webnovel

Part 47

Enam bulan kemudian,

Anne terbangun dengan wajah yang pucat. Ia terlihat tidak memiliki tenaga untuk bangkit dari atas ranjang. Sementara itu, Ron sang suami sedang membersihkan diri di dalam kamar mandi. Ron tidak tahu jika istrinya belum bangun karena terjadi sesuatu pada tubuhnya.

Setelah selesai dengan kegiatan mandinya, Ron melihat Anne masih memejamkan matanya. Lelaki itu berjalan mendekati Anne dan mencium kening istrinya dengan lembut.

"Apa kau akan berada di sana selama seharian ini?" tanya Ron.

"Ron, tubuhku terasa lemas sekali. Bisakah kau memanggil dokter?" keluh Anne.

"Baiklah, aku akan di rumah hari ini."

"Jangan, kau bisa bekerja saja. Aku akan baik-baik saja di rumah," bantah Anne.

"Tidak! Aku akan di rumah untuk menjagamu," jelas Ron sekali lagi.

Ron meraih ponselnya untuk menghubungi seseorang.

"Casie, aku tidak bisa hadir di kantor. Kau bisa menggantikan aku untuk bertemu klien hari ini," terang Ron.

"Baiklah, apa terjadi sesuatu?" tanya Casie.di seberang telepon.

"ya, ehem ... Anne sedang kurang sehat," ungkap Ron.

"Semoga ia baik-baik saja. Baiklah, aku akan segera menghubungi klien kita."

Setelah berakhirnya sambungan telepon itu. Ron kembali menekan sebuah nomor telepon.

"Cepat ke kamar, istriku sedang kurang sehat," ujar Ron.

"Baik, Tuan."

Ron melihat kembali kondisi istrinya yang semakin lemas. Ron mengingat lagi tentang terakhir kali istrinya mendapatkan tamu bulanan. Lalu tiba-tiba saja pikiran itu datang dan membuat lelaki itu tersenyum.

"Ron, apa yang kau tertawakan?" tanya Anne.

"Tidak. Kita akan melihat hasil pemeriksaanmu sebentar lagi, jika aku benar ... aku harap hal itu benar terjadi," ujar Ron yang membuat Anne penasaran.

"Apa? Apa yang sedang kau pikirkan? Beritahu aku, Ron!"

"Aku tidak ingin membuatmu berharap, sayang. semoga saja dokter membawa berita baik setelah ini."

Anne berdecak kesal melihat tingkah sang suami yang membuat dirinya semakin ingin tahu. Setelah beberapa menit, seorang berjas putih datang dengan perlengkapannya. lelaki itu meletakkan perlengkapannya di atas meja, llau emmbukanya dna mengambil beberapa alat untuk memeriksa keadaan Anne.

"Apa yang anda keluhkan, Nyonya?" tanya dokter itu.

"Kepalaku pusing, beberapa kali aku merasa mual dan tidak bernafsu untuk makan, jangankan untuk makan, meminum air saja aku sudah ingin memuntahkannya," jelas Anne.

Sementara Ron yang mendengar ucapan istrinya itu hanya terkekeh. Ia masih membiarkan sang dokter untuk memeriksa istrinya. Akhirnya setelah mengetahui alasan kondisi Anne menurun, dokter itu tersenyum kecil dan mendekati Ron. Ia berbisik pada Ron tentang suatu hal, tetapi Ron sendiri hanya datar menanggapi ucapan dari dokter itu.

Setelah selesai, sang dokter tidak memberitahu kepada Anne mengenai kondisinya. Tentu saja hal itu membuat Anne kesal, hingga akhirnya ia memaksa Ron untuk menjelaskan tentang apa yang dokter katakan kepada dirinya.

"Kau ingin membuat aku marah, Ron?" tanya Anne dengan tatapan tajam.

"Hahaha, jangan seperti itu, sayang. Baiklah aku akan memberitahu tentang apa yang dokter katakan kepadaku," ujar Ron sembari melangkah mendekati istrinya.

Ron semakin tersenyum lebar saat ingin menjelaskan pada Anne. Lalu saat bibirnya mulai bergerak untuk berucap, dari arah pintu Abercio berlari mendekati ibunya itu.

"Mama! Mama, kenapa?" seru Cio.

"Abercio, kau sangat mengganggu! Diam sebelum Mama melemparmu dengan gelas ini," ancam Anne.

Sementara Ron tertawa mendengar kekesalan istrinya itu. Ron memanggil Cio untuk mendekat padanya.

"Dokter mengatakan jika kau sedang hamil, sayang," ungkap Ron.

"Apa? Aku akan punya adik?" sahut Cio.

"Ya, benar."

"A-aku hamil? Aku bisa hamil lagi?" tanya Anne yang terlihat terkejut dengan berita itu.

Ron mengangguk menjawab pertanyaan istrinya itu karena sebelumnya melalui pemeriksaan secara tertutup. Anne mendapatkan hasil jika ia sudah tidak bisa lagi mengandung karena kondisi rahimnya yang sangat lemah dan juga sel telur yang sangat sulit untuk dibuahi.

"Kenapa kau terlihat sedih, sayang?" tanya Ron.

"Aku sedih? Tidak Ron, aku bahagia, sangat bahagia," ujar Anne.

"Syukurlah, aku senang mendengar kabar ini. Kali ini kau benar-benar harus menjaga kesehatanmu," omel Ron.

"Tentu saja, aku akan menjaga bayi yang ada di dalam kandunganku ini dengan baik," jelas Anne.

Ron mendekati istrinya lalu mencium keningnya. Sementara Cio memilih naik ke atas ranjang dan memeluk tubuh ibunya itu.

"Terima kasih, Mama. Aku tidak akan sendirian di Mansion ini," ujar Cio.

"Hahaha, dasar kau ini. Bukankah kau lebih senang bermain bersama Gio atau lainnya?" sahut Ron.

"Ya, tapi mereka tidak tinggal di sini, mereka memiliki rumah masing-masing, Papa."

"Hemm, begitu rupanya."

Perbincangan mereka berlanjut beberapa menit, lalu Ron memberikan waktu untuk Anne beristirahat. Sementara Cio memilih pergi bermain bersama teman-temannya ke New York.

***

Granger yang sudah mengetahui asal-usul Mansion juga hubungan Anne dan Ron hanya bisa bungkam. Lelaki itu terlihat tenang saat bertemu dengan Ron. Namun, di dalam kepalanya ... ia terus saja ingin mengetahui siapa sebenarnya wanita yang ada bersama Ron. Anne ataukah Sia? Hanya mereka yang mengetahui itu. Meski suara mereka berbeda dan Ron dapat dengan mudah mengenali keduanya, tetapi tidak menutup kemungkinan semua ini mengenai sebuah permainan.

"Kenapa hidupku terlihat menyedihkan saat ini?" gumam Granger.

"Hei, apa yang membuat hidupmu menyedihkan?" sahut Ron yang muncul dari samping.

"Tuan, apa kau pernah berpikir, jika akan ada seseorang yang sangat dekat denganmu dan ia menipumu dengan memanipulasi sebuah keadaan?" tanya Granger.

"Hemm, pertanyaanmu membuat aku berpikir keras Granger."

Ron terlihat sedang berpikir, lalu tidak lama kemudian ia kembali mengutarakan isi yang ada di kepalanya.

"Jika hal itu terjadi, mungkin aku akan lebih memikirkan lagi dampak dari semua itu. Tidak dengan pikiran negatif, tetapi alangkah lebih baiknya dengan pikiran positif juga santai. Karena menurutku, jika semua itu terjadi pada diriku, mungkin aku, membutuhkan waktu untuk berpikir," terang Ron.

"Tuan, apa kau yakin dengan ucapanmu? Karena jika hal itu benar-benar terjadi, aku hanya tidak ingin kau menyalahkan orang yang salah," ujar Granger.

"Apa kita sedang berbicara mengenai keadaan yang akan menimpa diriku?" tanya Ron.ingin tahu.

"Tidak, tetapi tidak menutup kemungkinan, suatu hari kau bisa saja mendapatkan masalah seperti itu," ujar Granger lagi.

Ron terdiam untuk beberapa saat, kepalanya perlu mencerna apa yang sedang di katakan oleh Granger. Lelaki yang selalu terlihat misterius itu selalu berhasil membuat Ron berpikir keras. Hingga akhirnya seseorang datang menggunakan mobil Range Rover berwarna putih.

Wanita yang sangat dikenali oleh Ron, wanita yang pernah ada di kehidupan Ron saat berita kematian Anne diterimanya. Wanita yang pernah singgah di hati Ron, di saat mereka sama-sama terpuruk.

"Sia?"

Wanita itu melirik Ron dari ekor matanya, penampilannya sangat jauh berbeda dari Sia. Dan tubuh Sia juga berubah karena adanya bayi di dalam kandungannya. Sia berjalan masuk ke dalam Mansion tanpa menghiraukan keberadaan Ron.

"Sia, tunggu!" panggil Ron.

Sia berhenti melangkah, ia berbalik badan dan melihat Ron yang sedang berusaha mendekatinya.

"Ada apa, Tuan Ronald?" tanya Sia.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Ron.

"Aku memiliki urusan bisnis dengan saudara kembarku, apa ada masalah?"

"Tidak, kenapa sikapku terlihat begitu arogan? Kau terlihat seperti bukan Sia yang pernah aku kenal," ujar Ron.

"Kau benar. Aku bukanlah Sia yang sama seperti dulu, perubahan yang terjadi di dalam sikapku karena aku menyadari jika seperti inilah aku," ujar wanita bergaun hitam itu.

Sia melanjutkan langkah kakinya menuju kamar Anne berada. Dengan membawa sebuah berkas juga beberapa amplop cokelat yang entah apa isi di dalamnya.

Ron berjalan mengikuti Sia hingga sampai di kamar. Sia menatap tajam pada lelaki itu, lalu tanpa izin Ron, Sia menutup pintu dan tidak memperbolehkan siapapun untuk masuk ke dalam kamar.

"Kau datang, apa Papa sudah memberikan semuanya?" tanya Anne.

"Ya, ini surat-surat yang kau butuhkan. Semua harta kekayaan Evacska sudah kembali pada pemilik aslinya, yaitu Ronald Solon," terang Sia.

"Apa ia terlihat kesal saat kau datang?"

"Sangat, wajahnya sudah seperti orang yang ingin menerkam," jelas Sia.

"Hei, kau sedang hamil."

"Ya dan kau juga. Aku mendengar kabar itu dari Granger. Ia mengirim pesan padaku," ujar Sia.

"Urusan kita sudah selesai, aku akan kembali ke Abu Dhabi karena suamiku tidak mengizinkan aku untuk berlama-lama pergi."

"Aku tahu, suamimu sangat baik, apa kedua istrinya juga sudah kau tangani?"

"Ya, mereka sudah tidak lagi menjadi istri, sekarang hanya aku yang menjadi istrinya. Kerja kerasku tidak pernah gagal," ujar Sia penuh percaya diri.

"Bagaimana keadaan, Papa?" tanya Anne.

"Kau masih peduli dengan orang jahat itu?"

"Aku hanya ingin memastikan kau membuatkan makam yang indah," ujar Anne.

"Ini fotonya, cantikkan? Makamnya ada di Mansion Paris. Kau bisa ke sana saat liburan," jelas Sia.

"Baiklah. Terima kasih, Sia."

Sia tersenyum mendengar ucapan Anne, ia mendekat lalu memeluk saudara kembarnya itu.