webnovel

MCF - Kupu-kupu

"Lho, kamu ngapain ke sini?" tanya Naura saat dia mau berangkat sekolah kemudian melihat Galang sudah berada di depan Rumahnya.

"Pakai jaket." Bukannya menjawab pertanyaan yang sudah Naura ucapkan, Galang malah mengucapkan apa yang ada di pikirannya.

"Oh, kamu itu jemput aku?" tanya Naura sambil mengukirkan senyumannya menatap Galang yang sekarang masih duduk di atas motornya.

Galang melirik ke arah di mana jam tangannya melingkar. "Telat salah lo." Benar-benar tidak ingin menjawab, Galang malah berucap seperti itu.

Naura sedikit kesal dengan hal inni. "Ya udah bentar, tunggu."

Sama sekali tidak menjawab, Naura langsung melangkahkan kaki kembali ke Rumahnya, karena entah kapan dia bisa masuk kalau dia menunggu Galang menjawab.

*****

"Kamu kok hari ini jemput aku? Kenapa?" tanya Naura di tengah perjalanan.

Galang malas menjawab, dia terus melajukan motornya tanpa memikirkan apa yang sudah Naura ucapkan.

"Kamu takut aku gak sekolah lagi ya?" tebak Naura dengan nada bicara yang terdengar begitu ceria.

"Siapa lo?" tanya Galang menggunakan nada bicara yang begitu datar.

"Aku? Aku Naura, tunangan kamu." Dengan begitu polosnya Naura menjawab pertanyaan Galang menggunakan nada bicara yang begitu ringan.

Di sini Galang terdiam memikirkan apa yang sudah Naura ucapkan. Kalimat yang sudah Naura ucapkan tidak ada salahnya, hanya saja membuat sebuah perasaan yang sulit untuk dijelaskan muncul dalam diri Galang, terlebih Naura menjawab dengan nada yang benar-benar terdengar begitu polos.

"Kak," panggil Naura.

"Hm?"

"Gak, cuma manggil aja." Naura tertawa kecil di ujung kalimatnya.

Sungguh hal yang random. Galang menggeleng-gelengkan kepalanya, sungguh heran dia bersama dengan gadis serandom Naura. Semuanya di luar dugaan.

"Aku boleh peluk kamu gak?" tanya Naura dengan menggunakan nada bicara yang begitu manja.

Memang bagaimana pun Galang bersikap padanya, bahkan mengabaikan dirinya, Naura tetap saja manja pada dirinya, karena memang Naura ingin seperti ini.

"Gak," tolak Galang.

"Kenapa?" Nada bicara Naura menurun, terdengar seperti anak kecil yang merasa kebingungan saat dilarang.

"Terserah lo."

Galang merasa malas kalau dirinya harus menjelaskan apa alasan yang dia milik sampai dia tidak memberikan izin pada Naura untuk memeluknya.

"Aku peluk ya," izin Naura dengan begitu lembut.

Sampai akhirnya dengan perlahan Naura melingkarkan tangannya di pinggang Galang, mendekatkan dirinya ke punggung Galang dan benar-benar memeluk Galang dengan penuh kelembutan.

Memeluk Galang seperti ini memberikan sebuah perasaan tenang dalam diri Naura, padahal sebelumnya ada sebuah perasaan sedih serta khawatir yang menyelimuti hatinya.

Awalnya dia mau bertunangan bukan sebab dia tahu dengan siapa dia akan bertunangan, tapi dia menuruti apa yang sudah Ayahnya ucapkan.

Mengetahui kalau ternyata calon tunangannya adalah cowok nakal yang sudah sering dia lihat keluar masuk BK dan mempunyai cerita yang tidak baik, tidak membuat Naura mundur.

Naura lebih memilih untuk diam dan mengikuti ke mana jalan yang harus dia ikuti. Sebelumnya dia tidak pernah mempunyai pikiran kalau ternyata dia akan merasakan yang namanya nyaman.

Sebelumnya dia bahkan sempat membayangkan kalau dia sama sekali tidak akan suka pada Galang, terlebih kepribadian Galang yang berbanding terbalik dengannya.

Semua pikirannya ternyata salah, dia yang semula tidak pernah mempunyai rasa tertarik pada cowok yang berlatar belakang buruk seperti Galang malah menjadi tertarik.

Sebelumnya Naura malah belum ingin untuk suka pada laki-laki, kalau pun ia suka, ia lebih mengidolakan cowok yang baik, serta berlatar belakang positif, tidak seperti Galang.

Semua yang bersekolah di SMA Bintang Medika, pasti tahu siapa Galang dan bagaimana karakter dari seorang Galang.

Memang Galang di cap sebagai badboy SMA Bintang Medika, tapi siapa sih yang tidak akan tertarik pada Galang yang notabenenya mempunyai fisik yang seperti itu, serta tahu kalau Galang berasal dari keluarga yang bukan keluarga biasa saja.

*****

"Udah puas meluknya?" tanya Galang yang terdengar begitu datar. Pertanyaan ini keluar dari mulut Galang saat dia menyadari kalau Naura baru saja melepaskan pelukannya.

"Sebenarnya belum," jujur Naura dengan nada bicara yang terdengar begitu polos.

Memang kalau dikatakan bahwa dirinya sudah puas memeluk Galang, maka jawabannya dia sama sekali belum merasakan yang namanya puas saat memeluk Galang, yang kalau dippikirkan entah kapan Naura akan merasa puas dalam memeluk Galang.

"Kenapa udah dilepas?" tanya Galang yang penasaran dengan alasan yang membua Naura melepaskan pelukannya, padahal secara terang-terangan Naura mengatakan kalau dirinya sama sekali belum puas dalam memeluk Galang.

"Udah banyak anak-anak, malu."

Memang Naura baru saja melepaskan pelukannya saat sudah melihat banyak anak-anak Bintang Medika dan dia merasa malu kalau harus menjadi pusat perhatian.

"Malu?"

Galang merasa aneh dengan jawaban yang sudah Naura ucapkan, dia tanda tanya dengan alasan yang membuat Naura malu.

"Eh—h maksud aku bukan malu sama kamu, tapi malu diliatin sama anak-anak. Gak kok, bukan malu sama kamu."

Sangat tidak mungkin jika dirinya merasa malu bersama dengan Galang, karena apa yang mau membuat dirinya malu sedangkan dia bersama dengan Galang yang notabenenya adalah most wanted di Bintang Medika.

"O." Hanya satu huruf yang keluar dari mulut Galang.

"Lah, cuma oh doang. Gini amat sih kamu jadi orang?" omel Naura yang benar-benar merasa heran dengan sifat Galang yang seperti ini.

Galang terus melajukan motornya sampai akhirnya dia berhenti di tempat yang dia inginkan. Naura dengan santai turun saat sudah sampai di tujuannya.

"Terus gue harus jadi apa?" tanya Galang menggunakan nada bicara yang datar sambil menatap Naura yang sekarang tengah membuka helm-nya.

Di saat Naura memikirkan bagaimana tanggapan mereka kalau sampai mereka melihat dirinya yang tengah memeluk cowok yang mereka idamkan, lain hal dengan Galang.

Semua hal itu sama sekali tidak Galang pikirkan, bahkan alasan yang membuat Galang tidak mengakui kalau Naura adalah tunangannya, bukan sebab memikirkan bagaimana pandangan mereka, tapi memang dirinya yang sama sekali tidak mempunyai rasa pada Naura.

"Jadi kupu-kupu bisa gak?" tanya Naura dengan begitu enteng.

Di saat Galang menyinggung Naura saat Naura mengatakan kalau dia seperti ini saat menjadi manusia, tapi dengan polosnya Naura menanyakan apakah dirinya bisa menjadi kupu-kupu.

"Lo suka kupu-kupu?" tanya Galang sembari melangkahkan kakinya bersama dengan Naura.

Naura menganggukkan kepalanya. "Iya, aku suka kupu-kupu soalnya sayap dia itu indah, apalagi pas terbang, keliatan banget indahnya."

"Dulu aku pengen banget bisa kayak kupu-kupu. Cantik, indah, terbang bebas dan bisa melihat, bahkan hinggap di bunga-bunga yang indah."

Cara Naura menjawab begitu enteng dan seperti orang yang tengah bercerita layaknya anak kecil yang sedang mendongeng, terlebih ekspresi yang Naura pasang juga cukup mendukung.

"Oh," jawab Galang dengan nada bicara yang begitu enteng.

"Iya, bisa gak?" tanya Naura yang terdengar cukup serius, seolah bertanya mengenai sebuah hal yang mungkin untuk terjadi.

Galang menghentikan langkah kakinya dan kemudian menatap Naura yang baru saja menanyakan hal yang mustahil terjadi, tapi seolah mungkin saja dilakukan.

"Asal lo tahu, kupu-kupu asalnya dari binatang yang buruk dan menjijikan." Galang menggidikkan bahunya saat terbayang asal-usul sebelum jadi kupu-kupu.

"Aku tahu kok, tapi indah kalau dia udah berubah." Naura bukannya tidak tahu, tapi dia lebih suka memperhatikan kupu-kupu yang menurutnya indah.

Galang kembali melangkahkan kakinya, karena semua itu dirasa sudah tidak menarik. Sampai kapan pun menentang atau memberikan gambaran yang negatif, kalau pada orang yang menyukainya, itu semua tidak akan ada gunanya..

"Aku berharap kamu bisa jadi kupu-kupu." Kalimat ini keluar dengan suara yang seolah mengandung sebuah harapan yang besar dari Naura untuk Galang.

"Sampai kapan pun gue gak akan jadi kupu-kupu!" Galang tidak ingin ikut larut ke dalam khayalan Naura yang sudah semakin jauh.

Naura mengukirkan senyumannya. Naura tahu kalau alasan yang membuat Galang menolak harapannya dengan mentah-mentah, karena Galang sama sekali tidak mengerti ke mana maksud pembicaraannya.

"Maksud aku, bukan menyuruh kamu menjadi kupu-kupu. Maksudnya kan kata kamu kupu-kupu asalnya dari hewan yang buruk, tapi bermetamorfosis jadi hewan yang indah."

"Terus?" tanya Galang datar.

"Nah, aku berharap kalau kamu nanti bisa jadi orang baik. Kamu juga bisa kok bermetamorfosis jadi orang yang jauh lebih baik lagi dari sekarang dan kemungkinan hidup kamu ke depannya akan indah."

Harapan Naura terdengar begitu indah, dia memandang Galang dengan sudut pandang yang berbeda. Naura sama sekali tidak memikirkan bagaimana buruknya seorang Galang, karena yang ada dalam pandangan Naura, Galang tidak seperti itu.

"Oh." Dengan sangat datar, Galang menjawab. Terlihat seolah Galang sama sekali tidak memikirkan apa yang baru saja Naura jelaskan dalam maksud Naura yang ingin Galang bisa menjadi seperti kupu-kupu.

"Mau gak?" tanya Naura yang masih begitu mengharapkan sebuah jawaban dari Galang akan permintaannya.

Galang menggelengkan kepalanya. "Gak."

"Kenapa?" tanya Naura dengan begitu enteng.

Apakah perlahan hati Galang akan terbuka dan bisa sayang pada Naura?

Van_Pebriyancreators' thoughts