webnovel

Chapter 41

"Yang Mulia, bagaimana ini?" tanya seorang Ajudan ke Rajanya.

"Wilayah kecil itu lagi? Kita pernah menantangnya dan Putri ku pernah mengunjungi wilayah itu. Berdasarkan ucapan dari Putri ku, pemilik wilayah itu memiliki teknologi yang jauh berbeda dengan milik kita. Jika kertas ini benar, berarti mereka sedang ada disini" sang Raja duduk termenung di kursi kerajaannya.

Informasi yang tersebar di langit malam mengatakan adanya aktivitas mata-mata yang tersebar di wilayah mereka. Yang menjadi masalah adalah.. posisi mereka terhimpit oleh dua masalah.

Pertama adalah serangan mayat hidup.

Kedua adalah aktivitas mata-mata dari wilayah kecil.

Sang Raja menutup matanya dan mengambil tindakan penting.

"Hiraukan saja mata-mata ini, tapi.. jika pasukan kita menemukan mereka. Pastikan untuk memanfaatkan mereka!" perintah sang Raja.

"Siap, Yang Mulia!"

Suasana Kerajaan Abzien menjadi mencekam di kedua sisinya.

"Masalah demi masalah melanda kerajaan ini.. itu artinya.." Sang Raja terdiam dan melihat sekeliling.

"Waktunya kabur dari tanggung jawab ini!" sang Raja bangkit dari tempat duduknya dan bergegas keluar melalui pintu depan. Namun, sosok wanita yang mengenakan armor lengkap ada di depannya.

"Urk! Aku terlambat lagi! Sial!" ucap sang Raja.

"Hoho.. mau kemana lagi, Darling??" sosok wanita itu mengenakan armor lengkap dan mahkota emas di atas kepalanya. Armor yang ia kenakan memiliki ketebalan yang menutup seluruh badannya, dari penampilannya saja bisa membuktikan jika armor itu cukup berat.

"Kembali ke dalam, ada sesuatu yang harus kau dengar!" perintah sang Ratu.

Kerajaan Abzien terbilang cukup unik, biasanya.. pemegang kekuasaan tertinggi dipegang oleh Raja dan Ratu hanya pendamping politiknya. Namun, Kerajaan Abzien memiliki politik yang berbeda dengan kerajaan lain dan menempatkan wanita sebagai pemegang kekuasaan tertinggi.

Sang Raja hanya bisa mengikuti permintaan Sang Ratu.

Saat pintu terkunci, Sang Ratu mengeluarkan isi pemikirannya secara terbuka.

"Kurasa.. sudah waktunya Putri kita untuk menikah" ucapan sang Ratu ini membuat sang Raja terkejut.

"Hah?! Yang benar saja! Di tengah situasi seperti ini?!" rasa terkejut sang Raja tercermin di kalimatnya.

"Aku terkejut juga saat mendengarnya, terutama.. dia mengajukan sendiri pilihannya!"

"Huh?! Putri ku yang kelewat polos dan bodoh itu?!"

"Maaf saja, dia memang Putri kita tapi kebodohannya menurun dari mu" balas sang Ratu.

"Hey?! Aku tidak sebodoh dan naif seperti itu. Terakhir ku lihat, dia sedang mengurung diri di kamar kan?"

"Benar juga, setelah ia di usir dari wilayah kecil itu. Sikapnya menjadi berubah. Sepertinya, ada sesuatu yang menampar di wajahnya saat itu. Terlebih, dia ingin menikahi anak dari mantan bangsawan Kerajaan Flora."

"S-Siapa?" mendengar kalimat tentang Kerajaan Flora. Ingatan kecil tentang pembantaian pasukan Kerajaan Abzien masuk ke dalam ingatan sang Raja.

"Jika tidak salah.. Duke Flora. Uh, siapa itu namanya?"

"Karl de Flora?"

"Nah, itu!!"

"TIDAAAAAKK?!!"

Mendengar nama Karl de Flora, sang Raja menjadi panik dan ingatan tentang mimpi buruk medan perang kembali berputar di otaknya. Sebuah mimpi buruk yang menguasainya selama bertahun-tahun. Perang yang terjadi antara Kerajaan Abzien dan Kerajaan Flora dengan melibatkan mantan Duke Flora berakhir kegagalan.

Ia terpaksa menurunkan pasukannya untuk membawa kembali mayat-mayat yang hancur berantakan. Karena ketamakan kecil dan keangkuhannya, ia mengalami kekalahan yang sangat besar.

Sang Raja memuntahkan isi perutnya. Ia teringat tentang mayat yang berlubang di tubuhnya, organ tubuh yang terbuka, bagian tubuh yang hilang, dan kondisi tak layak untuk disebut mayat.

Itu karena.. kondisi tubuh mereka sangat sulit dikenali.

Tapi, seragam mereka menunjukkan identitas sebagai prajurit Kerajaan Flora.

Berkat Karl de Flora, mimpi buruk itu terekam di ingatan sang Raja Kerajaan Abzien.

"Huuuekkk!!" sang Raja kembali memuntahkan isi perutnya.

"Cih! Dasar lemah!" ucap sang Ratu.

[...]

"Selamat malam, OO-Nii-Saaa-Maaa..."

"Selamat malam juga, Maaaster Kaaaarrrlll..."

Sepertinya.. karma buruk sedang menjemput ku. Chiyuki dan Mercedes datang ke ruang komando taktis membawa tali pengikat dan menyeret ku kembali ke kamar kami.

"Emm.. Chiyuki?"

Aku bisa melihat mata merah Chiyuki yang menatap ku. Tatapan yang selama ini terlihat menakutkan, kini menjadi penanda suasana hati Chiyuki.

Sesuatu pasti telah terjadi kepada Chiyuki.

Dan..

Kenapa Mercedes ikut ke dalam situasi ini?

Di dalam kamar, Chiyuki dan Mercedes mengikat diri ku di atas kursi.

Jika di pikirkan kembali, aku tidak melakukan kesalahan loh! Kenapa mereka menjadi semarah ini?

"Massster Karrrrl.. kami telah mendengar semua rencana Victoria-sama. Itu sangat menarik untuk di dengar!"

"OOO-Niii-Saaa-Maaa.. Mama telah mengatakan semuanya. Jadi, sekarang.. kami hanya ingin memastikannya dari mulut Onii-sama. Apakah Onii-sama menyetujui keputusan itu?"

Sebentar..

Rencana apa ini?

Oh, Ibu ku.. kali ini.. apa yang kau rencanakan sih?

Kenapa kau mengorbankan anak mu ini ke dalam rencana yang kau buat sih. Lagipula.. rencana apa yang dibicarakan oleh mereka?

Saat ini, pemilihan paling logis adalah.. mencari alasan yang masuk akal.

"Kalian tahu, rencana itu masih sebuah rencana kasar. Aku juga ingin meninjau kembali rencana itu dan melihat keuntungan yang bisa di dapat" balas ku.

Aku sedikit meragukan jawaban ku karena.. aku tidak tahu rencana apa yang mereka bicarakan!

"Akan lebih baik jika kita memusnahkan mereka semua kan? Chiyuki-sama?"

"Lebih baik seperti itu, tapi.. biaya dan orang yang dibutuhkan sangat besar. Unit ALPHA pun sepertinya akan kewalahan."

"Bukankah kita punya itu?"

"Itu? ...Oh! Itu! boleh juga ide mu!"

Aku benar-benar tidak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan. Apa yang terjadi antara Ibu dengan mereka? Pastinya.. sesuatu yang besar terjadi di belakang ku.

*Bam!

Pintu ruang kamar kami tiba-tiba meledak, dibaliknya.. sosok Ibu ku yang memegang sebuah shotgun muncul dan masuk ke dalam kamar.

"Fufufu.. ada apa ini? Kenapa kalian mengikatnya? Bukankah kalian sangat mencintai Karl?"

Aku hanya bisa pasrah kali ini, tanpa informasi yang jelas. Aku tidak tahu akar permasalahan ini.

"M-Mama.."

"V-Victoria-sama.."

Chiyuki dan Mercedes pun tertunduk lesu. Sepertinya, Ibu ku berhasil menundukkan mereka berdua dalam satu serangan.

"Kalian ini.. seharusnya kalian tahu kan jika Karl itu milik bersama!" ucap Ibu ku dengan nada yang tinggi.

Heh?

Apa yang kau katakan, wahai Ibu ku..

"Hubungan politik dengan tujuh kerajaan itu sangat besar untuk kita. Melihat potensi besar seperti ini, akan sangat sia-sia jika membuangnya!"

Sebuah informasi baru masuk ke telinga ku.

Jadi, ini ada hubungannya dengan tujuh kerajaan?

"Walau pun mereka sangat lemah, kita bisa memanfaatkan mereka untuk berada di dalam kendali kita. Sekarang.. bayangkan ini.. jika Karl memegang kendali penuh dari tujuh kerajaan. Bukankah itu terdengar sangat gila?"

Ya, Ibu.. itu terdengar sangat gila.

"Emm, jika Onii-sama melakukannya. Itu sangat wajar sih" jawab Chiyuki.

Eh?

"Jika itu Master Karl, memegang kendali tujuh kerajaan hanya permainan kecil baginya" sahut Mercedes.

Ehhh??

Jangan bilang.. aku harus melakukan semua itu?

"Benar kan! Jadi menikahi tujuh Putri Mahkota Kerajaan bukan masalah besar untuk Karl!" ucap Ibu ku dengan tenang.

Sepertinya, telinga ku sedikit bermasalah. Aku mendengar tentang pernikahan Putri Mahkota Kerajaan. Tapi.. kenapa harus aku?

"Tapi, Mama.." Chiyuki sedikit sedih mendengarnya.

"Chiyuki.. walau pun Karl sudah menikah. Bukan berarti dia pergi meninggalkan mu. Karl akan tetap berada di wilayah ini dan mengatur semua masalah yang terjadi."

"Eh? Benarkan begitu, Onii-sama?"

Jadi, inti dari pembicaraan ini adalah.. aku menjadi kambing hitam Ibu ku dan menjadi pekerja paksa yang melayani tujuh kerajaan dengan menikahi Putri Mahkota Kerajaan?

Apa ini?

Kenapa pundak ku terasa berat..

Inikah rasanya memikul tanggung jawab yang terjadi secara tiba-tiba?

[...]