webnovel

MCF - Sambung Tangan

Benar-benar anak Bintang Medika digegerkan oleh perbuatan Galang hari ini, karena hari ini Galang menyuruh Naura untuk pulang bersama dengannya.

Sekarang banyak pasang mata yang tertuju pada Naura yang tengah berjalan di samping Galang, mereka jadi tanda tanya dengan semua hal ini.

Di sini Galang tahu kalau akan banyak yang memperhatikannya dan juga tahu kalau dia bersama dengan Naura, lantas apa tujuan utama yang membuat Galang malah menyuruh Naura pulang bersama dengannya hari ini juga.

Galang dan juga Naura berjalan dengan jarak yang cukup lumayan, bahkan kalau mereka yang memperhatikan serius ekspresi yang Galang pasang, mereka akan jauh lebih tanda tanya lagi.

Memang Naura berjalan bersama dengan Galang, tapi ekspresi yang Galang pasang terlihat begitu datar dan sama sekali tidak memikirkan kalau Naura sekarang kesusahan untuk menyeimbangkan langkah kakinya dengan langkah kaki Galang.

Banyak yang menduga kalau Naura akan mendapatkan sebuah hal yang buruk saat sekarang dia bersama dengan Galang, terlebih ekspresi Galang yang seperti ini.

"Lo pulang sama tuh cewek mau ngapain?"

"Mau diapain tuh cewek?"

"Lang, jangan aneh-aneh deh."

Banyak orang yang menjadi mempunyai sebuah pikiran yang negatif saat mengetahui kalau Naura akan pulang bersama dengan Galang.

Naura tidak menjawab, karena memang dia tidak mempunyai kalimat yang bisa dia ucapkan untuk menutup banyak pertanyaan yang sudah mereka ucapkan.

"Kalau pun gue mau menjadikan dia Babu, itu bukan urusan lo semua."

Kalimat yang baru saja Galang ucapkan mampu membuat banyak mulut tertutup rapat dan tidak bisa kembali bertanya, karena jawaban dari Galang cukup membuat mereka kaget dan tidak menyangka.

*****

"Kamu gak bisa apa kalau kasih jawaban yang melibatkan aku di dalamnya menggunakan jawaban yang normal aja, jangan kayak tadi? Sakit tahu hati aku digituin sama kamu," ujar Naura dengan penuh kejujuran.

Rasanya sekarang dia ingin marah pada Galang, tapi sayangnya dia tidak mempunyai keberanian yang cukup untuk mengeluarkan amarahnya pada Galang.

"Suka-suka gue, kenapa? Mau protes?" tanya Galang menggunakan nada bicara yang begitu datar.

Galang tidak memikirkan bagaimana perasaan Naura saat tadi mendengar kalimat yang sudah dirinya ucapkan, karena dia lebih memilih mengutarakan apa yang dia inginkan.

"Hm, pengennya sih protes, tapi aku gak berani sama kamu." Naura hanya bisa mendengkus kesal sekarang.

Dengan santai Galang menghentikan motornya tepat di depan Supermarket. Naura turun dengan santai sampai akhirnya melangkah mengikuti ke mana Galang melangkah.

Sungguh mood yang swing.

Sekarang Naura sudah kembali merasa happy saat sekarang dia sudah mempehatikan banyak makanan yang ada di dalam Supermarket ini, padahal tujuannya hanya untuk membeli yoghurt yang sudah Galang janjikan.

Sudah berada di depan lemari pendingin, Naura malah terus berjalan-jalan ke sana kemarin dan hal ini membuat Galang pusing. Galang tidak tahu apa alasan yang membuat Naura mondar-mandir seperti ini.

"Lo nyari apa sih? Pusing gue," ujar Galang yang sudah bukan kali pertama melihat Naura yang mondar-mandir di depan lemari pendingin.

"Aku nyari yoghurt yang rasanya sama dengan yang aku beli tadi," ucap Naura dengan penuh kejujuran.

Memang Naura ingin membeli yoghurt rasa yang sama dengan yang sudah dia beli tadi pagi, tapi sampai sekarang Naura belum melihatnya.

"Mata lo ke mana?" tanya Galang dengan nada bicara yang terdengar begitu datar.

Mendengar pertanyaan seperti ini, sontak membuat Naura berbalik badan. Naura melangkahkan kaki menuju ke tempat di mana Galang berada.

"Mata aku ke mana?" tanya Naura sambil menatap Galang serius.

Galang menganggukkan kepalanya dengan ekspresi yang datar.

Naura membelalakkan matanya dengan begitu jelas. "Ini apa? This is my eyes!" ucap Naura sambil terus berusaha memelototkan matanya ke arah Galang.

Ekspresi saat Naura memelototkan matanya terlihat begitu menggemaskan, bahkan Galang ingin tertawa melihat ekspresi Naura yang seperti ini.

"Kalau itu mata lo, kenapa lo gak bisa liat kalau di sana ada yoghurt yang lo cari."

Galang berucap dengan begitu enteng sambil menunjuk ke arah yoghurt rasa blueberry dengan merk yang sama dengan yoghurt yang sudah Naura beli tadi.

Naura sedikit berjinjit untuk melihat ke arah yang sudah Galang tunjuk. "Tapi dari sana aku gak liat kalau yoghurt-nya ada di sana," ucap Naura dengan penuh kejujuran.

Cukup masuk akal, karena sekarang posisi Naura berdiri agak jauh dari tempat lemari pendingin yang mana jarak pandangnya akan lebih jauh, dibandingkan tadi dia yang hanya melihat dari dekat.

Setelah mengetahui di mana minuman yang dia cari, akhirnya Naura melangkahkan kaki menuju ke tempat di mana yoghurt itu berada.

Sialanya Naura kesusahan untuk mengambil yoghurt tersebut, karena yoghurt tersebut tidak ada di bagian depan lemari pendingin dan tangan Naura tidak sampai, meski sudah beberapa kali melompat.

Galang tertawa kecil melihat Naura yang kesusahan untuk mengambil yoghurt tersebut, terlebih saat melihat rok Naura yang naik turun saat dia melompat.

"Ngapain liatin di sana, bukannya bantuin!" kesal Naura saat dia melihat Galang yang tengah berdiri tanpa mendekat ke arahnya.

"Gak bisa ambil sendiri?" tanya Galang dengan nada yang begitu datar sambil melangkahkan kaki menuju ke arah di mana Naura berada.

Naura menggelengkan kepalanya. "Gak, tangan aku gak nyampe." Dengan begitu polos Naura mengatakan kalau tangannya tidak sampai untuk mengambil yoghurt tersebut.

"Perpanjang tangannya," ujar Galang dengan begitu enteng.

"Punya kamu sini mau aku sambung biar panjang," ucap Naura dengan polos.

Galang memperhatikan Naura yang sekarang tengah menarik tangannya tanpa berpikir jauh lebih lama, bahkan Naura juga sepertinya tidak sadar kalau dia sudah mengambil tangan Galang.

Merasa ada yang terasa berat, akhirnya Naura melirik ke arah di mana tangannya yang ternyata sekarang tengah memegangi tangan Galang yang dia perhatikan begitu berbeda dengan tangannya.

Di mana tangan Naura begitu mulus putih dan sedikit berisi, sementara tangan Galang tidak seberisi tangannya yang lebih ke arah atletis dengan urat-urat yang terjalur dengan begitu jelas.

Kalau dia marah tangannya aku pegang gimana ya?