webnovel

MCF - Tanggung

Tok tok tok

Suara ketukan pintu terdengan dengan begitu jelas. Sang pemilik kamar terdiam sejenak, karena dia merasa asing dengan suara ketukan tersebut.

"Masuk aja Bi," ucap gadis tersebut yang memperkirakan kalau orang yang baru saja mengetuk pintu kamarnya adalah Bi Marni. Asisten Rumahnya.

"Ini gue."

Mendengar suara itu, sontak membuatnya terdiam. Dia kenal dengan pemilik suara tersebut sampai akhirnya dia bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju ke arah pintu.

Saat membuka pintu, dia kaget melihat laki-laki bertubuh tinggi yang sekarang menggunakan hoodie warna hitam dengan bawahan celana SMA-nya.

"Kak Galang? Ngapain ke sini?" tanya Naura yang merasa begitu heran kenapa Galang datang ke Rumahnya, bahkan sekarang ke Kamarnya.

Sebelum menjawab, Galang malah melangkahkan kaki meninggalkan sang pemilik kamar yang sekarang tengah berdiri di pintu.

Galang duduk dengan santai di kursi belajar milik Naura. Perlahan Naura menutup pintu kamarnya dan melangkahkan kaki menuju ke arah di mana Galang berada.

"Kamu ngapain ke sini?" tanya Naura lagi.

"Lo kenapa gak sekolah?" tanya balik Galang menggunakan nada bicara yang terdengar begitu datar.

"Aku kembali sekolah entar Senin, tanggung." Naura menjawab menggunakan nada bicara yang datar, sebenarnya bukan tanggung, tapi dia yang masih merasa lemas setelah kepergian Ayahnya.

"Oh."

Naura menganggukkan kepalanya, dia memperhatikan Galang beberapa saat. "Pertanyaan aku belum dijawab, kamu ngapain ke sini?" tanya Naura.

Memang kedatangan Galang benar-benar membuat Naura kebingungan, karena ini kali pertamanya Galang datang ke Rumahnya tanpa memberi tahunya terlebih dahulu.

Sebelumnya Galang hanya datang untuk menjemput Naura, itu pun kalau Galang sudah disuruh oleh Papahnya, selain daripada itu tidak pernah Galang datang ke sini.

"Terserah gue," jawab Galang dengan menggunakan nada bicara yang teramat datar.

Naura menarik napasnya dalam-dalam, sebenarnya dia masih lemas, ditambah dia yang harus berhadapan dengan Galang, maka dia lebih memilih untuk mengalah.

"Sekarang kamu mau apa?" tanya Naura yang tidak mungkin membiarkan Galang terdiam begitu saja di sini.

"Gue lapar," jawab Galang dengan penuh kejujuran.

"Kenapa gak tadi di bawah kamu bilang mau makan?" tanya Naura.

Galng mengalihkan pandangannya. "Orang yang menanyakan gue mau apa sekarang itu cuma lo." Dengan penuh kejujuran Galang berucap.

Memang semula Bi Marni hanya menanyakan apa tujuan serta keperluan Galang datang ke sini, tidak sampai menanyakan apa yang Galang inginkan sekarang.

"Mau aku masakin?" tanya Naura dengan begitu santai.

"Terserah."

Naura mendengkus kesal. "Padahal akan lebih enak kalau kamu itu jawabnya iya atau silakan, dibandingkan kamu jawab terserah. Entar kalau aku nyuruh Bibi yang masak, kamu nolak lagi, padahal kan salah kamu bilang terserah."

Mendengar Naura yang ngomel seperti ini, membuat Galang melirik ke arah Naura. Galang bangkit dari posisi duduknya dan kemudian melangkahkan kaki.

Galang berdiri tepat di hadapan Naura yang membuat Naura menaikkan pandangannya, Naura kebingungan kenapa Galang mendadak menatapnya seperti ini.

Mendadak Galang merasa ada sesuatu yang berbeda dengan Naura sekarang, dia menjadi lebih fokus memperhatikan Naura sambil memikirkan apa yang membuat Naura kelihatan berbeda dari biasanya.

Dengan seketika Galang menempelkan tangannya ke kening Naura yang membuat Naura merasa kaget dan kemudian melirik ke arah keningnya yang sudah terhalang oleh tangan Galang.

"Kamu ngapain?" tanya Naura sambil memperhatikan wajah Galang dengan penuh keseriusan.

"Lo sakit?" tanya Galang menggunakan nada bicara yang penuh dengan keseriusan.

Naura menggelengkan kepalanya dengan sebuah keraguan. "Enggak kok," jawab Naura.

"Ikut gue," ajak Galang sambil menarik tangan Naura.

"Jangan bawa aku ke Rumah Sakit!" tolak Naura yang mendadak mempunyai pikiran kalau Galang bakalan mengajaknya untuk ke Rumah Sakit.

"Ngeyel?" Galang menatap Naura dengan tatapan yang penuh dengan keseriusan.

Tatapan mata Naura berubah menjadi berkaca-kaca. "Aku masih takut ke Rumah Sakit. Jangan bawa aku ke Rumah Sakit, aku gak papa kok."

Naura berusaha untuk membujuk Galang agar tidak terus memaksanya ke Rumah Sakit, entah lah Naura mendadak takut masuk ke Rumah Sakit, karena masih teringat jelas dengan kejadian kemarin.

"Please ... Kak."

Melihat ekspresi Naura yang semakin lama semakin terlihat begitu berharap yang membuat bola matanya terlihat membesar membuat Galang malah terdiam bingung.

Naura memasang puppy eyes-nya sambil berusaha serta berharap kalau Galang tidak kembali memaksanya. Melihat ekspresi Naura yang menggemaskan seperti ini malah membuat Galang bingung akan apa yang harus dia lakukan.

"Udah makan?" tanya Galang.

Naura menganggukkan kepalanya. "Udah, jangan ke Rumah Sakit ya ... please."

"Ya." Dengan begitu datar akhirnya Galang menyetujui permintaan Naura, karena tidak mungkin juga dia akan membiarkan Naura nangis karena dipaksa olehnya.

Sebuah senyuman milik Naura terukir dengan begitu jelas. "Makasih," ucap Naura dengan penuh kelembutan.

"Sekarang gue harus ngapain?"

Kening Naura begitu mengernyit saat mendengar sebuah pertanyaan dari Galang yang keluar dengan menggunakan nada bicara yang begitu datar seperti orang yang kebingungan.

"Katanya kamu mau makan, aku masakin." Naura kembali mengingatkan Galang kalau semula Galang mengatakan kalau dirinya ingin makan.

"Gak jadi." Dengan begitu datar Galang menolak.

Kening Naura mengernyit. "Lho, kenapa? Katanya tadi kamu lapar kan?" tanya Naura.

"Sekarang lo tidur."

Galang lebih memilih untuk mengalihkan pembahasannya, dibandingkan harus membahas tentang semula dia yang mengatakan kalau dia ingin makan.

"Gak usah bengong, tidur sekarang juga." Galang kembali berucap setelah dia melihat Naura yang malah memperhatikannya dengan ekspresi yang kebingungan.

Sedari dulu, Naura merasa kesulitan untuk menolak apa yang sudah Galang ucapkan sampai akhirnya Naura memilih untuk melangkahkan kaki dan berbaring di tempat tidurnya.

Memang Naura juga merasa kalau dirinya sedikit pusing dan berusaha untuk tidur. Galang diam duduk di pinggir tempat tidur sambil memperhatikan Naura yang sekarang sudah memejamkan matanya.

Tidak.

Galang tidak sampai mengusap-usap puncak kepala Naura, karena memang dia tidak ada niat untuk melakukan hal tersebut.

Di saat Naura sudah terlelap ke alam tidurnya, Galang benar-benar memperhatikan detail wajah Naura. Bulu mata Naura yang sekarang menyatu tertata dengan rapi, hidungnya yang minimalis, serta bibirnya yang terukir dengan begitu cantik.

Ada sebuah perasaan yang mendadak muncul dalam diri Galang saat melihat Naura yang sekarang tengah tertidur. Galang merasa kalau Naura terlihat lebih cantik saat tidur.

Cup

Galang mengecup kening Naura singkat dan kemudian dia menarik sedikit selimut. Melihat sejenak dan kemudian melangkahkan kaki meninggalkan Naura yang sekarang sudah terlelap.

Apakah Galang sudah benar-benar mempunyai rasa pada Naura atau hanya sekedar kasihan pada Naura?

Van_Pebriyancreators' thoughts