webnovel

MCF - Siapa Suruh Pendek

Merasa ada yang terasa berat, akhirnya Naura melirik ke arah di mana tangannya yang ternyata sekarang tengah memegangi tangan Galang yang dia perhatikan begitu berbeda dengan tangannya.

Di mana tangan Naura begitu mulus putih dan sedikit berisi, sementara tangan Galang tidak seberisi tangannya yang lebih ke arah atletis dengan urat-urat yang terjalur dengan begitu jelas.

Kalau dia marah tangannya aku pegang gimana ya?

"Ahhh!" teriak Naura refleks saat dia baru saja dipangku oleh Galang yang membuat dia menjadi lebih tinggi dan bisa melihat dengan begitu jelas di mana yoghurt itu berada.

"Ambil, lo pikir gue gak berat?" Galang berucap saat Naura yang malah terdiam, bukan mengambil yoghurt yang ada.

Naura tertawa kecil. "Oh aku berat ya?" tanya Naura dengan begitu polosnya sambil membawa 2 yoghurt yang ada di sana.

Galang melirik ke arah di mana Naura berada. "Lo pikir?" tanya Galang sambil memperhatikan Naura yang sekarang tengah memperhatikannya.

"Suruh siapa malah memangku aku?" tanya Naura dengan begitu enteng.

"Siapa suruh pendek?" tanya balik Galang dengan begitu entengnya.

Bibir Naura dengan seketika mengerucut kesal saat mendengar nada bicara yang baru saja mendengar pertanyaan yang sudah Galang ucapkan.

Sebenarnya tidak ada salahnya apa yang sudah Galang ucapkan, karena memang Naura itu lebih pendek dari pada Galang, karena tinggi badan Naura tidak menyentuh angka 160cm.

Lebih dari 20cm perbedaan tinggi badan antara Galang dan juga Naura, sehingga memang kalau sedang jalan bersama tinggi badan mereka begitu cute.

"Udah yuk," ajak Naura.

Kening Galang mengernyit.

"Kenapa?" tanya Naura saat dia melihat Galang yang kebingungan seperti ini.

"Cuma ambil yoghurt?" tanya Galang sambil menatap Naura heran.

Naura menganggukkan kepalanya dengan begitu serius. "Kan emang mau beli yoghurt," ucap Naura dengan begitu polosnya.

"Dengan banyak yang lainnya di sini lo cuma ngambil itu?" tanya Galang lagi. Dirinya masih kebingungan dengan hal ini.

"Kamu juga kan tadi cuma bilang mau beliin aku yoghurt," ucap Naura yang membeberkan alasan kenapa dirinya hanya mengambil yoghurt.

Galang menggeleng-gelengkan kepalanya. "Terserah," ucap Galang dengan nada yang begitu datar.

"Tapi, kalau aku ambil cemilan boleh?" tanya Naura dengan begitu sopannya meminta izin.

"Tinggal ambil, asal jangan minta kembali gue gendong."

Dengan penuh kepolosan, Naura mengukirkan senyumannya yang menunjukkan deretan giginya. Dia terlihat begitu imut saat tersenyum polos seperti sekarang.

Akhirnya Naura mengambil keranjang dan mulai mencari cemilan yang dia inginkan. Naura merasa senang, karena dia bisa menghabiskan banyak waktu bersama dengan Galang.

*****

"Cemilan kamu nih?" tanya Naura saat Galang mau pergi setelah sampai di Rumah Naura.

"Yang bilang cemilan itu punya gue siapa?" tanya balik Galang dengan nada yang teramat datar.

Kening Naura mengernyit kebingungan. "Bukannya yang ambil cemilannya juga kamu ya?"

Galang menganggukkan kepalanya.

"Terus kenapa kamu gak ambil?" tanya Naura lagi.

"Gue ambil, karena gue bosan liat keranjangnya gak penuh-penuh." Galang memberikan penjelasan menggunakan nada yang tidak berubah.

Naura sebelumnya tidak mempunyai pikiran kalau Galang mengambil banyak cemilan untuknya, karena saat menyadari kalau Galang memasukkan cemilan ke keranjang yang dia bawa, dia pikir Galang menginginkan cemilan itu.

"Emh ... kalau gitu, makasih banyak ya." Senyuman milik Naura terukir dengan begitu indah di bibirnya.

Galang mengganggukkan kepalanya dan kemudian menghidupkan mesin motornya, karena dia tidak ada niatan untuk mampir terlebih dahulu ke Rumah Naura.

"Hati-hati di jalan, Kak Galang." Naura setengah berteriak sambil melambai-lambaikan tangannya.

Percayalah Galang masih bisa mendengar apa yang sudah Naura ucapkan, bahkan dia juga sempat memperhatikan Naura dari kaca spionnya.

*****

20:07

"Kamu mau ke mana?" tanya William saat melihat Anaknya yang sekarang tengah menuruni anak tangga dengan jaket yang dia biarkan di pundaknya.

"Aku mau ke Basecamp Pah," jawab Galang dengan penuh kejujuran.

Mendengar jawaban yang baru saja Anaknya ucapkan, membuat William bangkit dan kemudian berjalan ke arah di mana Galang berada, menatap anaknya sebentar.

"Pulang besok pagi lagi? Iya?" tanya William yang merasa sudah tidak aneh dengan hal ini.

Galang menggelengkan kepalanya. "Kali ini jam 1 juga mungkin aku sudah pulang, aku masih ingat kalau besok aku harus sekolah."

"Bisa tidak kalau besok sekolah jangan ke Basecamp atau jangan pulang udah ganti hari? Mending kamu mainnya ke Rumah Naura, sambil belajar di sana biar kamu pinter."

William memberikan saran dengan tujuan agar Galang bisa lebih dekat dengan Naura dan Galang menjadi lebih mengurangi kebiasaan keluyuran malam seperti ini.

"Tadi siang aku udah bosen sama dia," ucap Galang dengan santai sambil menggunakan jaketnya.

"Di Sekolah?" tanya William yang merasa kalau kata bosan itu, karena Galang seharian berada di tempat yang sama dengan Naura, yaitu Sekolah.

"Papah gak tahu aja kalau pulang Sekolah aku nganterin dia ke Supermarket," ucap Galang.

Kening William mengernyit, dia merasa tidak yakin dengan hal ini. "Ngapain aja?" tanya William yang ingin tahu kejujuran dari anaknya.

"Nganterin dia beli yoghurt," jawab Galang dengan begitu enteng.

William masih tidak percaya dengan hal ini, terlebih cara Galang menjawab tidak meyakinkan dirinya. Masih banyak rasa tidak percaya yang ada dalam pikiran William.

"Papah gak percaya kalau aku tadi nganterin dia beli yoghurt?" tanya Galang sambil menatap Papahnya dengan tatapan yang setengah kesal.

Dengan jujur, William menggelengkan kepalanya. "Papah memang tidak percaya sama kamu," ujar William yang membeberkan kalau dia tidak percaya pada Anaknya.

"Terserah Papah," acuh Galang yang merasa malas untuk memberikan penjelasan.

"Kalau sekarang Galang gak bohong Pah," ucap Melati sambil melangkahkan kaki menuju ke arah di mana Suami serta Anaknya berada.

William melirik ke arah di mana Istrinya tengah berjalan. "Mamah tahu dari mana kalau Galang gak bohong?" tanya William yang merasa heran dengan alasan kenapa Melati bisa begitu yakin mengatakan kalau Galang tidak berbohong.

"Tadi Mamah abis telponan sama Naura dan Naura sendiri yang mengatakan kalau dia tadi katanya pulang sekolah sama Galang dan katanya Galang beliin dia banyak cemilan."

Memang ada alasan kenapa Melati bisa membela Galang sekarang, karena sebelumnya dia sudah tahu semua itu dari Naura yang kemungkinan jauh kalau Naura itu berbohong.

"Bener kan Pah? Aku gak bohong," ucap Galang.

"Ya sudah, kalau gitu. Terus ya baik sama Naura. Inget, dia itu tunangan kamu." William kembali mengingatkan Galang siapa Naura.

Galang mengabaikan hal itu, dia malah menyalami tangan Mamahnya yang kemudian beralih ke tangan Papahnya. "Aku pergi sekarang," ucap Galang.

"Hati-hati sayang," ucap Melati dengan penuh kasih sayang.

Dengan santai Galang menganggukkan kepalanya dan kemudian melangkahkan kaki semakin menjauh yang pada akhirnya keluar dari Rumahnya.

Gak sia-sia gue nganter dia, sekarang gue bisa keluar bebas.

Sebuah senyuman milik Galang terukir dengan begitu jelas sampai akhirnya dia naik ke motor dan menggunakan helm full face-nya.

Jadi, Galang yang baik pada Naura itu ada tujuannya?

Atau memang Galang beneran baik sama Naura karena sudah ada rasa pada Naura?