron."

Ia hanya bisa pasrah. Membiarkan orang lain melihat lekuk tubuhnya. Meskipun mereka sesama jenis, tetap saja memalukan bagi Merethyl. Dililitkan handuk tebal berbahankan katun yang sangat lembut dan nyaman digunakan. Lily memakaikan baju handuk pada Merethyl dan mulai menuntunnya ke kamar mandi yang tadi ia siapkan.

"Saya akan memijat kaki Nona."

Merethyl baru saja masuk ke dalam bak mandi besar miliknya. Apa harus sampai dipijat?

"Tidak perlu Lily."

"Baik Nona."

Lily berdiri di samping Merethyl yang sedang dimandikan busa. Cukup memalukan karena ini pertama kalinya Ia berendam.

"Mmm.. Lily." Panggil Merethyl.

"Iya Nona?"

"Aku ada kelas materi apa hari ini?"

"Materi politik negara Nona. Dilanjutkan dengan kelas dansa yang dibimbing langsung oleh keluarga Viscount."

"Viscount? Bukannya keluarga Viscount berada di atas keluarga Baron?"

Merethyl tidak mengerti. Bukannya keluarga bergelarkan Viscount itu adalah gelar di atas keluarga Baron? Tapi kenapa keluarga Viscount ingin mengajarinya?

"Benar Nona."

"Tapi kenapa?"

"Saya juga tidak tau alasannya. Keluarga Baron belum pernah dikaruniai anak, jadi baru kali ini saya melihat Viscount mengunjungi rumah ini."

"Maksudmu?"

"Semenjak Nona diangkat menjadi anak oleh Tuan Baron Greenwich dan Nyonya Baroness Camilla. Tuan Arthur dari keluarga Viscount menawarkan diri untuk mengajari Nona Merethyl berdansa."

Merethyl terdiam dan mengangguk tanda paham. Setelah berendam cukup lama, ia mulai dipakaikan gaun biru bak permata langka di tubuh kecilnya. Rambutnya disisir dengan lembut oleh Lily. Tangan Lily terasa sangat hangat dan sangat nyaman.

Lily memakaikan kalung permata biru di lehernya dan memakaikan anting permata biru di telinganya. Mengikat sebagian rambut Merethyl dengan pita dan dihiasi dengan permata biru yang sangat cantik. Kenapa ia didandani serba biru? Mungkin Nyonya Baroness menyukai warna biru.

Ah teringat ia dengan warna rambut Tuan dan Nyonya Baron yang berwarna merah seperti dirinya. Apakah ia diadopsi karena warna rambut yang dimilikinya? Apakah itu juga yang menjadikan kesan pertama Merethyl pada kediaman Baron adalah 'Merah'?

Setelah lama bergelut dengan pikiran, ia memutuskan untuk tidak memedulikannya. Bagaimana pun, kehidupannya yanh sekarang jauh lebih baik dari sebelumnya. Lily mengambilkan sepasang sepatu tidak berhak. Ia memakaikannya pada Merethyl. Lily selesai mendandani dirinya.

"Sudah selesai Nona."

Kata Lily sambil membungkuk hormat. Ia merasa tidak enak dengan Lily. Ia berbalik menghadap Lily.

"Lily, untuk selanjutnya. Aku saja yang memakai baju, kau cukup menata rambutku saja ya?"

"Tapi Nona-"

"Lily, aku ini gadis panti. Aku sudah terbiasa memakai semuanya sendiri. Tapi aku meminta tolong Lily untuk menata rambutku saja, ya?"

"Baik Nona."

Lily menuntun Merethyl ke ruang kelasnya. Betapa terkejutnya ia, melihat tumpukan buku yang sudah tersedia di atas meja yang dilapisi permata bening.

"Sepertinya otakku akan dikuras." Batin Merethyl.

"Jika Nona membutuhkan sesuatu, bunyikan saja bel di ruangan ini. Saya akan menyiapkan teh hangat dan biskuit untuk menemani waktu belajar Nona."

"Baiklah Lily, terima kasih yaa." Merethyl tersenyum lebar dan berhasil membuat Lily ikut tersenyum. Ia lalu pergi dari hadapan Merethyl, membiarkan Nonanya itu belajar dengan fokus.

"Aku tidak mengerti semua ini, politik, perdagangan antar benua, pertemuan formal. Baru semalam aku diangkat menjadi anak mereka tapi jadwalku sudah padat. Belum lagi bertemu dengan Tuan Viscount."

Merethyl memijat keningnya. Ternyata mau bangsawan atau petani pun pekerjaannya tetaplah sulit. Ia harus mulai membiasakan diri dengan yang lain. Kemewahan tidak menjadikan diri Merethyl menjadi pribadi yang buruk, ia harus tetap menjunjung tinggi tata krama.

Merethyl mulai membaca buku paling atas. "Sejarah Keluarga Baron" Sekelibat ia teringat rumor tentang keluarga Baron yang berambisi. Apa Tuan dan Nyonya Baron juga berambisi? Tak dirasa matahari semakin tinggi. Sebentar lagi kelas dansa dengan Tuan Arthur. Apa Tuan Arthur itu pria yang tampan? Memikirkannya saja membuat pipi Merethyl memerah.

"Nona, Tuan Arthur menunggu anda di ruangan dansa."

"Iya Lily, sebentar lagi ya!"

Ia segera membereskan buku - buku tadi dan merapikannya ke dalam rak buku. Lalu ia berjalan keluar dari ruang belajar menuju ruang dansa dengan langkah anggun. Di kediaman Baron, ada taman kecil di dalamnya. Dihiasi bunga mawar dan salvia yang menjadi perpaduan yang seimbang.

Merethyl berjalan sambil bersenandung. Lagu kesukaannya dengan Lisa. Lisa, sedang apa ya dia? Mengingat wajahnya saja mampu membuat ia mendengar jeritan yang dikumandangkan Lisa. Merethyl menutup telinganya rapat - rapat. Rasanya sakit. Keringat mengucur deras dari pelipisnya. Tubuhnya bergetar sangat hebat.

"Nona! Nona! Nona tak apa - apa?!"

Lily mengguncang tubuh Merethyl. Ada apa dengan Nonanya? Mata bulat berlinang air mata itu menatap dalam pelayannya. Ia tiba - tiba memeluk tubuh Lily erat - erat. Dapat ia rasakan tubuh Merethyl yang gemetar sesenggukan.

"Lily.. hik.. hik.. Lily.."

Dengan memberanikan dirinya, Lily menepuk - nepuk punggung Merethyl guna menenangkannya.

"Nona, saya akan memberitahu Tuan Arthur untuk membatalkan kelas dansa-"

"Jangan, sebentar saja aku ingin memeluk seseorang."

Lily tersenyum miris dan mengeratkan pelukannya pada Merethyl. Dirasa Merethyl sudah mulai tenang, Lily menyeka air mata Merethyl dengan sapu tangan miliknya.

"Maaf Nona, saya hanya membawa sapu tangan milik saya."

"Tak apa Lily, ayo antar aku ke ruang dansa."

"Baik Nona."

Lily membantu Merethyl untuk berdiri dan merapikan gaun Merethyl. Dengan hati - hati, Lily membuka kedua daun pintu ruang dansa. Terdapat Tuan Arthur sedang duduk membaca suatu buku.

"Selamat siang Nona Merethyl Lydril. Perkenalkan nama saya Arthur dari keluarga Viscount, akan mengajari anda berdansa."

Arthur membungkuk memberikan hormat.

"Tuan?"