webnovel

Andrian Dan Sheilla

"Jadi ... pacar lo hamil ?" tanya teman-temannya terkejut. Tapi kemudian tertawa.

"Wah, sang playboy kita ternyata ... sudah takluk !" seru mereka, seperti mengejeknya. Muka Andrian memerah, di ingin marah tapi hanya terdiam. Ketika bertemu teman-temannya di bar klub sebelum balik ke Indonesia besok lusanya.

"Oke, jadi sekarang lo mau apa ?" tanya salah satu temannya.

"Tetap balik, dan ... berencana menghilang !" jawab Andrian santai.

"Dasar lo, Andrian !" ujar temannya sambil menepuk pundak Andrian.

Begitulah, ketika tiba di Indonesia. Andrian langsung membuang semua yang ada hubungannya dengan Safira dan New York. Dan menjelma menjadi seperti sekarang. Dia pun bergabung dengan perusahaan papanya, dan melupakan 'masa lalu' dan tanpa terasa satu tahun dia berada di Indonesia. Kariernya sukses dalam artian dia bisa menjadi penerus klan kakeknya Atmaja.

Sampai suatu hari dia diajak kedua orang tuanya ke sebuah pesta dari rekan bisnis papanya. Ternyata mereka bermaksud menjodohkannya dengan putrinya, yang juga lulusan luar negeri. Berwajah cantik dan anggun. Andrian mengerti ini adalah sebuah hubungan bisnis untuk kedepannya.

"Kamu tahu Andrian? bila kamu menikahinya? bisnis kita akan merambah Asia bukan lagi Tenggara !" ujar papanya menjelaskan siapa keluarga dari calonnya itu mengenai perjodohannya itu, agar dia mengerti.

"Papa harap kamu, bisa dan mau !" ucap Daniel, sambil menyentuh pundak putranya seakan itu adalah tugas khusus baginya.

"Atau ... kamu sudah punya pacar di Amerika? siapa dia? bule atau anak pengusaha juga ?" tanya papanya penasaran dengan apa yang di lakukan putranya di Amerika. Dia tahu, dan pernah mengalaminya juga, tentu saja Andriam terkejut.

"Tidak ada siapa-siapa kok pa! hanya sekedar bersenang-senang !" jawab Andrian.

"Oke, jadi kamu siap ?" tanya Daniel tersenyum. Andrian pun mengangguk setuju. Dan begitulah akhirnya, mereka bertunangan, dengan pacaran hanya sebulan umtuk saling mengenal

Kini semua hancur dalam sekejap karena kehadiran Safira yang tak di duganya, bahkan mengungkit dosanya karena mempunyai anak. Sarah sangat marah, karena merasa di bohongi oleh Andrian. Walau sebenarnya sikapnya tak jauh berbeda dengan Andrian. Yap ternyata keluarganya sebenarnya sedang menghadapi masalah keuangan, hanya saja tidak di publikasikan jadi terlihat baik-baik saja. Justru mereka mendekati Daniel dan kemudian sepakat untuk menjodohkan anak mereka.

Paramitha terdiam di dalam taksi, dia menghela nafas. Dia masih marah, karena tiba-tiba datang seorang perempuan mengaku kekasih dan mempunyai anak, padahal dia tahu siapa Andrian, dia tipe playboy yang mungkin banyak pacarnya dan menyukainya.

"Kok, gue merasa kalah ya? sialan, dasar cewek brengsek !" makinya, tiba-tiba ponselnya berdering dan melihat siapa itu. Awalnya di abaikannya tapi kemudian di angkat.

"Hallo ... ! oke, Andrian gue masih memaafkan kamu! tapi, kamu harus jelaskan semuanya, siapa dia sebenarnya !" ujarnya, agak tinggi.

"Oh my god, jadi ... dia itu beneran...? oke ... gue harap lo bisa membereskan dia Andrian! ini demi kepentingan keluarga kita! lo engga mau gagal dengan perjodohan ini kan ?" ucapnya mengultimatum Andrian, dan kemudian menutup telponnya, tapi dengan tersenyum sinis.

Sementara Andrian membanting ponsel ke bangku sebelah di dalam mobil, dia pun memaki dirinya sendiri.

"Sialan !!" teriaknya.

Tak lama dia pun pergi ke klub lain dan bertemu teman-temannya untuk melupakan apa yang terjadi, dia banyak minum.

"Ayo bro, minum lagi !" ajaknya, yang terlihat agak mabuk. Teman-temannya hanya menggeleng kepala melihat tingkahnya itu.

"Hei ... katanya lo, lagi jalan sama tunangan lo ?" tanya temannya.

"Iya, tapi ... sial! mendadak ada seseorang datang !" jawabnya jujur karena memang mulai mabuk.

"Siapa ?"

"Lo, pasti pada tahu ...! Safira ... gadis lugu, yang kalian buat sebagai tantangan datang kesini !" katanya sambil tertawa. Semuanya tertegun.

"Dan .., lo tahu? dia meminta pertanggung jawaban dia dan anak gue !" lanjutnya.

"Ha .., ha ... lucu sekali bukan ?" tanyanya, sambil meminum alkohol kembali. Semua temannya terdiam.

"And, udah deh! lo mending pulang dan istirahat! masalah kecil itu tak perlu di risaukan! toh tunangan, lo pasti mengerti !" ujar temannya berusaha untuk membuatnya pulang, karena khawatir mabuk dan dijalam kalau menyetir. Dan Andrian pun mengangguk, akhirnya salah satu temannya pun mengajaknya pulang.

--------------

Sheila pamitan untuk kuliah pagi itu, dari tadi sahabatnya menelpon terus. Karena ada tugas yang harus di kerjakan.

"Hallo, gue mau berangkat nih! kita ketemuan di Cafe dekat kanpus ya? oke ... yuk !" ujarnya dan mobil sedan kecil miliknya pun melaju di jalanan yang mulai macet pagi itu. Walau kampusnya tidak terlalu jauh tapi tetap saja akan cukup lama kalau situasinya seperti ini.

Dan tak lama dia pun tiba di Cafe depan kampusnya. Walau masih pagi Cafe itu sudah buka, pemiliknya dan anak kampus sudah tahu, jadi bisa di sebut selalu buka 24 jam. Cafe itu menjadi tempat tongkrongan favorit bagi anak kampus. Pemiliknya baik hati, karena memberikan wifi gratis kepada para tamunya, makanya betah lama-lama di situ. Walau kadang, belinya sekali tapi bisa berjam-jam di situ selanjurnya. Karena kadang memang ada tugas atau sekedar main game. Tapi itu awalnya kok, karena para mahasiswa ini lama kelamaan ada rasa engga enakan, makanya pesan makanan atau minuman lagi nantinya.

Bukan hanya Wifi gratis, tapi makanan dan minumannya terjangkau di kalangan anak kampus sekitar, padahal itu bukan kanpus sembarangan loh, gedungnya saja besar megah, ada banyak jurusan di sana. Konsepnya pun moderen dan komplit, juga sudah berwifi, tapi tentu ada batasnya, walau gratis. Entah mereka tahu atau tidak, yang jelas bila ada mahasiswa yang nakal mendowload situs nakal maka akan di leletkan kecepatannya. Berbeda dengan yang ada di Cafe ini.

Ya, di dalam kampus pun ada kantin biasa atau yang moderen, yaitu brand minuman atau makanan terkenal yang juga buka di kampus ini, jadi tak perlu ke mall lagi. Dan harganya memang agak berbeda, tapi tetap mahal. Mungkin beda sedikit saja. Sheilla pun sampai di Cafe dan memarkir mobilnya agak jauh karena itu kan pertokoan, jadi terbatas dan penuh. Kampusnya ada di seberangnya, ada JPO yang menghubungkan keduanya. Tapi Sheilla males, naik turun dan markir mobil di dalam gedung bukan di luar. Jadi nanti saja, kalau masuk ke sana.

Cafe yang dituju sudah ramai, para pelayannya sigap bila ada pembeli yang datang. Pemilik Cafenya sendiri adalah alumni dari kampus ini, yang bisa melihat peluang bisnis, walau awalnya memang tak seperti di bayangkan, tapi lambat laun menjadi seperti ini. Rasa kopi dan makanannya tak jauh berbeda dengan brand terkenal.

Sheilla memesan minuman dan makanan dulu, lalu setelah itu menuju lantai dua, dia membawa gelas dan kantong makanan saja. Ternyata benar, kelompoknya sedang berada di sana.

"Hai, sorry nih !" ujarnya sambil menyapa teman-teman.

"Tidak apa-apa kok, semua pun baru ngumpul !" jawab teman-temannya. Sheilla memang gampang bergaul sejak kecil dan punya banyak teman serta sahabat. Dia anaknya berani dan cerdas, sedikit berbeda dengan kakaknya dulu yang agak pendiam dan pemalu. Hanya mungkin sekarang ini kakaknya Dewa sudah berubah di banding dulu.

Kampusnya memang besar dan moderen, tentu yang masuk kesitu juga bukan anak sembarangan. Bisa di bilang berada, hanya mungkin ada levelnya disini. Ada Kaya biasa, menengah dan konglomerat. Loh apa bedanya ? perasaan sama saja, tentu saja beda. Orang kaya biasa, biasanya kedua orang tuanya punya jabatan tinggi di pemerintahan atau perusahaan. Orang kaya menengah itu, yang memang anak pengusaha tapi levelnya lokal. Dan yang terakhir tahu lah levelnya sudah tinggi dan bukan kaleng-kaleng.

Mereka yang terlahir kaya, akan terlihat dari pembawaan diri dan juga penampilan. Tapi itu pun juga tergantung cara mendidik dari kedua orang tuanya terhadap anak-anaknya. Ada yang memanjakan anaknya dengan uang yang mereka punya jadi segala yang di pakainya brand ternama, tapi ada juga yang mendidiknya mandiri dalam artian tidak memberikan kasih sayang semata hanya dengan uang tapi menghargai uang itu dari mana. Memang bukan pelit tapi memakai uang yang seperlunya tidak berlebihan atau berfoya-foya membeli yang sebenarnya tidak perlu di beli.

Sheila adalah salah satunya, ke kampus ya berpakaian apa adanya tetap modis. Dia tahu apa yang di pakai, akan berbeda bila ke pesta dengan sehari-hari. Kemudian dia mengeluarkan laptopnya. Dan mereka pun bersama-sama mengerjakan tugas. Ada 8 orang, 4 ciwok dan 4 cewek. Tugas ini nanti akan di presentasikan di hadapan dosen dan juga mahasiswa di lainnya.

Akhirnya tugas mereka pun selesai, tapi setelah itu hanya bersantai dan mengobrol saja, karena jadwal kuliah mereka hari ini cuman satu. Walau satu, sksnya 6 jam. Dan itu akan membahas tugas mereka sekarang. Bukannya mepet dalam mengerjakannya. Tapi menyamakan visi dan misi serta tugas untuk presentasi nanti. Sheilla memang cantik dan pintar pula, maka dia yang akan menjadi juru bicaranya, sedang yang lain akan membantu dan menjawab di akhir nanti. Bisa di sebut, mereka kelompok 'terbuang' dalam artian banyak circle di kampus mereka dengan sesuai keinginan dan persyaratan tertentu untuk berteman.

Contohnya, Dewi! dia berbadan gemuk dan suka makan. Tapi jangan salah sangka, dia putri salah satu orang terkaya di Indonesia, dulu sempat kuliah di Singapura tapi hanya betah setengah tahun saja. Karena sering di bully, dan beberapa kali ganti sekolah waktu SD, SMP dan SMU nya juga. Yang kedua Sena, dia pria gemulai tapi lucu dan agak latah, dia pun putra seorang pejabat di pemerintahan. Padahal bapaknya tentara loh ! begitu pun yang lainnya, ada kutu buku juga. Satu lagi seseorang, dia cukup beruntung bisa masuk ke kampus elit ini karena mendapat beasiswa. Namanya Arga, kedua orang tuanya pedagang di pasar di daerah Bogor sana, tapi dia anak yang pintar dan juga tampan.

Tak jauh dari situ ada kelompok lain, yang rata-rata dari pakaiannya terlihat glamour dan branded, seperti mau ke pesta. Bahkan dengan sengaja memakai pakaian dengan logo brand besar dan juga aksesoris serta tasnya. Sepertinya ingin memperlihatkan siapa mereka. Banyak menyindir mereka dengan sebutan ibu-ibu arisan.

"Coba say, lihat circle kampungan itu! baru sekarang di kerjain tugasnya !" sindir salah satunya, yang memakai pakaian mencolok, dalam satu warna saja dari atas sampai bawah dan tentu saja brand terkenal.

"Kasihan, deh !" timpal yang lain dan semua tertawa cekikikan.

"Heran deh ya, katanya sosialita! tapi modal kejepit !" jawab Dewi dengan mata mendelik tak suka. Menyindir mereka balik, karena makan dan minum di tenpat seperti ini, dan itu membuat mereka semua terdiam dan memutuskan pergi.

"Iya, sis em! coba lihat dari ujung rambut sampai kaki! udah kece badai! tapi ujung-ujungnya minta dispensasi ke dosen! karena mereka juga belum kerjain tugas! eh, copot .. copot ... tuh jatuh deh !" tanpa sadar bukunya jatuh ke senggol, dan latahnya keluar deh, semua tertawa kecil dan mengangguk.

"Heh, banci! enak aja! kita ini udah beres tau !" rupanya mereka mendengar.

"Baguslah, siap-siap saja kita bantai nanti! dan lo pada harus mau menjawab semuanya !" jawab Sena menatap mereka tajam.

"Kita, pergi aja bestie! di sini gerah !" ajak salah satunya tidak perduli. Dan semua pun pergi tak perduli. Sementara pengunjung yang hanya menggeleng kepala melihat tingkah mereka.

"Udah, ah! engga usah di pikirkan! mereka kan suka begitu! tebal mula lagi !" ujar Sheilla dan semua mengerti.

Tak lama mereka pun pergi menuju ke kampus. Ternyata sama saja dengan Sheilla pada malas parkir dulu ke kampus. Jadinya harus muter dulu jalan baru bisa ke kampus. Akhirnys Sheilla sudah memarkirkan mobilnya, begitu pun yang lainnya sama dan menuju lift yang tak jauh dari situ untuk menuju kelas.

Kampus jurusan mereka berada di lantai 3 sampai 8 dengan berbagai tingkatan. Sementara di lantai satu adalah lobby dan berbagai kantor bagian di kampua. Lantai dua ada salah satu kantin dan juga perpustakaan, dua lantai di atasnya kantor pimpinan rekttor dan dosen serta senat mahasiswa. Tak lupa juga ada tempat santai dan berbagai gerai makanan.

Kelasnya nyaman berAC pula, kursinya empuk dan ada aula besar dan kecil juga,. Aula besar untuk kuliah bersama satu jurusan dengan satu dosen atau dosen tamu. Dan kelasnya memang berbentuk aula, jadi tempat duduknya seperti di gedung bioskop cuman bedanya ada meja kayu di depan kursinya. dari bawah ke atas agak melingkar. Di depan untuk dosen mengajar, biasanya menggunakan proyekor yang terhubung dengan laptop.

Ketika masuk, kelas cukup ramai. Sheilla dan lainnya pun mencari tempat duduk tengah-tengah. Terlihat pula kelompok emak-emak sosialita sudah berada di sana pula, mereka ramai bergosip ria tanpa perduli orang lain. Begitu pula mahasiswa yang sudah tahu kelakuan mereka begitu. Dan apa gosipnya? hanya membicarakan tentang diri mereka sendiri tanpa habisnya.

Sheilla duduk di sebelah Arga, tak lama dia memberika salah satu laptonya ke pemuda itu.

"Terima kasih ya! maaf, selalu meminjam laptop sama kamu !" katanya tak enak, ya Arga sering malu sebenarnya dengan kebaikan Sheilla yang selalu membantunya.

"Udah, lo kayak baru aja deh! kita ini udah dua tahun kuliah dan berteman !" jawab Sheilla tersenyum.

"Ga, lo juga sudah banyak membantu gue loh !" ujarnya lagi. Arga hanya membalas tersenyum saja. Dia teringat pertama kali masuk ke sini, karena di rekomendasikan salah satu teman ayahnya, untuk masuk kesini. Selain kasihan, sebenarnya Arga ingin langsung bekerja saja mencari tambahan uang setelah lulus SMU, bagi adik-adik dan orang tuanya. Tapi teman bapaknya seperti tahu nilai sekolahnya selalu bagus, jjadi sayang kalau tidak di lanjutkan. Ekonomi keluarganya tidak memungkinkan untuk melanjutkan kuliah.

Bersambung ...