webnovel

Chapter 30

Saat aku membuka penutup kepalanya, sebuah pemandangan mengerikan terlihat. Wajah yang dipenuhi memar berwarna biru hampir membuat wajahnya tidak dikenali, namun pakaian khas yang ia kenakan dapat dengan mudah menunjukkan identitasnya.

Ya, aku mengenal orang ini.

Tatapan mata kami saling bertemu, dan..

"Oke! Kita lewati saja proses interogasinya dan langsung ke bagian eksekusi!" ucap ku.

"Kejam sekali, Master Karl! Tolong jangan bercanda di saat nyawa ku berada di ujung tanduk!"

"Kebodohan apa lagi yang kau lakukan sih?"

Orang ini.. dia adalah Ivan. Seorang Spymaster yang bertugas tanpa tujuan yang jelas. Beberapa tahun yang lalu, kami menangkap seorang mata-mata yang berkeliaran seperti anak ayam mencari induknya. Karena konflik Kerajaan Flora yang tidak kunjung usai, dia berusaha mencari informasi untuk menyelamatkan warga desa tempat kelahirannya dari amukan pihak Kerajaan Flora.

Kontrak khusus antara kami dan Ivan dibuat, kami menerima seluruh warga desanya dan Ivan akan bekerja keras mencari informasi sensitif tanpa melibatkan kami. Bisa dibilang, dia adalah mata-mata yang bergerak bebas tanpa arah. Sebuah pisau yang bebas menusuk rintangan di depannya.

Beberapa bulan ini, dia pergi tanpa meninggalkan jejak dan.. sekarang tertangkap oleh Chiyuki. Aku tidak tahu mimpi buruk apa yang telah ia alami saat berhadapan dengan Chiyuki, jadi aku akan diam saja.

"Er.. Master Karl. Kau tidak ingin bertanya tentang sesuatu atau apa gitu?"

"Oh, tidak" jawab ku dengan singkat. Lupakan basa-basinya, aku segera menancapkan pisau pemberian Chiyuki ke pangkal pahanya.

"Ahhhh! Sakit! Eh..? Ah? Kenapa rasanya tidak sakit?" Ivan yang tiba-tiba berteriak pun terheran dengan rasa sakitnya yang menghilang begitu saja.

"Oh! Berhasil!" ucap Chiyuki dengan gembira.

Yah, ini bukanlah pisau biasa. Dengan racun baru yang dikembangkan Chiyuki, sebuah racun yang menghilangkan rasa sakit ketika meresap di dalam aliran darah.

"Uh.. kenapa aku tiba-tiba mengantuk?" lanjut Ivan.

"Cih! Gagal lagi!" gerutu Chiyuki.

Jika kalian ingin tahu apa yang terjadi, secara singkat akan ku jelaskan. Chiyuki memiliki ambisi untuk membuat racun yang menghilangkan rasa sakit tanpa menimbulkan rasa kantuk. Chiyuki mendapat inspirasi ini setelah mencoba "Pain Killer" yang baru saja dikembangkan.

Secara normal, Pain Killer digunakan untuk menahan rasa sakit. Tapi.. Chiyuki sedikit mengubahnya menjadi penghilang rasa sakit, tidak menyebabkan kantuk, lalu saat efek penghilang rasa sakitnya mereda.. sensasi terbakar untuk efek samping akan segera aktif.

Well.. itu bukanlah Pain Killer lagi bukan?

"M-Master Karl.. aku merasa aneh. Apa ini? kenapa rasanya panas sekali?"

"Ugh! AH!!!" Ivan tiba-tiba berteriak.

"Oh, yang ini bekerja? Tidak buruk juga, Ivan" ucap ku dengan santainya.

"Berhentilah menggunakan tubuh ku untuk mengetes obat!" protes Ivan sembari menahan rasa panas di tubuhnya.

"Well, aku ingin melakukannya sih.. tapi istri mu berkata lain. Kau pikir sudah berapa lama kau menghilang?" tanya ku.

"Oh.. Ah.. Maaf?" Ivan membalasnya dengan keraguan.

"Kenapa kau meminta maaf kepada ku, bukan ke istri mu?" balas ku sembari mencabut pisau yang menancap di pangkal pahanya.

"Ah! Sakit Master Karl!" Ivan sedikit menahan rasa sakit saat pisau di lepas. Sepertinya rasa sakit saat melepas pisau masih bisa dirasakan.

"Oh, maaf Ivan.." aku kembali menancapkan pisau itu di lubang yang sama.

"Kenapa di tancapkan lagi?! Master Karl, bercanda itu ada batasnya!" protes Ivan untuk kedua kalinya.

"Kenapa sekarang kau menyamar sebagai, Pastor? Apa diri mu sereligius itu?"

"I-Ini ada alasannya!"

"Oh, lalu?" balas ku dengan nada dingin.

"Ingat dengan proposal yang masuk saat pihak kuil meminta koin emas untuk alasan menghidupi korban perang? Itu hanyalah omong kosong.. tujuan mereka sebenarnya adalah membangun senjata sihir untuk menghancurkan wilayah kita!"

"Oh.. hanya itu?"

"Ayolah.. Master Karl. Setidaknya terkejut sedikit! Hargai usaha ku untuk menyelinap ke dalam lingkaran mereka!"

"Ya.. ya.. usaha mu bagus tapi eksekusinya salah."

"Eh?" Ivan sedikit kebingungan dengan kata-kata ku.

"Jika kau ingin pergi entah kemana, tolong beritahu istri mu yang sedang hamil itu. Ngomong-ngomong.. Ekhem! Istri mu sedang menuju kesini."

"T-Tolong jangan bercanda, Master Karl. Bukankah dia sedang sibuk bekerja di rumah saat ini?"

"Oh, benarkah?" sebuah suara yang berat terdengar di belakang ku.

Untuk masalah ini, aku tidak bisa ikut campur lagi.

Seorang suami memiliki tanggung jawab di rumah tangga mereka. Untuk itulah.. urusan rumah tangga harus di selesaikan oleh anggota rumah tangga.

"Ehkem..! Selena.. mau yang klasik atau modern?" tanya ku kepada istri Ivan.

"Klasik, Master Karl" Jawab singkat Selena.

"Ekhem! Chiyuki.."

Seolah mengerti apa yang ku maksud, Chiyuki melempar sebuah tas kecil ke Selena.

Selena menerima tas kecil itu dan membuka isinya.

"Sayang.. kau pergi tanpa memberi sepatah kata. Aku pikir.. sudah saatnya menyudahi kebiasaan buruk mu itu."

"T-Tentu saja.. I-Ini hanya kesalah pahaman saja, Sayang ku" Ivan berusaha mencari alasan yang logis.

"ARGHHHH!!!" tanpa menghiraukan alasan suaminya, Selena segera melampiaskan hasratnya untuk mendidik ulang kebiasaan buruk suaminya.

Mendengar jeritan nyaring itu, aku sedikit lega dan takut.

Haruskah aku menikah?

Apa jadinya jika rumah tangga ku seperti ini?

Apa ini..

Rasanya.. mental ku tidak terlalu siap untuk membangun rumah tangga.

Mari kita urungkan kekhawatiran itu dan menikmati pemandangan indah ini lebih lama lagi.

[...]

"Wow, Ivan! Kau masih hidup?" untuk suatu alasan, Ivan datang ke kamar ku.

"Master Karl, dengan segala hormat. Aku hampir mati tadi malam!" di pagi yang cerah ini, Ivan dengan semangat masa mudanya mengeluarkan keluh kesahnya.

"Pertama, itu salah mu sendiri. Kau pikir istri mu tidak sensitif jika suaminya pergi menghilang entah kemana saat dirinya hamil? Jujur saja, aku sampai bertanya-tanya kenapa kalian bisa menikah?"

"Um.. Accidentally?" canda Ivan.

"Kau tahu.. jika istri mu mendengar ini. Aku tidak bisa membela mu."

"Huh? Mana mungkin dia mendengarnya disini?" balas Ivan dengan percaya diri.

Saat Ivan selesai mengucapkan kalimat itu, sebuah suara pintu yang tiba-tiba tertutup menarik perhatiannya. Dari balik pintu kamar ku terdapat Selena yang masuk sembari tersenyum lembut.

"Apa pun itu, tolong jangan kotori kamar ku" ucap ku untuk memperingati Selena.

Ivan terlihat sangat gelisah, pelipis kepalanya berkeringat hingga membasahi kerah kemejanya.

"S-Selamat pagi, Sayang ku" ucap Ivan untuk memecah suasana.

"Oh? Selamat pagi, Sayang.. apa masih kurang untuk tadi malam?" tanya Selena dengan nada dingin.

"Master Karl, semua yang dipesan telah selesai. Sekarang.. kita hanya butuh ijin pengiriman barang pesanan" lanjut Selena sembari menyerahkan beberapa dokumen penting ke meja ku.

Aku menerima dokumen yang diberikan oleh Selena dan membaca isinya.

"Harusnya.. unit Alpha akan digerakkan untuk mengatasi masalah ini tapi mereka sibuk mengajar generasi baru kita di Akademi. Untuk itu.."

Aku segera berdiri dan mengambil peralatan khusus yang berada di bawah meja ku.

"Master Karl?" tanya Selena.

"Ah, tidak! Situasi seperti ini lagi?"

Kedua pasangan suami-istri ini memiliki frekuensi otak yang sama rupanya.

Aku segera membuka peralatan khusus itu, beberapa peta taktis dan skenario penyerangan militer terbuka. Ivan dan Selena bergegas mengamati peta taktis dan panduan skenario.

"Astaga... ini tidak mungkin terjadi kan?" tanya Ivan yang gelisah saat melihat skenario penyerangan militer.

"Untuk yang satu ini.. rasanya sangat menjijikan untuk berhadapan dengan mereka" tambah Selena.

"Yah, bagaimana pun juga. Lawan kita kali ini adalah mayat hidup, persiapan khusus sangat diperlukan."

"Siap, Master Karl!" balas kedua pasangan suami-istri tersebut.

Mereka lalu bergegas pergi untuk menjalankan rencana ini.

Setelah kedua pasangan itu pergi, Mercedes muncul dan membawa beberapa camilan. Dia tampak gelisah saat kertas kecil yang ia bawa terjatuh.

"M-Master Karl.." mendengar nada suaranya yang begitu kecil. Aku menyadari adanya kekhawatiran besar yang ada di dalam pikirannya.

Sekilas.. aku melihat sebuah lembaran foto yang memperlihatkan kondisi Kerajaan Flora. Jauh di atas langit, beberapa sumber api dan asap hitam melahap rumah-rumah warga. Disamping itu, sebuah lingkaran ritual sihir kegelapan tersebar di beberapa titik Kerajaan Flora.

Melihat reaksi Mercedes yang ketakutan, firasat ku semakin yakin untuk menggunakan skenario penyerangan militer yang telah dipersiapkan.

"Master Karl, maaf jika kakak ku terlalu merepotkan."

"Tidak apa-apa, terkadang.. kita butuh tantangan untuk berkembang. Bukankah kau juga sama, Mercedes?"

"Um!" Mercedes menganggukkan kepalanya.

"Kakak mu ini sangat berdedikasi sekali tampaknya. Bukankah ini akan menjadi operasi mayat hidup yang besar?"

"Cukup, Master karl. Aku sedikit malu melihat tingkah laku kakak ku ini" balas Mercedes sembari menutup wajahnya.

"Jadi.. Um.. setidaknya.. boleh aku berbicara kepada kakak ku sebelum melakukan itu?" lanjut tanya Mercedes.

"Tentu saja, lagipula.. senjata itu dirancang untuk mayat hidup. Akan sangat memalukan jika targetnya manusia."

"Terima kasih, Master Karl."

[...]