webnovel

MCF - Capucinno dan Mocacinno

"Lo beneran pulang sekolah langsung ke Rumah gue?" tanya Galang saat melihat Naura yang sekarang masih menggunakan seragam SMA-nya.

Tanpa merasa berdosa, Naura tersenyum dengan begitu lebar. "Harus pulang dulu ya? Tapi kalau pulang juga gak ada tujuan, mending langsung aja aku ke sini dan gak nambah jarak juga."

Sekarang di Rumah tidak ada orang yang bisa Naura jadikan sebagai tujuan untuk pulang, karena sudah tidak ada siapa-siapa, sehingga Naura merasa akan lebih baik kalau dia langsung ke Rumah Galang.

Kenapa Naura sekarang bisa pulang ke Rumah Galang?

Karena saat Naura mengatakan kalau dia rindu, Galang membalas dengan sebuah jawaban yang begitu enteng dan jawaban itu yang membuat Naura blushing dengan seketika.

[Aku kangen tahu.]

[Tinggal ke Rumah gue.]

Hal itu yang membuat Naura menjadi berlanjut menanyakan apakah Naura boleh ke Rumah Galang dan sebagainya sampai akhirnya Galang memberikan izin pada Naura.

Kira-kira apa alasan yang membuat Galang mempersilakan Naura ke Rumahnya?

"Mana pesanan gue?" tanya Galang saat dirinya kembali teringat kalau sebelumnya dia sudah berpesan kalau Naura akan ke Rumahnya, harus membawakan minuman untuknya.

"Nih," ujar Naura sambil memberikan keresek yang di dalamnya berisikan sebuah minuman dingin yang sudah Galang pesan.

"Gue cuma pesan satu," ucap Galang saat melihat di dalam sana ada 3 minuman dengan rasa yang berbeda.

Naura mengerucutkan bibirnya sambil menatap Galang kesal. "Aku juga pengen kali, masa iya di sini cuma kamu yang menikmati ice coffe ini, sedangkan aku diem bengong liatin kamu minum?"

Mendengar penjelasan yang keluar dari mulut Naura dengan nada bicara yang seperti itu membuat Galang malas untuk kembali berucap sampai akhirnya Galang mengambil satu minuman dan langsung menekan dengan sedotan.

Naura membulak-balik 2 minuman yang tersisa. Ada yang aneh dengan 2 minuman yang tersisa sekarang, Galang yang menyadari hal itu melirik ke arah Naura.

"Kenapa dibolak-balik?" tanya Galang datar.

Kedua bola mata Naura langsung tertuju pada sebuah label yang tertera di sana. "Itu minuman punya aku, punya kamu yang ini." Naura berucap sambil mendekatkan minuman yang belum terbuka.

Mendengar hal tersebut, Galang memutar cup tersebut sampai akhirnya dia membaca rasa yang tertera di label dan memang itu bukan rasa yang dia pesan.

Rasa minuman yang dia pesan memang minuman yang ada di tangan Naura sekarang. Pantas saja sedari tadi Naura malah membolak-balik 2 minuman yang tersisa dan Galang merasa kalau ada yang berbeda dengan minumannya.

Semula Galang sudah memesan minuman rasa capucinno, sementara minuman yang sudah dia cicipi barusan adalah rasa mocacinno yang mana itu adalah minuman yang Naura inginkan.

Sampai saat ini Naura masih memperhatikan minuman yang sekarang tengah Galang pegang, Naura ingin minuman yang itu, karena sedari tadi dia merasa tergoda dengan rasa tersebut.

Melihat Naura yang fokus pada minuman yang sudah dia pegang membuat Galang dengan seketika memberikan minuman tersebut, bahkan memasukkan sedotan ke bibir mungil Naura.

"Nih ambil, sedot, dan minum."

Glek

Dengan nurutnya Naura tidak sadar kalau dia benar-benar sampai pada titik meminum minuman tersebut, karena semula dia fokus memperhatikan detail wajah Galang yang berada pada jarak yang cukup dekat ini.

"Tapi ini udah kamu minum dikit, itu artinya minuman ini gak full." Naura malah menjadi mempermasalahkan isi dari minuman tersebut.

Kening Galang mengernyit. "Harus gue kembali yang udah ada di mulut gue?" tanya Galang yang menjadi mantap Naura fokus.

"Kalau bisa, balikin sini." Naura malah seolah menantang Galang.

"Nih gue balikin, tapi salivanya."

Mendengar hal tersebut membuat Naura terdiam kebingungan. Naura tidak mengerti ke mana maksud dari kalimat yang sudah Galang ucapkan, karena sebelumnya dia hanya bercanda sebab dia tahu kalau Galang tidak akan bisa mengembalikan minumannya yang sudah ditelan.

Galang mendekatkan wajahnya ke arah Naura yang membuat Naura mengerjap-ngerjap matanya, semakin dekat jarak antara Naura dengan Galang membuat jantung Naura berdebar dengan begitu kencang.

Sepertinya sampai saat ini Naura belum mengerti ke mana maksud kalimat yang sudah Galang ucapkan, bahkan dia masih berdiri sambil memegangi minuman miliknya serta minuman milik Galang.

Dengan begitu perlahan, Galang mendekatkan wajahnya pada wajah Naura yang membuat bibirnya semakin mendekat ke bibir Naura.

Wangi parfume Naura yang menempel di lehernya mulai tercium dan semakin membuat dirinya begitu menikmati kedekatannya dengan Naura, apalagi dalam jarak yang sedekat ini.

Fokus mata Galang sekarang hanya pada wajah Naura dan fokus utamanya sekarang mulai hanya pada satu titik, yaitu benda berwarna merah muda yang terbelah menjadi bagian atas serta bawah yang sekarang terlihat indah dengan bentuk yang begitu jelas.

Glek

Saliva Naura turun dengan seketika saat dia melihat dengan begitu jelas wajah Galang dengan hidungnya yang terlihat begitu mencung yang semakin lama semakin mendekat ke arahnya.

Tangan Galang perlahan menyentuh bahu Naura yang semakin lama mulai ke belakang ke arah tengkuk kepala Naura yang dengan perlahan dia tarik dan dia dekatkan ke arahnya.

Kedua mata Galang perlahan dia pejamkan saat menarik Naura lembut semakin mendekat ke arahnya dan kembali dia buka untuk melihat keindahan benda cantik tersebut.

Pftt

Kedua bola mata Galang dengan seketika terbuka lebar saat bibir serta lidahnya menyentuh benda yang terbilang kasar dan juga tidak genyal.

Rasanya Galang ingin mengumpat sekarang saat ternyata benda yang masuk ke mulutnya adalah sedotan ice coffe rasa mocacinno yang sudah dia rasakan.

Naura menunjukkan deretan giginya yang rapi setelah dia baru saja mengarahkan ice tersebut ke arah Galang yang sedari tadi dia lihat sedang menginginkan sesuatu.

"Kak kalau mau lagi mending bilang aja, dibanding kayak barusan. Geli tahu pas tangan kamu pegang-pegang leher aku," ucap Naura dengan nada yang begitu polosnya.

Di pikiran Naura, hal yang Galang inginkan adalah minuman tersebut. Saat tadi Galang semakin mendekat ke arahnya, dia pikir Galang menginginkan ice coffe tersebut, padahal bukan ke sana.

Galang melangkah mundur. Dengan seketika Galang duduk di tempat tidurnya sambil memikirkan apa yang sudah terjadi barusan.

Sebenarnya Galang juga tidak sadar kalau ternyata dia bisa tertarik untuk mencoba benda kecil dengan bentuk yang indah milik Naura itu, padahal sebelumnya dia tidak pernah berpikir seperti ini.

Kenapa gue bisa sampai tertarik sama dia?

Galang begitu tanda tanya dengan hal ini, karena memang secara tidak sadar dia sudah tertarik dan kalau dikatakan oleh Naura seperti orang yang sudah menginginkan, maka hal yang Galang inginkan sudah pasti bukan ice coffe tersebut.