webnovel

Agra, Sheilla

"Kamu, mau kuliah atau tidak? sayang loh, nilai kamu bagus semua !" tawar Om Edwin kepada Agra. Dulu bapaknya pernah bekerja di perusahaan beliau ini, tapi sayang kemudian berhenti tanpa di ketahui alasannya, yang jelas hubungan Om Edwin dan bapak Arga justru terlihat dekat. Sering datang kerumah untuk sekedar bertamu dan juga membawa oleh-oleh untuk adik-adik Agra dan juga dirinya.

Arga mengenal om Edwin sejak kelas 3 SMP sampai lulus SMU waktu lalu. Jadi dia tahu seperti apa dirinya.

"Kalau soal biaya! tak usah khawatir Agra, Om akan merekomdasikan kamu untuk mendapat beasiswa, sisanya akan aku bantu !" ujar Om Edwin. Arga dan keluarganya terdiam, tapi akhirnya mereka berdiskusi dulu tentang hal. Kedua orang tua Arga percaya kepada Om Edwin yang memang baik kepada mereka. Arga pun memang ingin merubah hidup keluarganya menjadi lebih baik, apa lagi memang dia mempunyai kemampuan lebih.

Dan begitulah Arga menerima tawaran Om Edwin atas persetujuan kedua orang tuanya. Tapi Agra tak menyangka kalau tempat kuliahnya sebesar dan sebagus ini. Para mahasiswanya pun juga bukan orang sembarangan, membuat dirinya minder dan berusaha menjaga jarak dengan yang lain. Tapi semuanya itu berubah ketika bertemu dengan Sheilla yang waktu MOS, dia sekelompok dengannya serta begitu pun yang lainnya. Ya, bisa di sebut, semuanya bertemu secara kebetulan dan akhirnya berteman sejak MOS. Sampai sekarang sudah setahun lebih dia kuliah disini.

Walau mereka baik, tetap saja ada rasa malu juga dalam diri Agra. Soalnya dalam berbagai kesempatan, selalu di traktir oleh mereka. Tak pernah keluar uang sedikit pun, dari mulai makan, nonton atau apa pun. Uang dari kedua orang tuanya sebenarnya ada, tapi itu tidak banyak hanya cukup untuk seminggu makan. Sementara Arga tinggal di tempat kos yang juga sudah di bayari oleh Om Edwin setiap bulannya, di tambah ongkos dan jajan.

Om Edwin, selalu datang ke tempat kosnya di akhir bulan untuk memberikan uang itu. Tentu saja dengan terlebih dahulu mengobrol tentang kuliah dan lainnya, sampai akhirnya Arga memberitahu kalau beasiswanya hanya berlaku setahun saja. Tidak ada perpanjangan lagi.

"Oh begitu !" Om Edwin hanya mengangguk.

"Anu, Om! saya mengucapkan terima kasih atas semua bantuannya! tapi ... saya ingin bekerja sambilan, untuk tambah-tambah ... agar tidak terlalu memberatkan Om !" ujar Arga hati-hati mengungkap perasaannya, karena dia tahu biaya kuliah di sana tidak murah. Om Edwin hanya tertawa saja mendengar apa yang di katakan Arga.

"Bagi om, itu tak masalah Arga! tapi ... kalau kamu mau kerja, silahkan saja !" jawabnya.

"Terima kasih om !" ujar Arga lega.

"Emang, kamu mau kerja apa ?" tanya Om Agra penasaran.

"Apa saja om, jadi pelayan restoran atau apa pun akan saya jalani !" jawab Arga semangat, om Edwin mengangguk.

"Sudah, ada yang menawari ?" tanya Om Edwin. Arga mengangguk.

"Ada om, beberapa! tapi belum saya ambil !" jawab Arga.

"Oh, kenapa memangnya ?" tanya om Edwin, yang berusia 45 tahun itu masih tetap gagah dan terlihat tampan. Diketahui dia seorang duda, pernah menikah tapi kemudian bercerai. Itu yang di dengarnya dari Bapaknya ketika berbicara dengan ibunya.

"Anu, ada yang bentrok dengan waktunya kuliah om! ada lagi ... yang tempat jauh dari sini, maksudnya tempat kuliah dan kos juga !" jelas Arga, om Edwin mengangguk.

"Begini saja, om punya teman! kalau kamu mau, om kenalin sama dia! om dengar kamu pernah belajar fotografi kan di sekolah ?" tanya om Edwin. Arga tertegun dan mengangguk.

"Eh iya, om! dulu di sekolah! kebetulan ada extrakulikuler Fotografi! gurunya mantan fotografer sama wartawan juga !" jawab Arga, om Edwin mengangguk tersenyum.

"Nah itu bagus, Agra! kebetulan teman om itu punya WO atau Wedding Organizer! dan kebetulan membutuhkan tukang foto !" ujar Om Edwin.

"Anu ... om !" Arga terdiam.

"Apa lagi ?" tanya Om Edwin menatap pemuda tampan di hadapannya.

"Saya engga mempunyai kamera, om! dulu saya belajar juga, pinjem dari teman !" jawabnya malu sambil menunduk. Entah kenapa, sepertinya selalu saja seperti itu padahal dia pintar, tapi tak mempunyai uang untuk melanjutkan sekolah atau kuliah. Ketika ikut kelas fotografi karena di ajak teman, dan ternyata katanya mempunyai bakat, tetapi peralatan fotografinya saja tidak punya, dan itu pun miminjam teman, karena kalau membeli pun tidak sanggup bahkan untuk kamera biasa saja. Bagi keluarganya cukup besar uang tersebut.

"Jangan khawatir, Arga! di sana di sediakan kameranya kok !" jawab om Edwin tersenyum, sambil menyentuh pundak pemuda itu, dan Arga pun setuju.

Tak lama dia di pertemukan dengan temannya itu, seorang lelaki gemuk dan agak gemulai, ternyata dia manajernya tempat WO berada. Matanya menatap Arga dari ujung kaki sampai rambut.

"Bagaimana, Sam ?" tanya om Arga, menatap lelaki itu.

"Beneran, dia bisa foto ?" tanyanya dan kemudian menatap lelaki itu.

"Tentu saja! aku tahu banyak tentang dia Sam !" jawab Om Edwin.

"Kenal di mana say, sama dia ?" tanyanya, sambil mengambil, rokok dan kemudian menyalakannya, mereka duduk di sebuah Cafe, area luar yang cocok untuk merokok.

"Dia anak, mantan pegawai aku! namanya Arga !" jawab Om Edwin, kemudian mengambil gelas minuman dengan santai, sementara Arga hanya terdiam. Dia tahu seperti apa lelaki yang di depannya itu. Sena sempat mengobrol dengannya.

"Ga, lo itu harus hati-hati sama om-om !" ujarnya waktu itu. Arga tertegun, karena dia dengan jujur mengatakan tentang siapa dan kenapa bisa masuk ke kampus ini.

"Emang, kenapa ?" tanyanya heran.

"Lo bisa saja, di taksir sama mereka! lo tau, lo itu tipe-tipe yang di sukai om-om lo !" katanya, dengan gaya gemulai.

"Udah ganteng, body oke! polos lagi !" tambahnya sambil tertawa.

"Aku rasa, om Edwin bukan lelaki seperti itu! dia duda dan punya anak juga !" jawab Arga tak percaya.

"Ha ...ha .. aduh, say! lo tahu, ini Jakarta! yang seperti itu banyak loh! coba deh lo ke gym, aduh nek! yang body keker aja homo say! kalau gue, emang udah kelihatan ya, dari lahir sudah lemah gemulai, cantik membahana ...gitu! sementara di luar sana banyak cowok atau om-om yang terlihat straight dan macho bahkan sudah menikah ada yang seperti itu !" ujar Sena tertawa.

"Gue tahu kok, lo kan ... suka sama Sheilla !" bisik Sena, membuat muka Agra memerah, karena ketahuan. Harus di akui, dia memang suka gadis itu. Walau berada dia tidak sombong. Baik juga.

"Iya, memang benar! aku ... suka dia !" jawab Agra jujur.

"Tapi, kita berbeda Sen! kamu tahu, sejak dulu begitu ketika mendekati cewek! tapi di belakang ngomongin! buat apa ganteng kalau miskin !" lanjutnya, sambil menundukan kepala, hatinya merasa sakit di hina seperti itu. Dan itu bukan perempuan saja, teman lelaki sekelasnya waktu sekolah pun menganggap begitu, entah iri atau apa.

"Udah, jangan lo pikirkan! gue lihat Sheilla bukan seperti itu kok! kenapa? dia itu banyak yang naksir, walau terlihat cuek! tapi lelaki yang mendekatinya selalu di tolak !" ujar Sena, memberi semangat kepada Agra,

"Gue, lihat dia juga suka lo Ga !" bisiknya, Agra tertegun.

"Benarkah ?" tanyanya tak percaya. Sena mengangguk, muka Arga berubah senang, tapi memang kedekatan keduanya terlihat seperti teman atau sahabat saja. Tapi bagi Arga itu sudah cukup kok, biar waktu saja yang membuktikan. Karena dia masih kuliah dan mencari uang.

"Oke, gue terima dia menjadi karyawan! gue kenal lo soalnya !" jawab lelaki itu.

"Tapi, lo jangan apa-apain dia ya !" ujar Om Edwin, lelaki itu tertegun dan tertawa.

"Santai aja, say !" sambil menepuk lengan om Edwin. Dan Agra, merasa lega.

"Agra, ya nama lo ?" tanya lelaki itu, Agra mengangguk. Dia mengeluarkan kartu nama dan memberikannya kepada Agra.

"Palm Wedding Organizer ?" Agra membaca perusahaan yang tertera di kartu. Lekaki itu mengangguk.

"Betul, gedungnya tidak jauh dari kampus kamu kan? ada gedung namanya Palm Entertaiment !" jelasnya, Agra mengangguk, karena memang kompleks perkantoran itu sering di laluinya ketika di dalam bis umum menuju kampusnya,

"Saya, tahu om !"

"Bagus, besok lusa bisa datang ke kantor ?" tanyanya. Agra mengangguk.

"Tapi anu, ada kuliah dahulu, engga apa-apa om ?" tanya Argra hati- hati.

"Gue tahu kok, lo kan masih kuliah! jadi tak masalah !" jawab Om Samuel bos barunya.

"Terima kasih om !" ujar Agra semangat. lelaki itu tersenyum.

--------------------

Dan tugas presentasi pun selesai dilaksanakan semua berjalan lancar serta seru, walau baru tiga kelompok. Termasuk kelompk Sheilla yang terakhir. Sementara gang sosialita, seperti sudah di duga belum selesai, dan di denda dengan adanya tambahan tugas. Dan nanti harus di prensentasikan minggu depan, kalau tidak ... alamat nilai merah ! Kelompok Sheilla senyum-senyum saja melihat itu, dan mereka kesal dan bete.

"Asyik ... kita dapet nilai bagus! bestie !" seru Sena, setelah keluar dari kelas. Semua pun senang dan lega.

"Syukurlah ...!" ujar Sheilla.

"Bagaimana, kalau kita merayakannya dengan ... makan-makan! ada tempat baru loh !" usul Dewi, semua mengangguk setuju.

"Maaf, anu ... aku engga bisa !" ujar Agra tiba-tiba.

"Kenapa ?" tanya Sheilla heran. Agra terdiam, kemudian dia menceritakan bahwa dia mendapat pekerjaan di sebuah WO atau Wedding Organizer.

"Di perusahaan apa ?" tanya Dewi.

"Palm Entertaiment !" jawab Agra, semua melirik ke arah Sheilla.

"Kenapa, memangnya ?" tanya Agra heran.

"Lo engga tahu Ga? Palm Entertaiment itu bagian dari Palm Co? dan itu adalah milik ... keluarga Sheilla ?" jawab Intan yang berkaca mata. Agra tertegun tak menyangka ... kalau dia akan bekerja di perusahaannya keluarga Sheilla.

"Ya udah, bareng aja! gue juga mau kesana kok !" ujar Sheilla sambil tersenyum, membuat wajah Agra memerah.

"Nah, kita makan aja dulu !" ajaknya.

"Tapi ... " ujar Agra.

"Udah deh, Ga! lo kan sama yang punya, engga bakalan di pecat kok !" tambah Sena mengedipkan mata. Akhirnya Agra menyerah dan mengikuti mereka untuk makan. Dan menuju ke sebuah mall yang tak jauh dari kampus. Ternyata mereka sedang mencoba makanan Korea di sana.

Selama makan Agra bercerita kenapa bisa mendapat pekerjaan di sana. Semua tertegun kecuali Sena.

"Maaf, aku tidak seperti kalian! aku harus mencari uang! malu sama om Edwin yang terlalu baik sama aku !" jelas Agra. Semua terdiam.

"Ya, engga apa-apa sih! kalau lo mau mandiri, itu bagus malah! kita jadi termotivasi untuk berusaha menjadi lebih baik !" ujar Sheilla.

Setelah makan mereka berpisah, Sheilla bersama dengan Agra dalam satu mobil. Selama perjalanan mereka berdua mengobrol bareng.

"Kamu, mau ngapain ke Palm Entertaiment ?" tanya Agra penasaran.

"Kerja sambilan lah !" jawab Sheilla tertawa.

"Serius ?" tanya Agra tak percaya.

"Serius, biar nanti sudah lulus! bisa langsung bekerja !" jawabnya.

"Wah, enak ya! engga usah mencari kerja lagi !" ujar Agra.

"Sepertinya begitu, ini kan perusahaan keluarga, jadi harus perlu ada penerusnya! memang sih sudah go publik, tapi sebagian sahamnya masih di miliki oleh keluarga gue !" jelas Sheilla tak tersinggung oleh perkataan Agra.

Tak lama mereka sampai di gedung Palm Entertaimen yang besar dan megah itu. Keduanya turun setelah parkir di basement.

"Kita bareng aja ya, soalnya gue juga kerja sambilan di WO juga !" ujar Sheilla.

"Serius ?" tanya Agra tertegun, Sheilla hanya msngangguk tersenyum.

Mereka menuju lantai 8 tempat bagian WO berkantor. Sebenarnya bukan sekedar WO saja tapi juga di sini, ada untuk buat konser musik, acara pertemuan dan event-event lain, baik lokal atau pun Internasional. Untuk katering bekerja sama dengan Palm hotel, dan perlengkapan lainnya sudah komplit.

Sheilla menunjuk ruangan yang dimana WO berkantor, dia mendekati seorang perempuan yang berada di front office.

"Hallo, mba Agnes !" sapanya ramah, perempuan yang di sapa tertegun karena sedang bekerja, tapi kemudian tersenyum melihat siapa yang di sapanya.

"Hallo juga, non Sheilla !"

"Ayolah, mba ...!" katanya merajuk, tidak mau ada panggilan non kepada dirinya.

"Maaf ya, nona cantik !" jawabnya tertawa dan memang menggoda putri pemilik perusahaan, semua juga sudah tahu dan mengenalnya siapa dia. Termasuk abangnya yang menhadi Direktur bagian Entertaiment.

"Om Samuel ada ?" tanya Sheilla, wanita cantik berhijab itu mengangguk.

"Ada, sedang rapat, tuh !" sambil menunjuk sebuah ruangan.

"Memang ada apa ?" tanyanya heran, Sheilla melirik ke arah Arga dan memanggilnya. Arga tertegun tapi kemudian mendekat.

"Ini ada karyawan baru, temen aku juga !" ujar Sheilla menjelaskan, kepada mba Agnes, peremuan itu menatap Arga. Pemuda itu seperti mengerti, dia pun menjelaskan apa yang terjadi.

"Tunggu, Agra ... Pratama ?" tanyanya, setelah melihat sebuah berkas. Waktu lalu memang dia menyerahkannya sebagai bagian syarat. Agra mengangguk.

"Sebenarnya tadi, bos sudah menunggu sebelum rapat !" ujar Mba Agnes.

"Maaf mba !" jawab Agra sambil menunduk.

"Mba Agnes, tapi kamj presentasi tugas kelompok! dan tahu engga dosennya killer mba, dan tahu sendiri dia tak perduli mau apa pun !" Sheilla berusaha menjelaskan apa yang terjadi.

"Oh begitu ...!" wanita itu, tak bisa berbuat apa pun bila berhubungan dengan Sheilla.

"Ya, sudah! kamu tunggu di ruang tunggu itu saja! biar nanti Ayu yang akan mengantarnya, sebentar lagi rapathya selesai kok !" ujar wanita itu menjelaskan dan Agra mengangguk lega. Tak lama Mba Agnes menelpon seseorang dan tak lama seorang perempuan cantik berambut panjang datang, dia tertegun ada Sheila dan seorang lelaki bersamanya. Mba Agnes memintanya untuk mengantar Agra ke ruang tunggu, dia pun mengangguk. Agra pamitan termasuk kepada Sheilla, gadia itu mengangguk.

"Pacarnya ya ?" tanya mba Agnes menggoda Sheilla. Muka gadis itu memerah.

"Hanya teman kok !" jawabnya malu.

"Cie ... " goda mba Agnes, sambil tertawa.

"Apaan sih! oh ya, ngomong-ngomong! group Kpop asal Korea itu, jadi engga manggung di sini ?" tanya Sheilla mengalihkan pembicaraan.

"Jadi dong, say !" jawabnya, sambil mengedipkan mata.

"Horree ... !" teriak Sheilla yang memang penggemar berat groupboy yang terkenal asal Korea itu, yang juga banyak di Indonesia.

"Sssttt ...! ini masih rahasia loh !" bisik mba Agnes, mukanya merah malu! karena semua menatap mereka. Dan tak lama gosip pun beredar.

Bersambung ....