webnovel

Chapter 19

Saat pagi menjelang, kami di kejutkan dengan sebuah surat yang di kirim langsung oleh pembawa pesan Kerajaan Flora. Isi surat itu tidak terlalu penting, hanya sebuah undangan persidangan yang di kelola oleh pihak kerajaan untuk mencari jalan damai atau kekacauan yang di sebabkan oleh "Kami".

Well.. aku tidak terlalu peduli dengan semua itu. Tapi, tampaknya orang tua kami sedikit khawatir dengan apa yang akan terjadi.

Kami sedikit menikmati makan pagi dengan tekanan yang tidak biasa.

Tapi, aku dan Chiyuki sangat menikmati makan pagi ini. terlebih dengan surat yang ditunggu-tunggu itu. Prediksi mengenai mereka menempuh jalur damai ini di sebabkan karena sebagian persediaan makanan mereka telah di hancurkan oleh pasukan kecil kami.

Orang bodoh mana yang memulai perang dengan perut kosong. Bahkan, untuk memenangkan sebuah pertempuran tidak di hitung dari jumlah pasukan. Memainkan mental dan tekanan sebuah pasukan yang berjumlah besar sangat memuaskan. Aku tidak berhenti-hentinya tersenyum melihat kabar baik ini.

"Onii-sama, bukankah ini yang kita tunggu-tunggu?" ucap Chiyuki memecah suasana.

Tidak ada yang salah dengan pertanyaan itu. Hanya saja, kedua orang tua kami masih kebingungan dengan ucapan Chiyuki.

Mercedes yang sedari tadi cemberut pun masuk ke dalam percakapan kami, "Master! Jangan kira aku tidak ikut dalam bagian ini! Aku juga sudah berusaha keras loh!".

Yang ini ada benarnya juga, semua informasi mengenai penyimpanan bahan makanan kerajaan tidak lepas dari campur tangan Mercedes. Siapa sangka dengan memberinya hak istimewa mengelola tawanan, Mercedes langsung mencari informasi sensitif mengenai hirarki militer Kerajaan Flora.

Hasilnya, beberapa kelemahan Jendral dan petinggi militer berhasil di amankan. Sebagai seorang yang menjunjung tinggi kerahasiaan, aku akan mengembalikannya pada mereka. Tentu saja, skandal kecil dan korupsi mereka tidak seberapa dengan kerusakan yang di sebabkan.

"Kerja yang bagus, Mercedes" ucap ku.

Mercedes masih saja cemberut mendengar pujian ku ini. Well.. akan sangat di sayangkan jika dia bekerja dengan suasana hati yang runyam. Jadi, aku memaksakan diri ku untuk menyuapi mulutnya menggunakan alat makan ku.

Teknik ini biasanya digunakan oleh sepasang kekasih untuk saling menyuapi dan menciptakan suasana romantis. Seberapa efektif kah teknik ini? kita lihat saja nanti.

Aku segera mengambil beberapa makanan ku yang tersisa, mengambilnya hingga terasa cukup dan mengarahkannya pada mulut Mercedes.

"Mercedes, buka mulut mu..."

Mercedes yang melihat ini pun bergegas membuka mulutnya dan menghampiri suapan ku. Satu suapan penuh itu mampu membuat kedua telinganya bergerak bersamaan. Aku bisa mengerti kenapa dia begitu bahagia dengan teknik ini.

Namun, itu semua tidak berjalan mulus dengan aura mengerikan yang terpancarkan oleh adik tercinta ku.

Yep, tatapan dingin dan menusuk itu pun menembus diri ku.

Orang tua kami yang menyadari perubahan ini pun memberi kode kecil pada ku untuk menenangkan Chiyuki. Dengan sisa makanan yang tidak seberapa, Mercedes memaksa ku untuk menyuapinya lebih lanjut dan sesekali tersenyum ke arah Chiyuki. Dia sengaja melakukannya untuk memancing reaksi Chiyuki.

Sejak kapan aku digunakan sebagai bidak mainan mereka?

"Master~" kali ini Mercedes menyandarkan tubuhnya pada ku. Reaksi Chiyuki cukup berbahaya karena ia memegang pisau daging yang di sediakan.

Pisau itu cukup tumpul karena di desain untuk memotong daging yang tidak terlalu keras. Tapi, saat Chiyuki melemparnya ke arah Mercedes. Pisau itu menancap di dinding dan menyisakan gagang pisaunya saja. Cukup cepat untuk ukuran pisau tumpul yang dilemparkan dari tangan seorang gadis.

"Mer-Ce-Des" dengan ucapannya yang terbata-bata. Chiyuki segera menghampiri Mercedes yang menempelkan tubuhnya pada ku.

"Master~" Mercedes hanya menghiraukan ucapan Chiyuki dan semakin menempelkan tubuhnya pada ku.

Bagaimana dengan ku? Aku yang sudah sedikit terbiasa dengan kejadian ini pun memahami apa yang akan terjadi.

Tentu saja..

Tanpa kekuatan.

Aku bisa apa?

Saat ini, aku hanya bisa pasrah dengan keadaan.

Di sisi lain, gadis-gadis serigala yang memandangi Mercedes pun memiliki reaksi yang sama dengan Chiyuki. Mereka memegang erat pisau kecil di tangan mereka.

Oh! Tidak!

Aku harap ini hanya perasaan ku saja.

Satu Chiyuki saja sudah merepotkan, apalagi ada satu peleton Chiyuki?

Aku harap gadis-gadis ini bukan seperti yang ku kupikirkan.

Yep, Ku harap.

Setidaknya, kali ini aku merasakan apa yang orang tua ku rasakan.

[...]

Bagian singasana Kerajaan Flora tampak berbeda. Deretan bangku dan kursi di susun saling berjejeran. Bahkan, rakyat jelata pun sibuk mempersipkan bangku untuk ikut menyaksikan persidangan dari kejauhan.

Dari ruang pribadi Raja, sang Raja dalam kondisi terburuknya. Ia mengingat pertemanan baiknya dengan Duke Flora, sahabat masa kecil sekaligus teman curhat selama belajar di akademi kerajaan. Dengan kejadian ini, hubungan mereka tampak lebih renggang dari sebelumnya. Sang Raja merasa bersalah atas insiden ini, saat pertemuan dengan Jendralnya, ia merasa sangat bersalah saat memasukan Duke Flora sebagai pengkhianat kerajaan. Namun, semua itu berubah setelah Duke Flora membunuh salah satu Jendral perangnya dan membiarkan pasukannya kembali ke kerajaan.

Membiarkan sisa pasukan untuk mundur dan memotong pasokan makanan. Dua kejadian itu menandakan satu hal, Duke Flora sedang marah pada dirinya. Ini merupakan masalah yang besar jika Duke Flora benar-benar menjadi seorang pengkhianat kerajaan. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi firasatnya mengatakan jika itu akan menjadi masalah besar.

Ketukan kecil terdengar, seorang ajudan Raja pun masuk dan memberi sebuah kabar kecil.

"Yang Mulia, Duke Flora telah tiba dan tampaknya dia membawa pasukan kecilnya. Apa yang akan kita lakukan?" tanya sang ajudan.

"Tentu saja menjamunya, apa lagi yang bisa di lakukan? kerusakan material kita lebih banyak daripada korban jiwa. Apa kau tidak tahu situasi kita saat ini?" ungkapan kekesalan Raja terdengar nyaring. Sang Raja sangat terpukul dengan keadaan kerajaannya.

Beberapa pemberontak dari rakyat bisa saja terjadi, jika mereka tahu kondisi kerajaan saat ini. Pasokan makanan mereka hanya bisa bertahan untuk tiga bulan dan mereka harus segera membelinya dari kerajaan tetangga.

Masalahnya adalah.. apakah Duke Flora akan membiarkan mereka melakukannya? Sang Raja sangat mengetahui apa yang akan dilakukannya. Karena, Duke Flora adalah murid terbaik dari akademi militer kerajaan dan itu dibuktikan dengan mengembalikan pasukan kerajaan lalu memukul mundur mereka.

Kabar ini pun beredar luas ke rakyat Kerajaan Flora, dimana mereka sangat terpukau dengan keberanian Duke Flora.

Sang Raja segera menuju ke singgasananya dan menyambut kedatangan Duke Flora.

Tepat di depan pintu masuk istana kerajaan, tampak sebuah kendaraan yang terbuat dari besi menarik perhatian beberapa prajurit kerajaan. Di badan besi itu terdapat simbol Duke Flora dan mereka mengerti apa yang ada di dalamnya.

Prajurit yang berjaga pun menghentikan mereka sembari menunggu perintah dari atasan mereka. Belum sempat perintah diturunkan, kendaraan itu pergi meninggalkan pintu gerbang istana kerajaan.

Sang Raja yang mendengar kabar ini pun panik dan memerintahkan untuk kembali menemui Duke Flora.

Satu hal yang pasti, sang Raja bergetar ketakutan setelah mengetahui kabar ini. Saat itu juga, sebuah burung yang membawa surat di kakinya mendatangi sang Raja. Burung itu pun duduk di tangan Raja.

Menyadari pesan itu ditujukan kepada dirinya, Sang Raja segera membaca isi pesan tersebut. Seketika itu, sang Raja berteriak dan panik.

"Pasukan! Bawa pasukan kemari!" ucap sang Raja dengan panik.

Semua orang yang berada di dalam singgasana pun bergegas membentuk barisan pengamanan untuk melindungi sang Raja.

Tiba-tiba, sebuah suara gemuruh datang dari langit. Sebuah benda seperti sekawanan burung besar datang mendekati istanan kerajaan. Burung itu seperti memuntahkan sesuatu di bagian belakangnya dan menjatuhi sebuah benda berwarna merah.

Sang Raja yang menyaksikan ini dikejutkan oleh sebuah bendera yang berkibar turun dari langit. Itu adalah bendera Kerajaan Flora dan sang Raja tiba-tiba pingsan.

Saat sang Raja pingsan, surat yang ada di tangannya turun dan memberikan jawaban atas apa yang akan mereka lihat kala itu.

"Aku dengan senang hati menerima undangan mu tapi kau masih menghadang ku? Jangan salah kan aku jika pasukan mu kembali dalam kondisi terburuknya."

Di hari itu, sisa pasukan kerajaan yang datang menyerang wilayah Duke Flora kembali dalam kondisi mengenaskan. Potongan tubuh mereka tersebar di ibukota Kerajaan Flora.

Dari kejauhan, Chiyuki yang merencanakan kejutan ini terus bersenandung bahagia.

"Onii-sama, tampaknya mereka sangat senang dengan kejutan ini."

Di sampingnya, Karl berdiri sembari memeluk Chiyuki dari belakang.

"Ahahaha.. tampaknya mereka menyukainya" jawab Karl sembari tersenyum paksa.

"Yah, mimpi buruk ku untuk malam ini bertambah tampaknya..."

"Chiyuki, kenapa kau kepikiran dengan cara ini sih?" tanya Karl.

"Eng? bukankah mereka hanya menjadi beban pasokan keamanan setelah kembali?" jawab Chiyuki dengan polosnya.

"Iya sih, tapi..." Karl yang merasa kasihan ini pun terpaksa menutup hatinya setelah melihat senyum menawan Chiyuki.

[...]