webnovel

Chapter 4

Nama ku Charles de Flora, seseorang yang diberi sebuah kewenangan untuk mengatur salah satu wilayah Kerajaan Flora. Dengan tanggungjawab itu, sebuah peringkat bangsawan disematkan kepada ku. Aku dikenal sebagai Duke of Flora dikalangan bangsawan.

Dengan semua nama, pangkat, kekuatan, dan sumber daya uang yang tidak terbatas. Aku menyimpan sebuah rahasia besar yaitu aku telah bangkit dari kematian.

Aku menyadari ini setelah berulang kali bermimpi buruk yang selalu datang dan sebuah perasaan mengenai 'Aku pernah mengalami ini sebelumnya'.

Walaupun keluarga Duke of Flora memiliki kedudukan yang setara dengan Raja dan Ratu. Tapi di kehidupan sebelumnya, kami dikhianati oleh mereka. Beruntungnya, anak ku, Karl mengambil alih beberapa fungsi komando keluarga ini dan berhasil bertahan.

Tapi keluarga kerajaan memang tidak bisa dianggap remeh. Mereka memiliki sumber daya yang jauh lebih banyak. Hal itu terjadi setelah pangeran kerajaan mencoba menggoda gadis kecil ku. Dia mengubah gadis kecil ku menjadi mainan! Orang tua macam apa yang tidak emosi mendengarnya. Mengadopsi rakyat jelata lalu menggoda gadis kecil ku? Kesabaran ku ada batasnya!

Karl berusaha mati-matian mengurusi masalah keuangan dan krisis yang terjadi di wilayah Duke of Flora, namun itu seperti tiada akhirnya.

Dosa terbesar ku di keluarga ini adalah membiarkan keluarga ini mati tanpa perlawanan. Aku sudah cukup menahan rasa amarah ku ini.

Beberapa hari yang lalu, secara mengejutkan Karl memberi tahu kami adanya mata-mata kerajaan yang bersarang di tempat kami. Tentu saja, aku sedikit emosi! Baik di kehidupan sebelumnya atau sekarang, mereka masih saja mencari masalah dengan keluarga kami.

Informasi manis yang kami dapat serta jaringan informasi mata-mata mereka, membuat kami melakukan pembersihan secara merata. Aku ragu jika ada beberapa tikus yang tertinggal tapi biarkan saja. Anggap saja itu seperti memberi sebuah pesan untuk tidak berurusan dengan keluarga kami.

Dendam ku terhadap kerajaan memuncak setelah gadis kecil ku dengan beraninya membunuh ku. Sebagai seorang Ayah, aku merasa gagal mencegah keutuhan keluarga ini.

Tapi.. untuk kesempatan kedua ini.

Aku akan melawan setiap musuh ku dengan sekuat tenaga.

Mata dibalas mata.

Menjadi monster pun tak masalah..

[...]

Victoria de Flora, atau lebih dikenal sebagai Duchess of Flora. Sebagai Ibu dari dua anak, keseharian ku bisa dibilang biasa-biasa saja. Lahir dari keluarga bangsawan kecil Kerajaan Flora, aku bertemu dengan Duke of Flora sebagai korban politik. Aku dipaksa menikah dengan penerus Duke of Flora.

Pernikahan kami berjalan begitu mulus dan saling mencintai hingga melahirkan dua orang anak yang hebat. Anak-anak ku, Karl dan Chiyuki bagaikan api dan air.

Karl sebagai air yang selalu tenang namun memiliki rencana brilian yang menghanyutkan, aku tidak tahu kenapa dia bisa sepintar itu. Tapi, aku sangat senang karena dia memikirkan keluarga ini lebih dari siapa pun.

Sedangkan Chiyuki adalah api yang selalu terbakar abadi. Sifatnya yang begitu sulit dimengerti membuat ku menyerah untuk memahaminya. Berkat itu, dia tanpa ragu membunuh ku.

Ya, seperti apa yang ku katakan. Aku pernah terbunuh oleh gadis kecil ku. Aku sedikit kasihan dengan Karl karena di kehidupan sebelumnya ia terbunuh saat ingin beristirahat setelah memperbaiki keadaan wilayah Duke of Flora yang kacau akibat konspirasi pihak kerajaan.

Kami berhasil mengatasi krisis namun keluarga ini berakhir ditangan salah satu keturunan keluarga ini. Aku bisa merasakan kesedihan Karl yang tidak tega menghadapi adik kecilnya. Ia lebih memilih berlari setelah membawa tubuh ku dan suami ku ke tempat aman dan menjadi target pengejaran oleh adiknya.

Layaknya hewan buruan dan pemburu.

Usahanya sangat sia-sia karena pada akhirnya..

Aku mati di samping suami ku.

[...]

Aku dan Chiyuki sedang bersantai membaca laporan yang masuk.

Laporan-laporan ini disiapkan untuk di evaluasi.

Karena kami sedikit kekurangan sumber daya, jadi kami berencana untuk merekrut beberapa orang untuk mengisi bagian yang hilang.

"HAA! Syiii!!"

Tiba-tiba saja, Chiyuki bersin.

Sepertinya ada seseorang yang membicarakannya.

"Kau baik-baik saja?" tanya ku.

"Em! Sepertinya ada beberapa kutu yang membicarakan ku" balas Chiyuki.

"Ah..." aku tidak bisa berkata apa-apa dan kembali membaca laporan yang menumpuk ini.

[...]

"Ini Master Plan yang kau buat?" tanya Ayah ku.

Aku hanya bisa memberi jawaban positif dengan anggukan kecil kepala ku. Kali ini, makan siang kami diisi dengan rapat penting yang dihadiri oleh keluarga kecil ini. Ayah ku, Ibu ku, dan Chiyuki memiliki peran tersendiri di Master Plan yang ku buat. Memanfaatkan setiap titik kesempatan yang terjadi.

Master Plan yang ku buat adalah hasil dari kerja keras mengurung diri bersama Chiyuki. Di sebuah ruangan yang dipenuhi dengan kepedihan, kesedihan, kemalangan, dan permohonan keberuntungan.

Aku berhasil menciptakan Master Plan yang lebih baik dari kehidupan ku sebelumnya. Jika di kehidupan sebelumnya adalah rencana penanggulangan pasca bencana, sekarang adalah penanggulangan pra bencana.

Sedia payung sebelum hujan!

Yah, kurasa itu sangat cocok dengan ini.

Laporan yang berisi 1000 halaman itu tampak sangat menawan. Kerja keras ku akhirnya sampai di tahap perkembangan dari rencana awal.

"Secara garis besar.. aku mengerti tapi.. revolusi militer?" tanya Ayah ku.

"Gagasan utama ku di dalamnya adalah memanfaatkan potensi dari Mercedes, mengembangkan senjata sihir, mengubah sistem komando militer, perubahan taktik, penempatan titik strategis, dan pembagian kekuatan menjadi tiga bagian. Dengan keuangan kita saat ini, kita bisa menghemat setelah memangkas beberapa tikus-tikus yang tertinggal. Tentu saja, ada sekolah ulang untuk mereka yang masih bertahan di militer kita."

"Sangat menarik.. bagaimana tingkat keberhasilannya?"

"12% dan sudah termasuk dengan jaminan kesetiaan mereka sebesar 88%."

"Hoho.. aku tak sabar dengan pelaksanaan ini, kapan ini dilaksanakan?"

"Bagaimana setelah acara yang tidak berguna itu?"

"Acara yang tidak berguna? Ah, maksud mu itu"

"Ya, itu..! kita akan melanjutkan tahapan ini sedikit demi sedikit setelah acara tidak berguna itu."

"Yah.. aku sedikit mengerti, Karl. Lanjut ke topik selanjutnya.. revolusi bahan pangan?"

"Ah, itu terpikirkan setelah melihat laporan gagal panen kita di tahun-tahun sebelumnya. Itu sedikit membuat ku gelisah karena wilayah kita sangat luas. Apa perlu kita mengadakan seleksi alam untuk mengurangi jumlah penduduk?" jawab ku.

"Haaaa?" Ayah ku terkejut mendengar jawaban ku.

"Yah, ini itu kan? Banyaknya jumlah mulut untuk diberi makan sebanding dengan jumlah daging yang disediakan. Mengurangi beberapa mulut jauh lebih efektif untuk menghemat bahan pangan."

"Aku paham maksud mu, Karl. Tapi tolong jangan bersikap tirani seperti itu."

"Ah, maaf.. karena itulah.. aku berencana memanfaatkan monster liar dan tumbuhan liar di Hutan Besar Flora. Beberapa laporan yang masuk mengatakan beberapa suku pedalaman wilayah kita telah berhasil menjinakkan hewan liar dan memakan daging, telur, susu, dari hewan liar tersebut.. ah.. maaf.. bukan hewan tapi monster."

Aku bisa mendengar Ayah terkejut.

"Dan.. mereka tidak menunjukan reaksi apa pun. Bisa dipastikan itu aman."

Kali ini, Ayah ku menghembuskan nafas lega.

"Well, untuk tanaman.. beberapa diantaranya beracun dan bisa dijadikan bahan khusus untuk ruang interogasi kita."

"Dari mana kau dapat informasi seperti ini sih, Karl?"

"Latihan..."

"Hah?"

"Eh.. ah.. maksud ku kabar burung.. yak.. kabar burung!" mendengar jawab ku yang ambigu. Ayah ku memandang ku dengan tatapan sinis.

Aku bisa mendengar Chiyuki tertawa di samping ku.

"Firasat ku mengatakan jika Chiyuki membantu mu dalam hal ini."

"Tentu saja! Onii-sama benar-benar hebat membedakan tumbuhan yang beracun dan tidak. Aku sangat senang melihat mereka tidak mati sia-sia." Balas Chiyuki.

Hey, Chiyuki.. pelan kan suara mu.

"Oh, mereka yang itu?" tanya Ayah ku.

"Ya.. mereka yang itu!" jawab Chiyuki.

"Kalau mereka masih berguna, gunakan mereka dengan baik, Karl!"

"Tentu saja, Ayah!" balas ku.

Inti dari makan siang ini adalah..

Laporan yang tidak manusiawi dari ku disetujui begitu saja..

Keadaan membuat seseorang berubah.. begitu pula dengan keluarga ini..

Sesuatu di dalam diri ku perlahan menjadi liar.

Mengesampingkan hati nurani manusia untuk melindungi manusia ternyata sangat menyenangkan.

Aku tidak sabar jika ide ini mulai dijalankan.

Akan seperti apa penderitaan mereka?

[...]