webnovel

My Shine

Aku menyayangi Anda dan Athanasia. Aku menyayangi kalian, prioritasku.

Cheristi · Teen
Not enough ratings
5 Chs

Matahari

Gadis cantik berkulit pucat pasi dengan cepolan di rambut merah khasnya, kini sedang membereskan kamar utama. Setelah selesai membereskan kamar utama, ia berlanjut membersihkan kamar mandi. Raungan yang ia dengar setiap malam tetap melekat dalam benaknya. Teringat ia dengan sosok Melisa dengan punggung yang dipenuhi dengan tanda yang tercetak dari besi yang panas. Perih, raungan yang Lisa agungkan terasa sangat menyiksa bagi siapa saja yang mendengarkan. Gadis itu, Melisa, adalah kembaran Risa. Terlahir dari wanita yang sama dan dibuang oleh wanita yang sama. Tumbuh bersama menjadi gadis yang cantik namun di tempat yang jauh dari kata cantik. Kesan yang ia terima pada panti asuhan ini adalah "luka". Luka yang sangat dalam, menyebabkan bagi siapa saja yang menitipkan atau membuang anaknya di sini akan diperlakukan seperti budak. Lebih rendah dari derajat hewan.

Beruntungnya Merisa adalah gadis yang ditugaskan menjadi pelayan yang padahal status dirinya di sini adalah anak yang diasuh panti asuhan ini. Jadi ia tidak merasakan apa yang dirasakan anak lain. Bersama Lisa yang sebelumnya menemaninya membersihkan Panti. Namun tidak lagi sama semenjak Lisa terus terusan dicekoki pil pelangsing tubuh.

Lisa dipaksa melayani para pejabat padahal umurnya baru 12 tahun. Lisa memang anak yang cantik, sama persis seperti Risa. Namun ia terpilih dan dengan terpaksa Lisa mengiyakannya. Sesudah melayani, ia akan menangis tersedu - sedu sambil memeluk Risa.

"Risa, hik aku cape hik hik. Ayo kita kabur dari sini." Katanya sambil sesenggukan. Tidak hanya sekali mereka merencanakan untuk kabur. Namun selalu tertangkap dan mereka dapat hukuman cambuk dengan gesper yang terbuat dari kulit asli.

"Lisa, kita gabisa kabur. Kita harus nunggu mama papa."

"Mama papa?"

Risa mengangguk. Lisa mencengkram pundak Risa dengan kuat. Matany menyala yang menyuarakan kepedihan. Ia merasa heran mengapa kembarannya masih mengingat mereka yang jelas sangat membenci mereka?

"Risa! Mereka udah buang kita! Kamu berharap mama papa kembali? Risa... kita hidup dan mati di sini. Keluarga manapun ga akan mendatangi panti ini Risa... panti asuhan matahari sudah 5 tahun ga dikunjungi keluarga manapun. Kamu berharap apa?!"

Risa tertegun mendengar perkataan Lisa. Benar. Apa yang Risa harapkan dari panti ini? Apa yang Risa harapkan tidak mungkin terjadi. Risa mulai menitikan air mata hingga membasahi pipi mulusnya. Ia memeluk Lisa dengan erat.

"Lisa maaf, padahal kondisimu seperti ini. Kamu berkali - kali disiksa Suster Claire. Lisa maafin aku.."

Katanya di sela pelukan yang tidak terasa hangat malah terasa sangat dingin. Buku jarinya memutih menandakan ia sangat kesal dengan kehidupan ini. Kapan ia dan Lisa akan bebas. Kapan?

Tangisan mereka terhenti saat mendengar langkah kaki mendekati mereka. Mereka diam, mematung, memutuskan bersembunyi. Apa itu Suster Claire? Langkahnya semakin mendekat dan semakin terdengar jelas.

"Merisa, ikut saya."

Dia tau jika Mereka berdua ada di sini?! Gawat...

Risa pun keluar dari tempat persembunyiannya.

"A-ada apa Nyonya?"

"Siapkan minuman dan cemilan buat keluarga Baron."

"Baik Nyonya."

Risa berlalu pergi dari hadapan Suster Claire dengan setengah berlari. Disusul dengan Suster Claire yang berlalu keluar ruangan tanpa menyadari kehadiran Lisa yang tadi bersembunyi dengan Risa. Lisa menghela nafas lega. Jika tidak, Suster Claire akan menghukumnya lagi jika ia bersama dengan kembaran kesayangannya.

Risa membawa nampan berisikan cangkir teh bernuansa elegan dengan hati hati. Meletakkan dan menuangkan teh mawar racikannya dengan telaten. Risa menyungginglan senyuman manisnya begitu ia sedang menuangkan teh untuk Tuan Baron dan Nyonya Baroness. Ia yang meracik teh bunga mawar ini. Kebun mawar pun Risa juga yang merawat dan membesarkannya. Risa, menyukai kegiatannya meskipun setara dengan 20 pelayan.

Suster Claire memberi isyarat untuk Risa supaya menjauh. Risa mengangguk dan pergi dari hadapan merek bertiga. Ia kembali ke dapur dan menyiapkan makan siang untuk Suster Claire dan anak lainnya. Menu yang dibuat tidaklah susah, hanya sepanci sup ayam dan sepanci bubur nasi. Iya, makanan sehari - hari mereka adalah ini.

Namun, kunjungan keluarga Baron berlangsung lama. Saat langit mulai senja, mereka baru pulang.

"Tumben keluarga bangsawan kesini, ada apa ya?" Batin Risa sambil mengerjakan pekerjaannya, yaitu mengangkat jemuran di luar. Berat, namun kedua tangannya sudah terbiasa memikul semua pekerjaan ini.

Saat ia memanaskan bara untuk menyetrika baju, salah satu anak panti mendekatinya.

"Kakak, Nyonya manggil kakak ke ruangan Nyonya."

Bara ia matikan dan bergegas berlari ke ruangan Suster Claire. Dengan tangan yang bergetar hebat ia membuka daun pintu kokoh di depannya. Nampak Suster Claire sedang duduk di meja kerjanya dan mengerjakan dokumen rahasia yang siapa saja tidak boleh tau, bahkan kerabatnya sekali pun.

"Ada apa Nyonya memanggil saya?"

"Kemasi barangmu."

Risa terdiam, maksudnya kemasi... ia diusir dari panti? Ia terduduk sambil mengatup kedua tangannya memohon pada Suster Claire untuk tidak mengusirnya. Dunia luar sangat berbahaya, ia takut hidup sendiri di luar sana.

"Nyonya.. jangan usir saya dari sini Nyonya, saya mohon!"

"Kata siapa kamu diusir?"

Mata Risa membelalak kaget.

"Kamu diadopsi oleh keluarga Baron tadi."

Tidak perlu berbohong, sekarang Risa tidak bisa menyembunyikan senyum sumringahnya. Ia terlalu senang. Ia akhirnya terbebas.

"Nyonya tidak berbohong?"

"Buat apa saya berbohong sama kamu? Berguna pun tidak. Cepat kembali ke kamar dan kemasi barangmu! besok subuh kereta kuda akan datang menjemputmu. Gunakan gaun terbaikmu untuk memberi kesan baik."

"B-baik Nyonya."

Risa membungkukkan badannya dan keluar dari ruangan Suster Claire. Jantungnya berdegup kencang. ia sangat senang sekarang! Bagaimana tidak? Akhirnya ia akan mempunyai keluarga yang akan menyayanginya!

"Risa kamu kenapa?" tanya Lisa saat melihat Risa masuk ke dalam kamar dengan senyuman lebar. Kembarannya sedang senang sekarang, tapi kenapa? Ia tak paham dengan Risa.

"Lisa, aku diadopsi!"

Lisa terkejut dan tersenyum lebar mendengarnya. Akhirnya saudaranya menemukan keluarga yang ia impikan selama ini.

"Kamu diadopsi sama keluarga apa?"

"Keluarga Tuan Baron."

"Wahhhh bangsawan yaaa. Selamat Risa!"

Lisa memeluk erat Risa. Namun Risa tiba - tiba saja menangis tanpa sebab. Iya memeluk erat Lisa sambil menangis.

"Heyyy kenapa nangis?"

"Lisa, ayo ikut aku."

Lisa tersenyum lalu menyapu jejak air mata dari pipi Risa. Senyuman yang menyimpan kepedihan. Ia sudah ikhlas untuk kebaikan Risa sendiri. Biar ia yang menjadi sanggaan untuk Risa yang berdiri, Risa pantas untuk menikmati dunia luar. Tidak di dalam sangkar seperti dirinya. Reputasi dan masa depan miliknya sudah hancur, tidak dengan Risa yang masih belum mengerti apa arti dari noda.

Paginya sebelum matahari menampakan diri, Risa sudah berada di dalam kereta kuda. Ukirannya terlihat sangat mahal. Sebelum pergi, ia sudah berpamitan dengan yang lain dan tentu saja dengan kembarannya yang paling ia sayangi. Ia berharap, Lisa juga akan memiliki keluarga baru yang ingin menampung saudaranya.

Risa mengenakan gaun terbaiknya. Dengan renda yang mengelilingi area di bawah dada. Ditutupi jubah biru navy pemberian Suster Claire. Rambutnya kini tidak dicepol lagi, namun dibiarkan terurai. Bibirnya diolesi pertama yang disudah dihaluskan sebelumnya sebagai pewarna bibir.

3 jam lamanya mereka di perjalanan baru sampai di kediaman Baron.

Kesan pertama yang Risa lontarkan ialah 'merah'. Ia disambut barisan pelayan wanita dan juga pria. Tas besar yang ia bawa, kini tidak membuat tangannya sakit. Karen salah satu pelayan membawakannya.

Salah satu pelayan menuntunnya ke dalam kediaman Baron. Terpampang jelas foto Tuan Baron dengan Nyonya Baroness yang sangat terlihat elegan. Meskipun Baron menempati tempat terakhir dalam gelar bangsawan, tapi mereka tetap termasuk keluarga terkaya di eropa.

Tuan dan Nyonya Baron tengah berdiri di ujung anak tangga. Risa membungkuk memberikan hormat kepada mereka berdua. Nyonya Baroness sangat cantik, membuat Risa terpana dengan sorot mata indah milik nyonya Baroness. Mereka berdua mulai menuruni anak tangga untuk menemui Risa yang di bawah. Risa gugup, ia menjadi bagian dari keluarga bangsawan. Rasanya, ia ingin pingsan sekarang juga.

Sekali lagi Risa membungkuk memberikan hormat kepada Tuan dan Nyonya Baron. Teringat ia pada perkataan Syster Claire bahwa ia harus memperkenalkan dirinya.

"S-selamat pagi Tuan dan Nyonya Baron. Perkenalkan nama saya M-merisa. S-senang bertemu d-dengan anda."

Risa menundukkan kepalanya, ia malu, ia sangat gugup, namun sebuah tangan mendarat di bahu kirinya.

"Mulai sekarang, namamu bukan Merisa, tapi Merethyl Lydril."

Merethyl?