webnovel

Bab 3

"Azhura.., itu seperti orang tua gila kemarin." Tunjuk Alexia pada seorang laki-laki yang sedang berdiri seperti kemarin dan di tempat yang sama. Dia mengernyitkan dahi, sejak kemarin belum mendapat informasi apapun dari gadis tersebut. Padahal dia sudah sangat penasaran. Terutama pada laki-laki tampan bin kaya tersebut.

Azhura menghela nafas panjang "Biarkan saja. Ayo kita pulang" Azhura menarik tangan sahabatnya. Berurusan dengan pria itu menimbulkan masalah saja, batinnya kesal. Kemarin ciuman pertamanya yang sudah terenggut. Lalu hari ini apa lagi? Tali kutangnya? Lalu besoknya tali apa lagi?

"Azhura..., Kau dipanggil orang itu," Seru Gaby, teman sekelas Azhura. Menunjukkan laki-laki yang sama.

"Biarkan saja." Elak Azhura malas. Ia kembali berjalan mendahului sahabatnya.

"Cie... cie..., Azhura punya mainan orang kaya.... Mobilnya Mercedez Benz" Ucap Fransiskus tersenyum jahil. Sepertinya memang benar. Berita ini akan menjadi hot news di kelas mereka jika Azhura tidak segera mengklarifikasinya. Huh, seperti artis saja.

Azhura menarik nafas panjang sebelum mengelak ucapan Frans "Ehem...," Mereka mencari sumber suara "Maaf, ya... saya mau bawa pacar saya pergi." Ucap Jordan senyum ramah. Sehingga beberapa diantara mereka menunjukkan muka cengo. Azhura ingin menusuk kedua mata mereka dengan jarum pentol. Biar sadar, jika tampang tidak menjamin. Laki-laki itu berbahaya dengan segala pikiran kotornya.

"Iya.... Boleh..., silahkan" Alexia mendorong punggung Azhura hingga bertabrakan dengan Jordan yang ditangkap dengan sigap olehnya. Menyeringai mesum seolah-olah mendapatkan makanan gratis selama sebulan penuh.

"Kami pergi dulu." Jordan menempatkan tangannya di pinggang Azhura. Berkelakuan barbar bukan hal yang baik untuk saat ini. Azhura pun pura-pura tersenyum meskipun hatinya ingin mencakar-cakar wajah Jordan. Sepertinya ia tidak bisa lepas dengan cepat dari genggaman laki-laki tersebut. Sedikit banyaknya, dia masih ingat perkataan Jordan kemarin, tetang Azhura yang tidak bisa lepas darinya. Huh, menyeramkan sekali.

Setelah Azhura duduk di mobil, gadis itu mengerjap sadar "Kenapa aku bisa sampai disini? Dimana sahabatku?" Tanyanya linglung. Ternyata menghayal dengan begitu serus tidak menyadarkannya dengan perjalanan sejauh ini. Azhura berdecak merutuki kelalaiannya.

Kembali Jordan tertawa "Mereka sudah pergi" Jawabnya

"Bisa aku turun disini?"

"Tentu saja tidak bisa"

Azhura membuat wajah jelek di hadapan Jordan, ia tidak lagi mengeluarkan suara karena tidak ada gunanya. Sesekali gadis itu melirik kesamping, tampak Jordan sedang tersenyum misterius dan mengikuti irama musik dari musik

. Azhura yakin jika Jordan memiliki niat buruk terhadapnya. Azhura harus lebih peka terhadap situasi mulai dari sekarang. Ia tidak mau menjadi korban penipuan, pembegalan, maupun penipuan hati. Eh, penipuan hati? Astaga.., sepertinya urat syaraf Azhura mulai tidak berfungsi lagi.

Sesampainya mereka di apartemen kemarin, Jordan duduk dengan angkuhnya di sofa, sementara Azhura sangat berhati-hati sehingga ia terlihat seperti anak ayam yang takut pada induknya.

"Sekarang... cepat kau bersikan apartemenku." printah Jordan seenaknya saja. Menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa serta menyilangkan kaki. Sok ingin seperti penguasa.

"Aku tidak mau" Azhura menyedekapkan tangannya di dada

"Kau mau kita belajar terlebih dahulu? Praktek, mungkin?" Ucapnya sambil menaikkan sebelah alis tebalnya. Mulai meenunjukkan taring kemesumannya.