webnovel

Chapter 33

Apakah kalian pernah mendengar pepatah seperti ini? Bunga karnivora memiliki bau yang harum untuk memancing mangsanya, tapi mereka juga terlalu rakus dalam memilih mangsanya.

Kurasa.. kondisi seperti itulah yang sedang kami hadapi.

Tepat di hadapan ku, tumpukan mayat berjatuhan.

Itu terjadi bukan tanpa alasan..

Percayalah.. jika kalian ingin mengetahuinya. Kalian pasti akan merasa, "Ini tindakan yang bodoh sekali" atau "Bodoh sekali mereka?" lebih parahnya lagi adalah "Serius? Kok bisa ada orang bodoh seperti ini?"

Well.. kemana arah kalian untuk menilainya. Jangan tanya aku, itu pilihan kalian. Ku akui.. ini adalah kejadian yang terbilang cukup bodoh.

Gadis kuil yang meminta kami untuk membunuh Saintess sebenarnya adalah pembunuh resmi dari Kerajaan Flora. Mungkin kalian akan bertanya-tanya, apa itu pembunuh resmi? Singkatnya.. itu adalah profesi pembunuh bayaran yang bekerja demi Kerajaan Flora yang terdaftar secara resmi.

Jadi.. kalian diperbolehkan membunuh seseorang dengan perintah resmi dan dibayar.

Sepertinya.. harga kepala keluarga kami meningkat drastis akhir-akhir ini. Kami terjebak di sebuah ruang kuil yang berisi berbagai macam pembunuh resmi yang bersembunyi di balik bayang-bayang.

Kenapa kami mengetahuinya? Itu karena.. secara tiba-tiba kami diberi sambutan hangat dengan pisau yang terjatuh dari gadis kuil yang kami temui sebelumnya.

Bagaimana? Terdengar cukup bodoh kan? Pembunuh resmi macam apa yang tiba-tiba menjatuhkan pisau yang disimpannya? Apakah itu sebuah peringatan? Atau.. kebodohan murni yang terjadi?

Untuk itulah.. pistol Glock-17 yang ku simpan di saku menjadi berguna. Siapa sangka aku akan menggunakannya disini? Ditambah dengan kondisi Kerajaan Flora yang kehilangan sumber daya sihirnya, mereka hanyalah manusia normal yang mengandalkan seragan fisik.

"Ups.. Maaf.. sepertinya aku menjatuhkan sesuatu yang tidak pantas" itu adalah kata-kata terakhir yang di ucapkan oleh gadis kuil itu sebelum timah panas menembus isi kepalanya yang cukup bodoh itu.

*Bang!

Suara tembakan yang cukup keras itu membuat beberapa gadis kuil lain keluar dari bayang-bayang.

Ah.. maaf.. bukan gadis kuil.

Pembunuh resmi yang menyamar menjadi gadis kuil. Jika kalian bisa melihatnya, gadis macam apa yang membawa kapak di dalam kuil yang suci ini?

Berbeda dengan diri ku yang menggunakan senjata api, Chiyuki mengeluarkan sebuah katana yang terlipat di ikat pinggangnya. Apa? Ini pertama kalinya kalian mendengar katana yang bisa dilipat menjadi ikat pinggang? Kalau begitu.. kita sama!

Ini pertama kalinya aku melihat Chiyuki mengeluarkan benda seperti itu.

Chiyuki lalu bergerak menerjang mereka. Berbeda dengan ku yang menyerang dari garis belakang. Aku melindungi Chiyuki agar tidak diserang dari titik butanya. Pertarungan mereka tampak berat sebelah, terutama dengan medan pertempuran yang diisi oleh bangku kayu.

*Slash!

*Splash!

*Ting!

*Duar!

Sebentar.. itu katana ikat pinggang kan? Kenapa bisa memantulkan kapak?

Huh? Yang benar saja! Teknologi darimana itu?

Oh, iya.. lupa. Sepertinya kami pernah melakukan percobaan kecil membuat slime yang bisa mengeras seperti baja. Itu bermula ketika kami menemukan sebuah batu keras yang seperti besi namun setelah di teliti itu adalah slime yang mati mengering. Kekerasan yang dihasilkan setara dengan baja ringan yang kokoh dan jika ditajamkan sedikit.. itu bisa membelah manusia layaknya pisau panas yang membelah mentega.

*Srash!

Uh.. Em.. Chiyuki..

Sepertinya kau harus sedikit bersabar. Bagaimana ya.. kau terlalu bersemangat!

Aku tidak tahu harus membantu Chiyuki atau tidak.. yang jelas.. pertarungan jarak dekat yang ia lakukan benar-benar luar biasa. Berbeda dengan pertarungan melawan bandit, ini jauh lebih kasar.. bisa dibilang ini seperti pertarungan antara koloni semut melawan lava panas yang memasuki sarang mereka.

Dari kejauhan, aku hanya bisa mengamati Chiyuki yang tersenyum saat bertarung.

Berbeda dari Chiyuki yang biasanya..

Sekilas.. aku melihat mata merah Chiyuki yang menyala dan sebuah tanduk yang menghiasi kepalanya.

Sebentar..

A-Aku salah lihat kan?

T-Tidak mungkin kan?

[...]

"Em.. dengan segala hormat, Karl-sama.. apa yang baru saja terjadi!" ucapan Ivan yang keras itu mengisi satu ruangan kuil.

Aku dan Chiyuki yang berdiri dari balik tumpukan kursi kayu pun menatap balik ke Ivan. Ia sangat terkejut ketika melihat aktivitas yang sedang kami lakukan.

Sebenarnya.. ini hanyalah karya seni sederhana. Sama seperti bangsa Viking yang memamerkan kepala pasukan musuh untuk mengumumkan kemenangan.

Bedanya?

Kami lebih terhormat dengan menyatukan mayat-mayat gadis kuil.. ups.. maksud ku mayat pembunuh bayaran.. ke pusat altar kuil dan sedikit memberikan penghormatan terakhir untuk mereka.

"Daripada berbicara yang tidak perlu, bantu kami!" ucap ku dengan nada yang cukup sibuk.

"Apa yang sedang Karl-sama lakukan?" tanya Ivan dengan polosnya.

"Hanya memberi pesan singkat untuk mereka" jawab ku dengan singkat.

"Mereka?" karena penasaran, Ivan sedikit mengintip mayat yang sedang kami persiapkan untuk pertunjukkan.

"Uwaaah.. Karl-sama.. jika seperti ini terus.. aku khawatir dengan calon mempelai wanita mu."

"HUH?!" mendengar Ivan yang berbicara seperti itu. Chiyuki langsung menatap mata Ivan, tatapannya itu membuat Ivan terdiam selama beberapa detik dan mencari pojokan ruangan untuk meringkuk di sela-selanya.

Apa ini?

Rasa takut dari mangsa buruan yang pasrah ketika melihat predator di depannya?

"Hey! Bantu kami!" paksa ku.

"..." Ivan masih terdiam di pojokan dan mulai merapal mantra penyesalan yang pernah ia perbuat.

"Uh, dasar pengecut" sindir ku.

"Onii-sama.. bagaimana dengan ini?" ucapan Chiyuki pun mengalihkan perhatian ku. Kali ini, tumpukan kursi kayu yang kami susun membentuk sebuah piramida kecil yang mengurung mayat di dalamnya.

Bisa di bilang, ini mahakarya yang cukup sempurna.

"Ivan.. kemari sebentar" ucap Chiyuki sembari mendekati Ivan yang terdiam di pojokan.

Yep, sepertinya.. kita akan melihat malaikat maut yang memainkan korbannya.

"Chiyuki-sama?" Ivan sedikit kebingungan.

"Sebagai penghormatan untuk mu setelah berusaha keras hari ini, maka ku beri penghormatan untuk membakar tempat suci yang terkutuk ini" ucap Chiyuki sembari tersenyum.

Melihat senyum manis Chiyuki, Ivan tiba-tiba berdiri dan bersemangat.

"Serahkan padaku, Chiyuki-sama!"

Apa ini?

Ini terlihat seperti semut pekerja yang tunduk pada perintah ratu semut nya.

Aku memandangi Ivan dari kejauhan, ia dengan senang hati menyulut kobaran api untuk menutupi jejak ini.

Kuil suci ini telah ternodai oleh jejak darah dan tumpukan mayat.

Tidak terpikirkan oleh ku jika pihak kuil bisa terseret dalam pertempuran ini.

Membakar tempat ini merupakan ide yang bagus untuk memberi pesan penting, pesan singkat untuk kami dan kerajaan sekitar bahwa pihak kuil merupakan ancaman yang nyata dan perlu diperhatikan setiap gerakannya.

Yep, membawa bantuan makanan di tengah krisis bencana hanyalah kamuflase untuk memancing kami memasuki kuil kematian.

Rencana mereka telah gagal, namun.. tindakan mereka akan semakin brutal jika tidak dihadapi dengan serius.

Api kecil yang diam-diam membesar ini pun mengeluarkan asap hitam pekat. Bau harum dari daging yang terbakar pun tercium di hidung kami.

Aku sedikit menutup hidung ku.

Aromanya benar-benar enak dan memancing rasa lapar. Berbeda dengan ku, Chiyuki terlihat sangat menikmati pemandangan ini.

Aku terpana pada kecantikan alami yang dipancarkan Chiyuki.

Mata merah yang menyala..

Senyum puas setelah melihat korbannya berakhir mengenaskan..

Suara tawanya yang mengejek mayat-mayat bodoh itu..

Dan.. tanduk yang keluar dari sela-sela rambut kepalanya.

Emm.. tanduk?

Aku sedikit mengedipkan mata ku..

Sepertinya.. aku sedikit lelah akhir-akhir ini.

Tidak mungkin Chiyuki memiliki tanduk di kepalanya kan?

Aku pasti salah lihat.

Kurasa.. aku harus beristirahat setelah kegiatan ini.

Mata ku sudah terlalu lelah dengan halusinasi ini.

[...]