webnovel

Chapter 5

Setelah makan siang dan laporan perkembangan rencana yang ku berikan, aku dan Chiyuki bergegas menuju ruang tamu.

Tepat setelah aku membuka pintu, di hadapan ku terdapat seorang anak kecil yang tersenyum kepada ku. Dari kejauhan, aku bisa melihat telinga panjangnya yang menandakan dia seorang Elf.

Tidak salah lagi, dia adalah Mercedes. Berdasarkan penampilan fisiknya, dia terlihat seperti bocah namun umurnya berkata lain. Aku sempat bingung untuk mencari nama panggilan yang cocok untuknya. Kurasa.. Mercedes lebih cocok dengan panggilan yang biasa saja sebagaimana anak muda pada umumnya.

Rasa hormat dan kekaguman akan sosok yang akan menguncang masa depan bercampur aduk di dalam hati ku.

Eh?

Lebih baik jangan! Jika dia menjadi musuh ku. Itu akan sedikit merepotkan. Aku tidak mau memiliki musuh yang selalu membuat ku berpikir tiga kali untuk melangkah.

Walaupun di kehidupan sebelumnya, kita adalah musuh yang setara. Kejadian seperti memperebutkan wilayah dan menggiring opini masyarakat selalu kita lakukan. Tentu saja, semua itu dilakukan di balik bayang-bayang.

Aku dan dia adalah musuh yang bertarung di dalam bayangan.

Aku bisa merasakan sensasi lama yang telah hilang, sebuah adrenalin untuk menghadapi musuh yang melebihi prediksi ku.

Di depannya, terdapat papan catur yang kosong dan di sampingnya terdapat bidak catur. Aku bisa memahami apa yang akan terjadi.

Saat Chiyuki dan aku duduk bersamaan. Mercedes mennyusun bidak catur itu di atas papan.

"Sangat menarik.. aku tidak pernah mendapat tawaran untuk bekerjasama dengan King dan Duke di saat yang bersamaan. Beruntungnya.. aku memiliki metode untuk mengukur kemampuan untuk memilih tawaran ini" ucap Mercedes.

Bisa di katakan jika dia ingin mengukur kemampuan Duke dan King.

Yah, dia tidak bisa menghiraukan tawaran yang menjanjikan ini karena keduanya memiliki kekuatan yang sama.

Aku sedikit mengerti dengan pola pikirnya. Aku pun sama, memilih sesuatu yang pasti untuk dilakukan.

Chiyuki menerima tantangan Mercedes dan mulai menyusun bidak caturnya.

Di dalam catur, kemampuan berpikir, prediksi, dan keberanian mengambil resiko akan di uji. Tapi, apakah Chiyuki mampu menandingi kemampuan Mercedes?

Aku tidak bisa berharap banyak pada Chiyuki tapi ini menjadi kesempatan ku untuk menilai kemampuan Mercedes. Musuh yang selalu merepotkan ku di kehidupan ku sebelumnya.

"Tapi.. ini bukan pertandingan catur biasa. Setiap bidak yang kalah setara dengan melepas ikatan pakaian yang di kenakan."

Chiyuki terkejut saat Mercedes mengucapkan peraturan pertandingan.

"Bukankah ini lebih menarik untuk bisa melihat satu sama lain? Aku yakin Onii-chan mu itu akan sangat senang melihat tubuh mu."

Jangan bawa aku ke dalam pertandingan kalian!

Yah, aku tidak bisa menolak tawaran yang diberikan ini.

Aku bisa melihat Chiyuki menatap Mercedes. Tatapan itu berisi amarah dan semangat.

"Hoho.. aku suka dengan tatapan itu.." Mercedes dengan suara kekanakan mulai memprovokasi Chiyuki.

Chiyuki mulai menjalankan bidaknya.

Aku dengan tenang mengamati pertandingan mereka berdua.

Mercedes dengan bidaknya yang bergerak agresif mulai mengisi titik strategis penyerangan sedangkan Chiyuki mulai membentuk formasi bertahan. Sekilas, formasi yang mereka gunakan adalah formasi standar permainan catur namun aku bisa merasakan Mercedes mulai bergerak aktif menyerang.

Setiap bidak yang digerakan oleh Mercedes memiliki potensi untuk menghancurkan garis pertahanan Chiyuki. Hampir semua pertahana Chiyuki hanya bisa berputar-putar tanpa meninggalkan garis pertahanan dan Mercedes perlahan memanfaatkannya untuk mengisi potensi penerobosan pertahanan Chiyuki.

Melihat pertandingan mereka berdua yang berlangsung tanpa proses. Aku sedikit meragukan kemampuan Mercedes.

"Yah, kurasa sudah cukup bermain-mainnya. Onii-chan.. silahkan nikmati tubuh Imouto mu yang manis ini."

Apa itu maksudnya?

Perlahan, aku mulai mengerti apa yang dikatakan Mercedes. Satu per satu bidaknya mulai memakan bidak Chiyuki. Benteng kokoh Chiyuki perlahan runtuh oleh serangan Mercedes.

Chiyuki yang fokus bertahan hanya bisa memutar rotasi pertahanan untuk melindungi bidak Rajanya.

Sesuatu ada yang salah di sini.

Aku bisa melihat rotasi penyerangan Mercedes melebihi prediksi tiga langkah seolah ia membaca pikiran Chiyuki mengenai rencana pertahanan yang akan dijalankannya.

Perlahan, Chiyuki mulai melepas pakaian yang dipakainya hingga menyisakan pakaian tipis yang menempel di kulit manisnya.

Melihat keadaan adik ku seperti ini, kurasa aku harus turun tangan.

"Ini menarik, boleh aku menggantikan adik ku?" tanya ku tiba-tiba.

"Eh? Apa kau yakin Onii-san? Bahkan bidak Imouto mu ini sudah hampir kalah sepenuhnya.. bukankah kau ingin melihat kulit manis Imouto mu?"

"Yah, aku memang ingin melihatnya tapi.. aku lebih memilih untuk menikmati kuit manis adik ku ini sendirian."

"Fufu.. aku iri dengan kedekatan kalian."

"Yah, aku sangat mencintai adik ku. Jika saja dia bukan adik ku, sudah pasti aku ingin menikahi dirinya."

"Wow!!" Mercedes sedikit terkejut dengan candaan ku ini dan Chiyuki menahan rona merah wajahnya sembari menutupi tubuhnya yang terbuka.

"Well, kurasa aku butuh secangkir teh. Boleh aku membuat teh dahulu?" tanya ku.

"Silahkan saja..."

Aku bergegas pergi membuat teh hangat di dapur.

[...]

Nama ku adalah Mercedes, seorang gadis Elf yang cantik dan imut. Dengan umur hidup Elf yang panjang membuat ku cepat bosan menikmati hidup. Garis keturunan yang mengalir di dalam tubuh ku membuat diri ku menjadi Elf yang menempati posisi puncak.

Kecerdasan, kekuatan, dan kapasitas sihir yang besar mengalir di dalam darah ku. Walaupun itu harus mengobarkan tinggi tubuh ku pada ukuran yang sama. Bagi ku, itu bukanlah masalah karena ada banyak hal yang menarik di dunia ini seperti mempelajari ilmu pengetahuan yang kuminati.

Berkat umur panjang ini, aku sudah menguasai berbagai macam tipe sihir dan pengetahuan yang tersebar selama beberapa abad. Manusia memang berumur pendek, namun kepekaan dan kelemahan mereka membuat perkembangan ilmu pengetahuan yang baru.

Karena aku memiliki kemampuan untuk membaca pikiran, aku mencuri ilmu pengetahuan mereka melalui kemampuan membaca pikiran ku. Menyempurnakan ide di kepala mereka dan menerapkan ide itu untuk kepentingan pribadi.

Sangat menyenangkan melihat umat manusia tunduk oleh ide mereka sendiri yang dibawa oleh ras Elf. Seperti menjilat kerja keras mereka sendiri yang direbut orang lain.

Suatu hari, sebuah surat datang ke rumah ku.

Raja Kerajaan Flora dan Duke Kerajaan Flora mengundang ku untuk menjadi guru anak-anak mereka. Mengajari mereka untuk beberapa tahun bagi Elf hanya sebuah kedipan mata. Memainkan pengetahuan kami untuk mencari pengetahuan lain dari umat manusia adalah permainan yang menyenangkan.

Namun, aku sangat kecewa dengan umat manusia yang sekarang.

Mereka terlalu cepat menyerah untuk menciptakan ilmu pengetahuan yang baru. Contohnya adalah Prince dan Princess Kerajaan Flora yang terlalu fokus mengejar keinginan mereka tanpa menerapkan teknologi di depan mata mereka. Bisa dibilang, umat manusia yang sekarang sangat malas, tamak, dan hanya peduli harta saja.

Itu dibuktikan dengan tindakan Raja Kerajaan Flora yang bersedia membayar ku dengan tambang emas mereka untuk mengajari anak-anak mereka. Tidak semua ilmu pengetahuan semurah tambang emas!

Tapi bagaimana dengan anak-anak Duke Kerajaan Flora?

Aku memiliki metode pengukuran kemampuan dengan cara menantang mereka pada pertandingan catur, sembari bermain dan bersenang-senang, aku memasuki pikiran mereka untuk menilai seberapa cocok mereka untuk menerima pengetahuan yang akan ku ajarkan.

Prince dan Princess sangat mengecewakan dan aku berharap untuk sedikit menemukan kesenangan di kediaman Duke Kerajaan Flora.

Saat aku tiba di kediaman mereka, suasana tampak sangat sepi. Berbeda dengan istana kerajaan yang dipenuhi pelayan. Disini terasa sepi seperti pemakaman.

Butler bernama Sebastian yang menemani ku sedikit menjelaskan situasi yang telah terjadi. Tampaknya, Duke Kerajaan Flora sedang membersihkan mata-mata yang masuk ke wilayahnya. Melihat tempat kediaman yang sepi seperti ini, sepertinya itu sangat berhasil.

Aku menunggu anak-anak mereka sembari menikmati makan siang yang di sediakan.

Anak-anak yang ku tunggu telah tiba. Aku bisa melihat ada seorang gadis kecil dan kakaknya yang berjalan berdampingan. Melihat suasana mereka yang tampak akrab, aku sedikit membuat kehebohan kecil dan menggoda gadis kecil itu.

Sekilas, aku memasuki pikiran gadis kecil itu. Pikirannya dipenuhi oleh kakaknya yang tampak hebat.

Kurasa, aku akan menguji mereka berdua.

Pemain pertama yang menerima tantangan ku adalah gadis itu. Gadis yang bernama Chiyuki ini memiliki pemikiran yang begitu kompleks. Kepribadiannya untuk melindungi hal-hal berharga di buktikan dengan penyusunan bidaknya yang saling melindungi.

Aku sedikit mengatur susunan bidak ku menjadi agresif. Sebagai balasan atas formasi pertahanannya yang begitu kokoh. Namun, itu tidak bertahan lama setelah kakaknya meragukan kemampuan ku.

Aku sedikit mengganti taktik ku dan bermain lebih agresif. Permainan catur kami sedikit berbahaya karena setiap bidak yang kalah harus melepaskan ikatan pakaian yang dikenakan.

Melihat gadis imut yang melepaskan pakaiannya membuat ku bersemangat. Terutama melihat pikirannya yang dipenuhi rasa malu karena kakaknya melihat keadaan memalukan dirinya.

Sebenarnya, permainan kami bisa saja berakhir dengan kemenangan ku yang mutlak. Berkat kemampuan pembaca pikiran, aku bisa melihat rasa sedih dan malu gadis itu untuk menghadapi kakaknya.

Permainan gadis ini digantikan oleh kakaknya, tapi ia akan melawan ku setelah kembali membawa teh.

Aku menunggu kakaknya kembali.

Dia kembali setelah membawa troli yang berisi perlengkapan teh dan buku kecil di tangannya. Dia lalu bergegas menuju adiknya dan memangku adiknya.

Dia memberikan buku yang ada ditangannya dan tersenyum ke arah ku.

"Aku memang melawan mu, namun bidak-bidak ini dikendalikan oleh buku ini."

Apa maksudnya?

"Chiyuki, ikuti semua pentunjuk yang tertulis didalamnya."

Aku sedikit penasaran dengan buku itu.

Rasa penasaran membuat ku memasuki pikirannya. Ternyata dia menulis strategi yang bisa digunakan untuk mengalahkan ku. Itu semua tertulis di dalam buku itu.

Taktik yang lumayan bagus namun jika aku telah melihatnya itu menjadi tidak berguna!

Kami melanjutkan permainan kami.

"Halaman 21."

"Halaman 371."

"Halaman 1."

"Halaman 209."

"Halaman 12."

Petunjuk dan taktik yang diberikan untuk adiknya sangat tidak berguna karena itu telah bocor oleh lawan, bermain-main dengan pikiran seseorang sangat menyenangkan.

Aku tidak sabar untuk melihat kekalahan mereka.

"Checkmate!"

Huh?

Eh?

Checkmate?

Bagaimana bisa?

Aku kembali melihat posisi bidak catur ku dan ternyata itu memang checkmate. Aku tidak bisa bermain lagi setelah Raja ku tersudut.

Aku memandangi laki-laki itu dan membaca pikirannya.

"Aku tidak butuh Elf yang memanfaatkan kemampuan membaca pikiran lalu kalah dengan jebakan kecil ini." itu tertulis jelas di dalam pikirannya.

Tapi, bagaimana bisa?

Bagaimana caranya?

Jebakan apa yang dimaksud?

Apakah dia manusia biasa yang mampu menipu Elf pembaca pikiran? Atau hanya kebetulan semata?

Aku mulai sedikit tertarik dengannya.

Sekali lagi, aku memandangi posisi bidak catur ku. Tanpa sadar ternyata aku memindahkan posisi bidak ku untuk membuka jalan dan menyerahkan Raja ku menuju titik sergap mereka.

Kekalahan ini.. sedikit membuat hati ku terasa sakit.

Aku ingin tahu jebakan apa yang dibuatnya!

[...]