webnovel

Bab 2

"Bagaimana?" Laki-laki itu membuyarkan lamunan si gadis yang mulai jauh. Merutuki kelalaiannya kemarin. Jika saja kecabeannya sedang tidak melekat dalam tubuhnya, dia pasti tidak akan menghadapi situasi seperti ini. Sial memang.

"Apa yang harus kulakukan?"

"Kau hanya perlu menjadi pembantuku." Ucap laki-laki itu santai. Ia merebahkan punggungnya pada sandaran sofa dengan dompet masih digenggamannya.

"Berapa lama? Mulai jam berapa jam kerjaku?"

"Sampai aku bosan. Kau bekerja dari pagi hingga malam"

"A-Apa...?? Bagaimana kuliahku? Sebentar lagi aku kerja prakter dari kampus" Ucapnya tidak terima. Mengingat kerja praktek yang sebentar lagi menjadi kesibukannya saja sudah membuatnya pusing delapan keliling. Dia sungguh tidak mau repot-repot. Termasuk tipikal gadis pemalas dan ingin sesuatu hal yang paling simpel.

"Aku tidak peduli, yang penting tugasmu terlaksana." Laki-laki itu kemudian menyuruh gadis itu ke dapur, menyungguhkan minum dan mengajaknya membuat keputusan yang menguntungkan bagi mereka berdua.

Meskipun tidak ikhlas, namun gadis itu tetap pergi ke dapur yang begitu asing baginya. Menyajikan dua gelas minuman beserta roti di meja dari dapur yang dia dapatkan, gadis itu kembali duduk di samping laki-laki itu dengan nampan di dada, mendekapnya begitu erat. Seolah menyembunyikan seuatu berharga di balik sana.

Gadis itu menghela nafas panjang, "Aku baru saja merasa bebas setelah tiga tahun lamanya tinggal bersama tanteku. Bisakah aku menggantinya dengan uang? Aku tidak ingin terikat lagi. Aku ingin merasakan kebebasan seperti gadis-gadis lain, menikmati masa kampus yang begitu mengagumkan. Aku bahkan mentraktir teman-temanku untuk merayakan kebebasanku, bisakah kau memberiku dispensasi?" Ucapnya memohon dengan kedua mata berharap-harap cemas.

Laki-laki itu menyerngit, menunggu gadis itu melanjutkan ucapannya "Kau tau kan, impian setiap gadis itu bagaimana?! Pergi

, makan, nongkrong di kafe, pergi jalan-jalan, berkenalan dengan laki-laki yang lebih keren, berpesta, menginap di rumah teman dan membicarakan tentang laki-laki hingga larut malam. Itu benar-benar luar biasa, mimpi setiap gadis muda sepertiku"

"Kau ingin menjadi gadis liar? Melakukan

pada setiap pria?" Laki-laki itu mengernyit penasaran.

"Bukan..., maksudku tidak sampai tahap seperti itu. Aku memiliki prinsip

itu akan selalu kupegang erat. Tak akan kulepaskan" Ucapnya senyum bangga. Masih berpikir sehat di jaman sekarang ini. "Aku tidak memiliki harta atau apa-apa jika aku menikah nanti. Aku hanya ingin memberikan milikku yang paling berharga pada suami tercintaku nanti." Tambahnya senyum sambil membayangkannya. Kedua pipinya bersemu, tidak sabar menantinya dan ingin mengetahui siapa laki-laki yang beruntung tersebut. Tentu saja sangat beruntung, dia menjaganya dengan sangat baik hingga saat ini.

"Manis sekali!" Cibir laki-laki itu

.

"Tentu saja! Memangnya dirimu, pak tua cabul!" Tekannya. Laki-laki itu menatapnya tajam "Oh... Jadi..., kau akan melepaskanku, kan?" Tanyanya harap.

"Jangan mimpi, bocah tengil" Seringaian menghiasi wajah laki-laki itu "Untuk apa kau bebas, seharusnya kau tinggal di rumah, belajar yang benar!"

"Aku sudah bosan belajar, aku ingin merubah diriku. Mempercantik wajahku agar bisa lebih populer di kalangan masyarakat." Ucapnya bangga. "Aku ingin memilih pacar yang tampan dengan wajah cantikku. Itu sangat menyenangkan,"

"Kau tidak akan bisa berubah jadi cantik, bahkan operasi sekalipun" Laki-laki itu menohoknya. Untung saja gadis tersebut sedikit oon sehingga tidak memasukkan ke dalam hati. Berlapang dada. Menganggap itu sebuah pujian untuknya agar bisa lebih bersemangat.