webnovel

MCF - Cintya

Tatapan mata seseorang menajam sambil fokus memperhatikan gadis cantik nan imut yang sekarang tengah melangkahkan kaki mungilnya.

"Heh cupu! Berhenti!" teriak seseorang sambil menatap Naura dengan tatapan yang penuh dengan kekesalan.

Dia yang jalan di samping orang yang baru saja berteriak saling memperhatikan dengan ekspresi yang tanda tanya, juga setengah tidak percaya.

Ekspresinya berubah semakin kesal. "Woy! Gue manggil lo. Budeg atau gimana sih lo?!" ucap Cintya saat dia sudah berada di depan Naura.

Mendengar kalimat tersebut membuat Naura merasa sedikit tersentak kaget. "Kakak manggil aku?" tanya Naura dengan nada yang begitu polosnya.

Cintya menjadi geram saat dia mendengar pertanyaan yang baru saja Naura ucapkan. "Dari tadi gue manggil lo, ngapain lo jalan terus?" tanya Cintya penuh dengan rasa penasaran yang berselimut kesal.

"Aku punya nama," ucap Naura dengan begitu enteng.

Memang alasan yang membuat Naura terus melangkahkan kakinya, karena Naura tidak merasa ada orang yang sudah memanggilnya.

"Ah! Lupakan!" Cintya tidak ingin fokus pada hal tersebut, karena ada hal lain yang membuatnya menjadi memanggil Naura.

Kening Naura mengernyit tanda tanya. "Lo akhir-akhir ini sama Galang terus, ngapain lo?" tanya Cintya.

Cintya itu salah satu cewek yang suka pada Galang dan dia yang terbilang famous di SMA ini. Cintya juga terbilang orang yang berani, terlebih pada Adik kelasnya.

Mendengar pertanyaan iitu membuat Naura mengangguk. "Iya, kenapa emangnya?" tanya balik Naura dengan nada yang cukup santai tanpa ada rasa bersalah.

"Lo gak punya kaca atau bagaimana? Lo gak tahu malu apa mengejar-ngejar seorang Galang?" Nada tanya Cintya begitu merendahkan Naura.

"Kayaknya dia gak punya kaca deh di Rumahnya," ucap Fika memberikan sebuah pendapat yang jauh dari kenyataannya.

"Apa perlu kita beliin kaca buat dia?" tanya Tari sambil meledek Naura, bahkan tawaannya terdengar di gendang telinga Naura.

"Aku punya kaca kok di Rumah, makasih." Senyuman milik Naura terukir dengan begitu jelas saat menjawab kalimat-kalimat mereka.

Mereka saling melemparkan tatapannya. Rasa gereget yang ada dalam diri mereka sudah mulai memuncak, mereka menatap Naura dengan ekspresi yang penuh dengan kekesalan.

"Ikut gue!" seru Cintya.

Naura menggelengkan kepalanya. "Gak, aku gak mau. Ke mana?" Naura tidak semudah itu untuk ikut ke mana mereka melangkahkan kakinya.

Cintya melirik ke arah teman-temannya. Mereka mengerti ke mana maksud dari apa yang sudah Cintya kodekan. Mereka menarik Naura agar ikut ke mana Cintya melangkah.

*****

"Ngapain kalian bawa aku ke Toilet?" tanya Naura yang kebingungan dengan alasan kenapa mereka membawa dirinya ke Toilet.

Sebuah senyuman miring terukir dengan begitu jelas di bibir Cintya. "Ini perkenalan dari gue," ucap Cintya.

"Aku udah kenal sama Kakak, gak perlu perkenalan." Naura berucap dengan begitu enteng.

Memang hal ini terbilang benar, karena Naura sudah tahu siapa Cintya. Alasan kenapa Naura tahu siapa Cintya, karena Cintya adalah salah satu anggota cheersleader dari kelas XI.

Byur

Dengan begitu enteng Cintya menyiram Naura sebab dia yang sudah merasa begitu kesal dengan semua ini, sepertinya Cintya iri sebab Naura bisa bersama dengan Galang.

"Kakak ini kenapa sih?! Kenapa aku disiram begitu aja?!" tanya Naura menggunakan nada yang tinggi, karena memang dia kesal dengan apa yang sudah Cintya lakukan.

Naura masih mencoba untuk memberanikan dirinya menatap Cintya dan begitu juga dengan Cintya yang sekarang tengah menatapnya yang ditemani oleh teman-temannya menatap Naura dengan tatapan yang tidak suka.

"Jangan terus dekat-dekat sama Galang atau lo akan terus berurusan dengan gue dan bukan hal yang gak mungkin kalau lo mendapatkan hal yang jauh lebih dari ini!" bentak Cintya.

Tanpa berpikir terlebih dahulu, Naura menggelengkan kepalanya. Memang Naura sama sekali tidak ingin menjauh dari Galang, dia akan merasa kehilangan segalanya kalau dia harus menjauh dari Galang.

"Lo berani membantah apa yang sudah gue ucapkan?!" tanya Cintya dengan menggunakan nada yang begitu tinggi.

Cintya sangat kesal saat melihat Naura yang begitu yakin menggelengkan kepalanya, padahal dia sudah memberikan peringatan yang cukup jelas.

"Semua orang punya pilihannya masing-masing, termasuk dengan aku. Kalau aku mau dekat sama Kak Galang, itu pilihan aku." Dengan penuh keyakinan Naura menjawab.

Di luar dugaan.

Cintya serta teman-temannya terdiam saat mendengar jawaban yang baru saja Naura ucapkan. Mereka tidak pernah menyangka kalau Naura berani menjawab dengan jawaban yang seperti itu.

Plak

Sebuah tamparan mendarat dengan begitu pas di pipi Naura. Mata Naura berkaca-kaca, rasa sakit sudah pasti bisa dia rasakan.

Semula dia bukan berniat untuk menantang Cintya, hanya saja dia memang tidak ingin kalau dia harus menjauh dari Galang.

Hal ini sebenarnya bukan kali pertama Naura berada di posisi seperti ini. Waktu dulu saat Naura jarang bersama dengan Galang dan ada yang menyaksikan kalau Naura bersama dengan Galang, hal ini pernah dia alami.

Kejadian waktu itu tidak terulang, karena memang orang tersebut tidak melihat Naura bersama dengan Galang dan merasa kalau Naura nurut dengan ucapannya.

Kenyataannya tidak demikian, karena menjauhnya Naura pada Galang itu sebab Galang yang tidak mau. Sekarang suasanya sudah mulai berbeda.

"Cabut! Tinggalin dia," ucap Cintya yang kemudian melangkahkan kaki bersama dengan teman-temannya.

Naura memegangi pipinya yang terasa perih, Naura memperhatikan wajahnya di depan cermin. Ada sebuah perasaan yang mendadak terbersit dalam dirinya.

"Aku gak akan mau menjauh dari kamu," ucap Naura sambil menatap cermin dan membayangkan kalau cermin yang ada di hadapannya adalah Galang.

Perlahan Naura menarik napasnya dengan begitu dalam, perlahan Naura merapikan rambutnya sambil menenangkan dirinya.

Saat tengah berusaha untuk menenangkan dirinya, mendadak Naura teringat akan Ayahnya. Naura menjadi teringat kalau Ayahnya sering membahas Galang setelah dia sudah bertunangan dengannya.

Banyak hal yang menjadi alasan kenapa Naura tidak ingin menjauh dari Galang, terlebih kalau dia tidak bisa membohongi hatinya yang sudah menerima Galang, bagaimana pun sikapnya.