webnovel

Chapter 20

Mungkin ini akan terdengar aneh.

Trauma ku terhadap Chiyuki kini perlahan menghilang. Ini bukan berarti aku menjadi terbiasa dengan pemikirannya yang unik, hanya saja...

Dia benar-benar berbeda jauh dari gadis normal pada umumnya.

Sekarang.. apa yang akan gadis normal bicarakan saat berjalan santai bersama keluarganya?

Membicarakan makanan favorit?

Membahas gaya pakaian yang sedang terkenal?

Atau menikmati waktu luang dengan candaan ringan bersama keluarga?

Normalnya.. aku bisa menganggap itu adalah hal normal untuk gadis normal.

Tapi.. dalam kasus Chiyuki.

Kita membicarakan tentang kode etik interogasi, teknik eksekusi, pemerasan dengan tata krama, penyanderaan elegan, dan beberapa pengetahuan tidak penting lainnya.

Semua ini berjalan lancar, hingga pembicaraan sensitif masuk ke telinga Chiyuki.

Saat itu, Ayah kami mengeluhkan tentang bandit-bandit meresahkan yang masih berkeliaran di sekitar wilayah kekuasaan Duke Flora. Semua berjalan lancar karena Chiyuki yang mengurus mereka, namun masalah timbul setelah kondisi kami dalam status berperang melawan pihak kerajaan.

Perang yang berlangsung singkat itu pun menemui jalan buntu dan berakhir dengan datangnya utusan dari pihak kerajaan untuk melakukan perjanjian damai di persidangan kerajaan. Berdasarkan pengalaman hidup ku sebelumnya, hal yang seperti itu hanya menjadi pengadilan yang berat sebelah.

Aku bisa menebak dengan jelas apa yang akan mereka lakukan.

Pertama, mereka akan menuduh kami sebagai pengkhianat dan memberikan bukti palsu yang telah direncanakan.

Kedua, mereka akan mencoba melimpahkan pembayaran kerugian kepada kami. Kurasa, yang satu ini bukanlah masalah besar. Aku juga merasa bersalah karena menghancurkan gudang persediaan makanan mereka.

Tapi, rasanya menyenangkan saat melihat mereka panik dan membeli pasokan bahan makanan dari kerajaan lain.

Ketiga, sebagai penutup rasa malu dari perang konyol ini. Mereka akan berusaha menurunkan peringkat kebangsawanan kami dan membatasi pergerakan kami. Ini bukanlah masalah karena pada akhirnya...

Kami benar-benar menjadi pengkhianat kerajaan.

Memisahkan diri dari Kerajaan Flora adalah puncak tujuan kami.

Tentu saja, kami telah menyampaikan semua tujuan kami ke masyarakat di sekitar wilayah kami. Memberi kesempatan kepada masyarakat untuk memilih tujuan. Bagaimana dengan hasilnya? Hanya ada 15% yang memilih bertahan dan sisanya memilih Kerajaan Flora. Ini sebagian dari tujuan kami, semakin sedikit orang-orang, perencanaan tata letak kota bisa dikembangkan.

Tujuan selanjutnya adalah.. menciptakan kota modern di wilayah yang terbelakang.

Karena lahan semakin kosong dan orang-orang mulai mengungsi ke pihak kerajaan, kami membangun sebuah pangkalan udara yang berisi pesawat tempur. Dengan bantuan Mercedes dan asset berharga kami, pembangunan itu selesai dalam waktu satu hari.

Prestasi yang luar biasa, bukan?

Langkah pertama kami adalah membangun pesawat yang bertugas untuk membawa beban berat sekaligus senjata kelas berat. Diantara berbagai macam pilihan, otak ku memilih pesawat Lockheed AC-130.

Pesawat multifungsi untuk pengangkut dan penghancur sasaran.

Masalah yang mendesak timbul saat Chiyuki bertanya tentang daya hancur pesawat itu.

"Onii-sama, memangnya apa yang bisa dilakukan benda aneh ini?"

"Well, secara teknis. Bentuknya memang aneh, tapi jangan anggap remeh benda ini."

"Hemmm?" Chiyuki tampak tidak mengerti dengan kata-kata ku.

"Bentuknya memang aneh, tapi banyak pilihan senjata di dalamnya. Terlebih.. dia bisa menjadi kendaraan angkut yang efisien."

"Aku masih tidak mengerti, Onii-sama."

Yah, inilah masalahnya. Penjelasan normal tidak berlaku untuk Chiyuki.

Jadi, kita beralih pada penjelasan yang bisa di mengerti oleh Chiyuki.

"Bentuknya yang aneh ini membuat benda ini bisa terbang tinggi di langit. Semakin tinggi dia terbang, kita akan kesulitan menyadarinya. Chiyuki, apa kau pernah mendengar tentang naga yang menukik ketika ingin menyerang. Nah, benda ini bisa menyerang tanpa melakukan itu. Kita bisa menghancurkan atau membunuh dari jarak yang jauh di langit."

"Wooooaaah...!!" Chiyuki terkejut saat mendengarnya.

"Desain yang lebar dan tampak gendut ini memungkinkan kita untuk membawa muatan peluru yang banyak. Kau masih ingat bukan, tentang pasukan kerajaan yang datang menyerang kita. Satu benda ini bisa menyapu bersih mereka semua."

"Ehehehe~"

Bukan sebuah pujian namun tawa aneh terdengar. Aku bisa memahami apa yang ada di dalam kepalanya. Yah, pasti dia sedang berkhayal menguji benda ini untuk kepuasan pribadinya.

Tentang apa pun itu, aku tidak ingin ikut campur menggali khayalan nya.

Jika aku nekad, mungkin trauma baru akan lahir.

"Hmmm.. Onii-sama, aku memiliki ide baru untuk benda ini" tiba-tiba saja Chiyuki terpikirkan ide baru.

Aku tidak yakin dengan "ide" nya itu. Yang pasti, aku sudah tahu itu akan sangat buruk.

Kejutan apa lagi ini?

Yah, tidak ada salahnya untuk mendengarkan kan?

"Apa itu?" jawab ku.

"Akhir-akhir ini kita telah berbaik hati menerima tawanan perang yang tidak tahu berterimakasih ditambah dengan bandit-bandit yang masih belum selesai di interogasi."

"Ah, aku paham sekarang."

"Benarkah? Onii-sama benar-benar memikirkan apa yang ku pikirkan?"

"Tentu saja, kau boleh melakukannya kok."

"Benarkah?" Chiyuki sekali lagi bertanya untuk memastikan.

"Em! Apa pun itu pasti Ayah dan Mama akan langsung setuju, benar kan?" aku sedikit melirik kedua orang tua kami.

Hanya ada jawaban positif dari mereka berdua.

Apa pun yang akan Chiyuki lakukan, dia berusaha untuk mengurangi beban anggaran keuangan kita.

"Kalau begitu, mari kita nodai ibukota kerajaan dengan sampah bandit kita!" ucap Chiyuki dengan riang.

Senyuman itu..

Dan kepolosan saat mengatakannya..

Aku tidak tahu darimana Chiyuki mempelajarinya, tapi...

Saat rencana itu di jalankan, sebuah trauma baru bermunculan di ibukota kerajaan.

Yah, bayangkan saja. Kau habis bangun dari tempat tidur lalu membuka jendela dan mendapati sosok mayat tak di kenal ada di halaman rumah mu.

Hoho.. sangat menarik bukan?

Ide ini sangat menarik dan luar biasa. Sampai tibalah hari itu tiba, tepat dimana kami ingin menghadiri persidangan, kedatangan kami ditolak oleh pasukan kerajaan.

Aku tidak ingin melakukan ini.

Tapi, keadaan memaksa ku.

Saat rencana Chiyuki ini di jalankan, teriakan histeria penduduk ibukota kerajaan menjadi senandung yang indah untuk kami.

Eh, bukan kami!

Senandung alami yang digemari oleh Chiyuki.

Sebagai catatan tambahan, ini bukan ide ku!

[...]

Di malam yang hangat ini, aku terpana melihat keindahan Ibukota Kerajaan Flora.

Sosok Dewi telah turun dari langit.

Lebih tepatnya, seorang Dewi Kematian turun dari langit. Aku tidak bercanda untuk satu hal ini, karena...

Itu adalah Chiyuki yang sedang mengamuk di atas sana!

Bagaimana situasi ini terjadi?

Well.. kita akan mundur dan mengingat kembali tentang kejadian pagi hari.

Seperti biasa, aku dan Chiyuki sedang bersantai menikmati indahnya pagi hari. Rutinitas melepas pelukan Chiyuki sudah menjadi kebiasaan dalam hidup ku. Yah, melepas pelukan dari seorang adik itu mudah, tapi untuk melepasnya tanpa kehilangan nyawa sudah menjadi level yang berbeda kan?

Setiap hari!

Aku hampir mati dalam tidur nyenyak ku.

Masalah itu timbul ketika kami mendapat undangan untuk kedua kalinya. Undangan itu berasal dari pihak kerajaan yang dengan tulus dan memohon untuk menghentikan serangan Duke Flora ke pihak kerajaan.

Kali ini, mereka membawa pasukan khusus untuk mengawal Duke Flora. Sepertinya mereka belajar atas kesalahan mereka tempo hari yang tidak sengaja mengusir kami.

Well, sebenarnya keluarga kami sangat benci untuk menunggu dan secara kebetulan nasib perang antara kita dan pihak kerajaan belum mencapai titik terang.

Tidak ada salahnya memberi mereka dorong kecil kan?

Yep, seperti menabur mayat layaknya menabur biji-bijian ke unggas.

Tindakan kami sebenarnya masuk ke dalam istilah "Disrespect to Death", tapi...

Siapa juga yang peduli dengan nyawa bandit? Well.. setidaknya kami melakukan improvisasi kecil dengan mengenakan armor pasukan kerajaan pada tubuh mayat bandit.

Dan hasilnya? Well.. sedikit masalah kecil bermunculan tapi.. itu bukan urusan kami. Itu adalah masalah untuk pihak kerajaan. Yah, terkadang ide jenius Chiyuki sedikit berbahaya tapi efektif.

Setelah membaca surat dari pihak kerajaan, aku tidak tahu seberapa banyak kata-kata di dalamnya, tapi surat itu dibawa bersamaan dengan surat lainnya. Mereka masuk ke dalam ruangan khusus kami, dimana Mercedes, Chiyuki, dan aku menguping pembicaraan mereka.

Hal yang mengejutkan adalah..

Ayah kami tampak tidak peduli dengan utusan kerajaan dan terus mendesak untuk keluar dari sistem bangsawan Kerajaan Flora. Bahkan, dia mengancam akan membunuh mereka jika terus memaksa menghadiri persidangan kerajaan.

Ayah kami tidak selunak itu, walaupun kalian memohon sembari membanjiri air mata kalian dengan darah. Dia akan tetap pada pendiriannya, aku sedikit penasaran darimana sifat keras kepalanya itu. Tapi, saat berhadapan dengan pihak kerajaan. Dia sangat menikmati proses itu hingga ke akarnya.

Dia hanya memberi satu syarat untuk bisa menghadiri persidangan tersebut. Dia menuntut untuk menyerahkan hak ekslusif Duke Flora yang telah lama direbut oleh pihak kerajaan.

Hak Ekslusif itu hanyalah kewenangan mengeksekusi pihak kerajaan jika dirasa melanggar sumpahnya sebagai Raja, termasuk bangsawan mereka yang melakukan tindakan di luar aturan.

Melihat kondisi Kerajaan Flora yang rusak ini, Hak Ekslusif ini sangat mengiurkan, terutama oleh Chiyuki yang sangat senang dengan berita ini.

Aku bisa melihat dengan jelas, senyuman manis seorang gadis polos yang sedang mengasah pisau. Kesampingkan itu, bahkan anak-anak serigala kami pun memiliki reaksi yang sama. Layaknya predator yang bersiap berburu, mereka dengan hati-hati mempersiapkan senjata kecil mereka.

Uh, senjata itu kecil tapi terasa menyakitkan. Hanya sebuah crossbow dengan anak panah kecil.. namun bisa meledak.

Yah.. kalian bisa tahu itu salah siapa.

Mengajari mereka untuk membuat bom kecil adalah kesalahan terbesar ku. Tapi, mereka bisa menemukan inovasi baru dengan menambahkan peledak di anak panah.

Mereka itu jenius kan?

Dalam urusan efisiensi membunuh tentu saja.

Singkat cerita, kami tiba-tiba sepakat dengan urusan persidangan ini. Entah kenapa, pihak utusan kerajaan keluar dalam kondisi lelah fisik dan mental. Aku tidak bisa mendengar dengan jelas perbincangan mereka, karena predator-predator ini sibuk mempersiapkan taring mereka.

Saat hari menjelang malam, kami bergegas menuju Ibukota Kerajaan Flora sekali lagi. Hanya untuk menuntaskan masalah kecil ini.

Saat kami tiba di pintu masuk Kerajaan Flora, suasana terlihat sedikit heboh.

Dari luar, kami bisa mendengar teriakan, suara ampunan yang disusul teriakan, dan.. gemuruh asap tebal yang membumbung tinggi.

"Apa ini? pesta?" canda Ayah kami untuk memecah suasana.

"Pestaaaaa!!!" balas Chiyuki dengan riang gembira.

Untuk suatu alasan..

Aku merasakan aura buruk tentang ini.

Tatapan Chiyuki beralih ke senapan mesin kendaraan kami.

Oh, yeah! Tentu saja! Aku paham dengan tatapan itu.

"Chiyuki?" aku sedikit memanggilnya untuk mengalihkan pandangannya pada benda berbahaya itu. Aku saja bisa ketagihan, apalagi dengan Chiyuki kan?

"Emm.. ada apa Onii-sama?" balas Chiyuki yang sedang tersenyum.

Berbeda dengan senyuman yang biasa ku lihat, senyuman ini berisi kaldu dan racun.

Senyuman lembut yang dibalut kehangatan tentang kematian yang nikmat.

Di balik mata merahnya itu, sosok Dewi yang turun langit ini menghiasi pandangan mata ku.

"Onii-sama, bukankah kita harus membantu orang-orang kesusahan ini?"

"Bukankah menyakitkan jika mereka mendapat luka seperti itu?"

Mendengar perkataan Chiyuki, aku melirik seseorang yang sedang tertimpa batu besar. Kondisinya begitu mengenaskan dengan kaki yang remuk tertimpa batu besar.

Errr.. bagaimana caranya?

Siapa juga yang bisa melempar batu seperti itu?

Namun, jawaban itu ada di depan ku. Sosok golem yang berbalut api memasuki pandangan ku.

"Onii-sama..." Chiyuki kini memandang ku.

Sosoknya yang bagaikan Dewi Kematian ini pun terekam jelas di ingatan ku. Dia hanya ingin mengurangi penderitaan mereka, jadi apa salahnya?

"Chiyuki... mari kita tolong orang-orang ini."

Mendengar balasan dari ku, Chiyuki tersenyum riang dan bersenandung riang.

[...]