webnovel

MCF - Dikasih Elips

Sinar mentari sudah mulai menampakkan diri naik berpijak dan terus naik sampai sekarang dia tengah mengeluarkan hangat yang banyak dinikmati oleh banyak orang.

Telinga Galang bergerak-gerak saat dia baru saja mendengar suara nada dering yang sangat dia kenali sampai akhirnya dengan perlahan Galang keluar dari alam tidurnya.

Kening Galang mengernyit saat dia melihat ke arah jam yang ada di atas nakas dan kemudian beralih ke handphone-nya yang sampai sekarang masih berbunyi.

"Hallo Mah?" Suara Galang masih terdengar begitu serak.

Di seberang sana Melati menjauhkan ponselnya dan kembali melihat dengan jelas nama kontak yang sekarang tengah melakukan panggilan dengannya.

"Sayang, suara kamu kayak orang baru bangun tidur. Kamu tidur lagi tadi? Gak jadi pergi sekolah?" tanya Melati yang merasa kalau memang suara anaknya lebih ke arah orang yang baru bangun tidur.

Galang tertawa kecil. "Aku ketiduran Mah, ngantuk." Galang menjawab dengan penuh kejujuran.

Melati menepuk keningnya pelan dan kemudian membawa sebagian rambutnya ke belakang, dia berusaha untuk menenangkan dirinya atas kelakuan Anaknya.

"Sekarang kamu bangun karena mendengar nada dering telepon dari Mamah?" tanya Melati.

"Iya Mah, aku lagi enak tidur eh dengar handphone bunyi terus. Untung aku liat dulu siapa yang menghubungi aku, kalau enggak mungkin Mamah udah kena marah sama aku."

Sungguh tidak mencerminkan sebuah rasa bersalah, Galang malah mengadukan semuanya kepada Melati. Di saat Galang yang merasa tidak bersalah, lain hal dengan Melati yang tengah kebingungan dengan hal ini.

"Terus kalau Papah kamu sampai tahu kamu gak sekolah lagi bagaimana?" tanya Melati yang merasa bingung harus menjelaskan apa.

Sebelumnya William sudah mewanti-wanti Galang untuk sekolah hari ini, tidak peduli apakah dia ngantuk atau apa sebab semua itu salah Galang sendiri yang pulang larut malam.

"Paling Papah marah," jawab Galang dengan begitu ringan.

Di sini Galang sama sekali tidak berpikiran kalau dia akan menyuruh Mamahnya untuk berbohong pada Papahnya kalau dia sekarang tidak sekolah.

Galang lebih suka menanggung semua risiko dari berbagai hal sendirinya, terlebih dia yang tahu bagaimana karakter Papahnya.

Tidak ingin kalau nanti Mamahnya yang malah menjadi sasaran dari kemarahan Papahnya, padahal orang yang bersalah sebenarnya adalah dirinya.

"Kamu gak kapok apa bertengkar sama Papah kamu terus, emang kamu gak takut kalau sampai Papah kamu main fisik lagi sama kamu?" tanya Melati.

Memang bukan tidak mungkin kalau sampai William memukul atau menampar Galang saat dia sudah berada di titik emosi yang tinggi dan di posisi itu Melati merasa tidak rela kalau anak laki-lakinya harus diperlakukan seperti itu.

Kasih sayang Melati pada Galang begitu besar, begitu juga sebaliknya. Namun, cara mereka menunjukkannya berbeda, sehingga seperti ini lah.

Di mana Melati merasa kalau Galang tidak memikirkan dirinya, padahal bisa saja Galang menurut pada apa yang Papahnya inginkan dan tidak akan ada pertengkaran antara dia dan Papahnya.

"Gak usah dipikirkan, sekarang Mamah kenapa telepon aku?" tanya Galang yang lebih memilih untuk menanyakan hal ini pada Melati.

"Gak ada apa-apa. Tadi Naura telepon sama Mamah tanya kamu, dia tanya kenapa kamu gak sekolah, soalnya dia gak ngelihat kamu sekolah dan pesan dia juga gak kamu balas."

Melati mengatakan semua yang menjadi alasan kenapa dia menghubungi Galang sekarang, karena memang Naura sudah menanyakan hal itu pada Melati.

Naura dan juga Melati sudah begitu dekat, bahkan mereka juga kalau bertemu sudah terlihat seperti Ibu dan Anak, sehingga Naura berani menanyakan tentang Galang pada Melati.

"Aku baru buka handphone sekarang," ucap Galang dengan begitu enteng.

"Ya sudah kalau gitu kamu balas aja pesan dia, sekarang kan udah jam istirahat." Melati memberikan saran pada Galang agar dia tidak terus-terusan mengabaikan Naura.

"Iya Mah."

*****

Ting

Saat mendengar ada notifikasi yang masuk, Naura begitu berantusias dengan harapan kalau notifikasi tersebut dari Galang yang membalas pesannya.

Ternyata harapannya tidak membuat dia kecewa, memang notifikasi yang barusan berasal dari Galang. Senyuman terukir di bibir Naura dengan sendirinya.

[Gak, gue gak sekolah.]

Setelah membaca pesan dari Galang, Naura langsung mengetikan berbagai huruf yang dia susun untuk membalas pesan Galang.

[Kenapa? Sakit atau apa? Kok bisa gak masuk?]

[Ngantuk, gue ketiduran pas mau berangkat.]

Apa yang sudah Galang beritahukan pada Naura itu semua benar, bahkan dia sekarang sudah menggunakan seragam SMA-nya karena memang dia sudah berniat untuk sekolah.

[Gak ada niatan untuk ke Sekolah gitu?]

[Gak.]

[Hm, padahal aku ....]

Membaca pesan yang baru saja Naura kirimkan, membuat Galang terdiam kebingungan. Beberapa saat menunggu, Galang pikir Naura akan memberikan pesan yang lain ternyata tidak.

[Gak usah kayak author yang suka ngasih elips di akhir.]

Naura mengernyitkan keningnya saat membaca balasan dari Galang. Ada hal yang membuat Naura tanda tanya setelah melihat jawaban dari Galang.

[Kamu tahu auhtor sama elips, kamu suka baca ya?]

[Gue sekolah.]

Jawaban yang begitu jelas, tapi membuat dugaan Naura patah dengan seketika. Naura sekarang mengerti ke mana maksud dan juga alasannya.

Ternyata alasan yang membuat Galang bisa mengetahui author serta tanda elips, bukan sebab dia yang suka membaca, tapi karena dia pernah mengetahuinya saat dia sekolah.

[Aku kangen tahu.]

Akhirnya Naura berani jujur. Saat Naura jujur, ada hal yang aneh terjadi pada Naura. Pipinya memerah dengan seketika, terlebih saat dia melihat balasan dari Galang.

Memangnya apa balasan dari Galang?